Kebangkitan Pemimpin Demokrasi Hanyalah Ilusi


Oleh: Lindawati

Memasuki pergantian tahun 2024, pemilihan pemimpin baru di negeri Indonesia akan segera digelar. Spanduk-spanduk paslon Presiden dan Wakil Presiden serta para dewan pun sudah bertebaran di mana-mana, di kota maupun pelosok desa.

Dalam pemilu demokrasi, masyarakat dituntut untuk ikut memilih Capres dan Cawapres serta anggota dewan dari berbagai partai yang mencalonkannya. Sebelum pemilu, seperti biasa untuk menarik perhatian dan dukungan masyarakat, para calon atau relawannya saling adu bantuan dan perbaikan jalan, atau melakukan sensus team sukses dan mendata siapa saja yang ditarget untuk ikut dalam kubu yang sama. Mereka sudah mulai masuk dari rumah warga ke warga lainnya untuk mencari suara.

Dari fakta di lapangan, maka terbukti akan selalu ada calo dan relawan tiba-tiba dengan tujuan supaya mendapat cipratan materi. Faktanya, memang banyak sekali yang berambisi terhadap jabatan dan kekuasaan. Segala janji manis sudah mulai dikeluarkan, mulai merekayasa data, aturan yang ada perlahan-lahan diselewengkan demi pencitraan semata dan mencari simpati dari masyarakat.

Kita sebagai umat muslim tentunya menginginkan perubahan yang hakiki, yang bisa mensejahterakan rakyat, menegakkan keadilan seadil-adilnya dan bisa menerapkan hukum syariat Islam agar negeri ini mendapatkan keberkahan dari langit dan bumi.

Sudah ada tujuh kali pergantian pemimpin dari awal berdirinya Indonesia sampai sekarang. Nyatanya, rakyat belum pernah merasakan keadilan dan kesejahteraan yang lama. Dengan beragam spekulasi dan dukungan dari masing-masing pemimpin, yang ada semakin kesini semakin tertindas.

Banyaknya peraturan baru tak membuat kehidupan masyarakat makin baik. Justru aturan tersebut saling tumpang tindih. Misal saja, ada iuran wajib yang harus ditanggung rakyatnya sendiri seperti pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, biaya sekolah, pembayaran BPJS, dan lain-lain. Sedangkan rakyatnya butuh sandang, pangan, papan dan lahan pekerjaan yang memadai.

Oleh sebab itu, masihkah percaya dengan sistem demokrasi yang diterapkan hampir di seluruh dunia ini? Siapapun yang punya ambisi kekuasaan tanpa didasari atas amanah yang tinggi untuk mengatur urusan manusia, jangan harap akan lolos dari pertanggungjawaban di akhirat.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar