KHUTBAH JUM'AT : MENEGUHKAN IMAN DAN IDENTITAS ISLAM


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. 
قَالَ اللهُ تَعَالَى  
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Janganlah kalian mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan. Jangan pula kalian menyembunyikan kebenaran, padahal kalian tahu. (QS Al-Baqarah [2]: 42).


Alhamdulillah, atas nikmat yang tak terhitung nilainya dari Allah subhanahu wa taala, terutama nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Takwa yang mewujud dengan ketundukan sepenuhnya terhadap aturan Allah subhanahu wa taala, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tanpa tapi dan tanpa nanti.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Di setiap penghujung tahun, ada kata yang banyak disampaikan kepada kita umat Islam. Apa itu? Toleransi. Kata itu ramai diucapkan apalagi menjelang Perayaan Natal. Seolah kita ini umat yang tidak paham toleransi. 

Merujuk pada Kamus Al-Munawwir, halaman 702, toleransi atau tasaamuh artinya sebagai sikap membiarkan (menghargai), lapang dada. Islam memberikan ketentuan yang sangat jelas tentang bagaimana toleransi terhadap orang kafir harus dilakukan. 

Pertama: Toleransi dengan orang kafir tidak boleh mengurangi keyakinan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar (yang lain salah) dan satu-satunya jalan keselamatan di Akhirat (yang lain tidak). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ 
Sungguh agama yang diakui oleh Allah hanyalah Islam (TQS Ali Imran [3]: 19).

Kedua: Toleransi tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa penerapan syariah secara kaaffah akan memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia (Muslim dan non-Muslim). Allah subhanahu wa taala telah berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ 
Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (TQS al-Anbiya’ [21]: 107).
 
Ketiga: Toleransi tidak boleh mengurangi semangat dakwah mengajak non-Muslim masuk Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ  
Serulah manusia menuju jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang jauh lebih baik (TQS an-Nahl [16] 125).

Keempat: Toleransi dilakukan dengan tidak memaksa non-Muslim untuk meyakini Islam. Mereka cukup didakwahi atau diajak masuk Islam. Jika menolak, mereka dibiarkan memeluk agama yang mereka yakini. Allah subhanahu wa taala berfirman:
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ  
Tidak ada paksaan untuk meyakini agama (Islam). Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat (TQS al-Baqarah [2]: 256).

Kelima: Islam membolehkan bermuamalah dengan non-Muslim (jual-beli, sewa-menyewa, ajar-mengajar dalam sainstek, dan lain-lain). Islam pun memerintahkan agar berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ  
Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak pula mengusir kalian dari negeri kalian. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS al-Mumtahanah [60]: 8).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, toleransi bukan partisipasi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan tegas menolak melakukan toleransi dalam bentuk terlibat apalagi mengamalkan ajaran agama lain. Ketika masih di Makkah, ada beberapa tokoh kafir Quraisy menemui beliau. Mereka adalah Walid bin Mughirah, Ash bin Wail, Aswad Ibnu al-Muthallib dan Umayah bin Khalaf. Mereka menawarkan toleransi, Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (kaum Muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Jika ada sebagian ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, maka kami akan mengamalkan hal itu. Sebaliknya, jika ada sebagian ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus amalkan. 

Kemudian turunlah QS al-Kafirun yang menolak keras toleransi semacam ini. Demikian sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jâmi li Ahkâm al-Qurân.  

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Lalu bagaimana kita harus menyikapi klaim kaum Nasrani bahwa Al-Masih anak Tuhan, sebagaimana disebut dalam QS at-Taubah ayat 30? Bagi kalangan Nasrani, sangat jelas, bahwa perayaan Natal adalah perayaan atas kelahiran Tuhan Yesus Kristus di dunia. Tidak ada makna lain dari Perayaan Natal selain ini. Lalu pantaskah kita ikut senang dan bergembira atas kelahiran Tuhan Yesus dengan ikut Perayaan Natal Bersama? 

Apalagi kelahiran Nabi Isa as, sebagaimana ditegaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala sendiri, sama seperti penciptaan Nabi Adam as.:
اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ 
Sungguh penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam (TQS Ali Imran [3]: 59).

Bagi Allah subhanahu wa taala, menciptakan manusia tanpa ayah-ibu saja (seperti Nabi Adam as) itu sangat mudah. Apalagi sekadar menciptakan manusia dari seorang ibu tanpa ayah (seperti Nabi Isa as). Karena itu tudingan bahwa Allah subhanahu wa taala punya anak adalah sebuah kemungkaran besar. Sebegitu mungkarnya sampai digambarkan dalam QS Maryam ayat 88-92:  langit pecah, bumi terbelah dan gunung runtuh.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Karena itu, sangat jelas, Islam adalah agama yang amat toleran. Islam memberikan kebebasan kepada setiap manusia dalam memilih agamanya. Islam pun menjamin perlindungan terhadap darah, harta dan kehormatan serta ibadah dan tempat ibadah non-Muslim. 

Namun demikian, toleransi bukan partisipasi, juga bukan malah menegasikan agamanya sendiri dengan, misalnya, menolak syariah diterapkan secara kaaffah. Sayangnya, justru itulah yang sekarang acap terjadi. 

Padahal, Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan hamba-Nya agar masuk Islam secara kaaffah, dalam seluruh aspek kehidupan: 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ  
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sungguh ia musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).

Alhasil, setiap Muslim wajib memegang teguh Islam. Haram hukumnya meninggalkan keyakinan Islamnya. Haram juga meninggalkan identitas keislamannya. Maka, haram hukumnya ikut perayaan Natal bersama. []

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم





KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar