Drama di Pilpres 2024


Oleh : Mami Bandung

Pemilu telah berakhir, pesta demokrasi atau pemilihan Presiden telah berlalu. Seluruh rakyat Indonesia telah memilih calon pemimpinnya.

Sedikit berbeda dengan pilpres tahun 2019 lalu, pilpres kali ini jauh lebih menarik untuk disimak. Sedikitnya ada 18 parpol yang ikut serta dalam pemilu tahun 2024 ditambah dengan 6 partai lokal Aceh sehingga total ada 24 parpol yang akan ikut meramaikan pemilu kali ini. Adapun capres dan cawapres ada tiga pasang yang maju dalam kontestasi pilpres kali ini yaitu, nomor urut 1 ada pasangan Anies dan Muhaimin, nomor urut 2 ada Prabowo dan Gibran, dan nomor urut 3 ada Ganjar dan Mahfud.

Dari ketiga calon kandidat pasangan capres dan cawapres ada satu pasangan yang menjadi perhatian publik yaitu pasangan Prabowo-Gibran. Bagaimana tidak, di usia Gibran yang masih sangat muda dan minimnya pengalaman, Gibran dipaksa untuk maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo.

Ditambah lagi pilpres kali ini dikemas dengan penuh drama. Layaknya dalam sebuah drama dimana semua sudah dikemas dan diatur sedemikian rupa, sehingga menjadi tontonan yang sangat menarik. Masing-.masing pasangan calon hadir membawa visi dan misi yang berbeda. Janji-janji manis kepada rakyat pun mulai disuarakan di masing-masing kubu, menawarkan program-program yang katanya akan mensejahterakan rakyat. Dari 18 parpol yang turut serta, 9 diantaranya berada di kubu Prabowo Gibran. Ini salah satu drama yang sangat menarik yang terjadi dalam kontestasi pilpres 2024.

Para petinggi partai-partai besar merapat dan mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Prabowo Gibran. Sementara kita tahu, Prabowo sendiri sudah 3 kali maju dalam ajang pilpres ini. Untuk yang keempat kalinya beliau kembali maju dalam ajang pilpres ini. Namun berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini partai politik pendukung Prabowo lebih banyak dari Pemilu sebelumnya.

Ada apa sebenarnya? Mungkin sebagian besar para petinggi partai sudah mengetahui siapa yang akan keluar sebagai pemenang, maka dari itu mereka rela menahan dan menanggung malu sekalipun.

Bagaimana tidak, beberapa nama besar seperti Ketum PBB, Yusril Ihza mahendra, Ketum Gelora, Anis Matta dan sampai Ketum Golkar, Airlangga Hartanto, pun ikut serta mendukung pasangan Prabowo Gibran dan disusul beberapa nama petinggi partai lainnya. Seperti Agus Harimurti Yudhoyono, beliau adalah Ketum partai Demokrat dan termasuk orang terakhir yang memutuskan untuk bergabung mendukung Prabowo, setelah sebelumnya Demokrat berada di kubu Anies Baswedan. Miris sekali memang, namun itulah yang terjadi.

Pasalnya, mereka para elit politik harus rela kehilangan wibawanya sendiri setelah Gibran secara resmi mengumumkan sebagai cawapres mendampingi Prabowo. Yang terpenting bagi para elit politik ini adalah mengamankan masing-masing kursi yang telah dijanjikan dan sudah menjadi MOU.

Tentu kalau kita lihat secara kasat mata saja, pasangan Prabowo Gibran ini jauh lebih unggul dari pasangan calon lainnya. Akan dibawa kemana dan akan menjadi seperti apa negara kita ini jika mempunyai pemimpin yang sangat minim pengalaman?

Sistem demokrasi ini adalah pembodohan publik. Sistem yang telah nyata kebobrokannya. Mari sama-sama buka mata, buka hati, buka telinga. Mari satukan pemikiran bahwa sistem demokrasi ini adalah sistem kufur yang hanya membodohi bahkan menzalimi rakyat. Inilah saatnya bagi umat Islam untuk bersatu melawan kezaliman. Dengan menggunakan sistem Islam maka kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia akan terjamin.

Wallahu a'lam bishowab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar