Oleh : Elly Waluyo (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Arus deras akibat penerapan sistem kapitalis di negeri ini semakin menjadi-jadi. Sistem yang hanya mempedulikan keuntungan materi ini mustahil mampu memitigasikan bencana apalagi mengatasinya. Meski bencana tersebut seakan langganan terjadi setiap tahun namun negara seolah tak ingin untuk meminimalisirnya, tak ada investigasi penyebabnya apalagi tindak lanjut untuk mengatasinya. Yang sering terjadi adalah ketika bencana sudah terjadi dan berlarut negara baru turun tangan. Mirisnya kunjungan pemberian bantuan bencana disertai ajang pencitraan.
Seperti saat ini dimana korban bencana banjir yang terjadi di Riau terus bertambah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau telah mencatat 6.467 orang dari sejumlah daerah di provinsi tersebut untuk mengungsi akibat rumah, lahan dan tempat usaha mereka terkena banjir yang sudah terjadi selama beberapa pekan ini. Edya Fahrizal selaku kepala BPBD menyampaikan bahwa korban terbanyak dampak banjir dengan rumah terendam banjir dari Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 3.992 orang, dari Kabupaten Meranti 2.240 orang. Kabupaten Bengkalis 191 orang, Kota Dumai 44 orang. Banjir tersebut juga menelan korban jiwa 4 orang. Secara keseluruhan yang terdampak banjir di Riau ada 4.686 kepala keluarga (KK) atau sebanyak 18.744 jiwa. Selain rumah penduduk, banjir juga menggenangi sejumlah fasilitas umum seperti jalan, masjid dan sekolah. Akibatnya aktivitas belajar sebanyak 29 SMA sederajat di Riau diliburkan. (https://www.cnnindonesia.com : 13 Januari 2023).
Bencana banjir juga terjadi di Bandung, tepatnya di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot akibat meluapnya sungai Citarum dan jebolnya tanggul anak sungai Cikapundung. Meski saat ini banjir sudah mulai surut di beberapa daerah namun ketinggian banjir masih 70 sentimeter menggenangi 7 RW. Yayan Setiana selaku kepala Desa Dayeuhkolot menyatakan bahwa masih ada 26 KK atau 80 jiwa yang mengungsi. (https://www.beritasatu.com : 14 Januari 2024)
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada tahun 2023 ini telah mencatat sebanyak 4.940 bencana terjadi, jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya. Dilihat dari segi wilayah, Indonesia menurut Letjen Suharyanto Kepala BNPB, termasuk salah satu negara diantara 35 negara yang beresiko tinggi bencana. Bencana di Indonesia di dominasi oleh kebakaran hutan, tercatat oleh BNPB sebanyak 1.802, dan rincian bencana seperti banjir sebanyak 1.170 kejadian, 1.155 cuaca ekstrem, 579 tanah longsor, 168 kekeringan, 31 gelombang pasang dan abrasi, 31 gempa bumi, 4 erupsi gunung berapi. Dari bencana tersebut sejumlah 267 orang tewas, 33 orang hilang, 5.785 orang luka-luka, 9.002.975 menderita dan mengungsi. Selain itu rumah dan fasilitas umum yang rusak terdampak bencana sebanyak 34.832 rumah, 426 fasilitas pendidikan, 380 rumah ibadah, 71 fasilitas kesehatan, 127 kanot dan 249 jembatan. (https://www.cnnindonesia.com : 12 Januari 2024)
Bencana yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, menunjukkan kurang mendalam dan komprehensifnya perencanaan pembangunan yang dilakukan. Kekurangan tersebut tentunya berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan saat ini, yaitu sistem kapitalis dimana dalam sistem tersebut lebih menitikberatkan pada keuntungan pribadi atau segelintir orang sehingga masa bodoh dengan dampak lingkungan seperti alih fungsi lahan, reklamasi pantai menjadi gedung-gedung tinggi, tempat wisata, perkotaan dan lain-lain. Lain halnya dengan sistem Islam yang menitikberatkan setiap kebijakan pada syariat Islam sehingga tidak diragukan lagi kemaslahatannya bagi umat dan penjagaan keharmonisan lingkungannya.
Sistem Islam merupakan sistem yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur yaitu Allah SWT maka para penguasa dalam Islam memiliki pemahaman sebagai ra’in atau pengurus umat yang menjalankan kebijakan dengan berkiblat pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Hasilnya pembangunan benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh warga negaranya. Stabilitas ekonomi yang kuat dan besar dalam sistem Islam berasal dari pengelolaan mandiri sumber daya alam, fa’i, kharaj, ghanimah, uzyur, jizyah, ghulul, jizyah, kharaj, dharibah, dan lain-lain.
Besarnya sumber pendapatan ini menjadikan negara mampu membiayai pembangunan meski tanpa turut campur investor asing. Kemudahan akses bahkan gratis bagi warganya untuk memanfaatkan segala fasilitas publik mampu dihadirkan oleh negara bersistem Islam. Demikianlah sistem Islam menjadikan sebuah negara menjadi negara adidaya yang kuat dan bermartabat.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar