Perundungan Marak Terjadi, Pendidikan Gagal Cetak Moral Generasi?


Oleh : Salis F. Rohmah (Praktisi Pendidikan)

Sebagai seorang guru dan pemerhati remaja, saya merasa sedih betul melihat tingkah laku para pelajar hari ini. Berbagai kasus perundungan pelajar terjadi di semua jenjang pendidikan. Korbannya pun mengalami berbagai kondisi yang menyakitkan. Tak menyangka jika hal tersebut dilakukan oleh teman sekolahnya yang seharusnya juga terdidik. Mulai dari kasus di Medan yang membuat korbannya seorang pelajar MAN babak belur hingga tangannya melepuh dibakar, hingga korban meninggal dunia yang dialami seorang pelajar SD di Bekasi. Semua kondisi ini membuat semua pihak mengelus dada dan sepatutnya segera bertindak. 

Berbagai faktor yang melingkupi kondisi generasi hari ini memang harus dicermati dan dievaluasi. Adanya perubahan, mutlak segera dilakukan untuk menyelamatkan masa depan generasi dan bangsa ini. Utamanya dalam moral generasi, sepertinya perlu banyak usaha dikerahkan agar mampu tertanggulangi. 


Meninjau Ulang Masalah Utama yang Dihadapi Generasi

Gagasan Indonesia Emas hanya akan menjadi gagasan jika hal-hal yang merusak generasi seperti ini tidak banyak diubah bahkan masih saja marak terjadi. Namun untuk menuju tujuan besar tersebut maka diperlukan analisis yang tepat untuk menunjuk hal yang menjadi masalah utama dari berbagai masalah yang terjadi pada generasi. Perundungan sudah dilabeli menjadi salah satu dosa besar pendidikan, namun ternyata kasus perundungan belum mengalami penurunan. Oleh karena itu, situasi ini harus kita tinjau ulang, sebenarnya apa akar masalah yang menyebabkan semua ini terjadi pada generasi?

Pendidikan memang seharusnya berbenah, nyatanya masih jauh dari harapan untuk membangun moral anak didik menjadi mulia. Pendidikan tidak seharusnya hanya berpacu pada kemampuan intelektual siswa tetapi juga kecerdasan spiritual mampu emosionalnya. Bahkan sudah sepatutnya transfer karakter menjadi tujuan utama pendidikan.Pendidikan seharusnya tidak hanya mencetak generasi pintar ilmu dan teknologi, namun lebih penting lagi mencetak moral generasi yang mulia. 

Namun generasi bangsa ini terdidik bukan hanya dari lembaga sekolah saja. Banyak faktor yang mempengaruhi moral generasi. Hasil interaksi intens anak dengan apapun atau siapapun di sekelilingnya pasti membentuk dirinya menjadi seperti apa. Kondisi keluarga sebagai lembaga terkecil dan pertama untuk mendidik, kondisi lingkungan masyarakat yang acuh tak acuh, media sosial yang juga bertaburan toxic bagi anak, bahkan aturan negeri yang juga saling berpengaruh. Sadar tidak sadar, semua variabel tadi memberikan teladan dan pengaruh buruk bagi anak. Mengapa demikian?

Kebebasan dan tidak dipakainya aturan agama dalam mengatur kehidupan adalah sumber utama masalah generasi. Bagaimana tidak? Ide kebebasan membuat manusia bebas menentukan sikap bahkan aturan yang berlaku pada kehidupan. Sedangkan jika manusia dibiarkan membuat aturannya sendiri pasti cenderung seenaknya sendiri hingga menimbulkan perselisihan. Maka yang terjadi hanyalah lubang kesalahan yang semakin besar dan dalam. 

Tuhan Semesta Alam Yang Menciptakan manusia telah memberi batasan-batasan berupa aturan yang harus ditaati oleh manusia agar manusia dapat hidup sebagaimana sesuai kodrat penciptaannya. Maka Islam diturunkan oleh sang Maha Pencipta dan Pengatur, Allah SWT, lengkap dengan aturan yang mengatur manusia dari berbagai bidang kehidupan, termasuk bagaimana menciptakan sistem pendidikan yang layak bagi generasi.


Islam Memiliki Sistem Pendidikan Terbaik

Dengan berasaskan aqidah Islam, maka akan lahir  sistem pendidikan terbaik. Keyakinan yang benar pada Allah dan hari pembalasan akan membuat orang lebih bertanggung jawab dengan apa-apa yang dilakukannya. Keyakinan tersebut harus ditanamkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka semua faktor yang berada di sekeliling generasi harus pula dibangun berdasarkan hal ini.

Keluarga yang berasaskan Islam sebagai madrasah utama bagi anak pasti mengutamakan teladan keyakinan bahwa Allah mengawasi dan meminta pertanggungjawaban kita kelak. Hingga anak juga mampu memegang keyakinan tersebut ketika bersama maupun tidak dengan orang tuanya. Ketaqwaan menjadi tujuan utama yang harus diperhatikan betul ketika orang tua mendidik anak.

Masyarakat yang terdidik dengan pemahaman dan perasaan Islami pasti cenderung aktif pula memberikan teladan taat di berbagai kesempatan. Bahkan masyarakat akan senantiasa mencegah kemungkaran dengan saling nasehat menasehati. Anak orang lain pun juga akan menjadi perhatiannya jika tidak menjalankan ketaatan kepada Allah. Sehingga masyarakat yang seperti ini cenderung aktif menjadi tempat anak selalu belajar bukan masyarakat individualis seperti peradaban sekuler Barat hari ini.

Yang lebih utama lagi adalah pengaturan negara yang berasaskan Islam. Dengan pengaturan dari negara akan membuat media yang intens bersama anak-anak juga menjadi media pembelajaran, bukan mencontohkan hal-hal kekerasan yang mudah sekali diakses seperti sekarang. Media yang selalu mengingatkan pada ketaqwaan kepada Allah hanya mungkin terwujud jika negara berlandaskan aqidah Islam. Dengan begitu otomatis negara akan mengatur Sistem Pendidikan pun berlandaskan Islam yang akan mencetak generasi unggul berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar