NALURI KEIBUAN TERKOYAK SISTEM RUSAK


Oleh : Ummu Hayyan, S.P. (Pegiat Literasi)

Apa yang terpikirkan ketika mendengar kata ibu? Wanita mulia yang rela menahan luka hanya untuk melahirkan anaknya. Seseorang yang lemah lembut dan penuh pengertian. 

Tapi berbeda dengan ibu yang satu ini. Seorang ibu asal kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Rohwana (38 tahun). Ia tega membunuh bayi yang baru ia lahirkan dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air. Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. (kumparan.com).

Kejadian itu terjadi pada hari Kamis (18/1/2024) sekitar pukul 21.00 WIB. (bangkatribun.com).

Kepada polisi, Rohwana mengaku tega membunuh bayinya itu karena tidak menginginkan kelahirannya. Alasannya karena tidak cukup biaya untuk membesarkan. Rohwana memiliki suami yang bekerja sebagai buruh. (kumparan.com).

Bagaimana bisa seorang ibu tega membunuh darah dagingnya sendiri? Seolah ia tidak merasakan lagi sayang ketika memutuskan untuk membunuh anaknya sendiri. 

Ini bukan kasus baru, sudah berulang kali terjadi tetapi minim solusi. Kenapa ibu bisa kehilangan fitrahnya yang penuh kelembutan dan kasih sayang?

Adalah sistem sekularisme kapitalisme yang telah mempengaruhi mindset individu dan masyarakat. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini berhasil mencetak manusia-manusia yang kehilangan rasa. Mereka mudah menyakiti bahkan membunuh meskipun buah hatinya sendiri. Tidak heran, soalnya sistem ini membuat manusia berperilaku bebas sesuka hatinya. Dalam kesehariannya, mereka tidak lagi melihat hukum suatu perbuatan tetapi menjadikan akal yang terbatas sebagai tuntunan. Dia berpikir bahwa banyak anak akan menyulitkan ekonominya sehingga ia memilih membunuh anaknya sendiri. 

Seperti inilah kondisi ibu dalam sistem sekuler-kapitalisme. Mereka menikah tanpa punya bekal matang terkait ilmu agama sehingga tidak paham bagaimana tanggung jawab ibu terhadap anaknya. Mereka juga tidak paham dengan konsep rezeki. Akibatnya ketika kehidupan rumah tangga dilanda masalah, mereka akan mudah kalut bahkan stres. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi sulit, lapangan pekerjaan sedikit, kebutuhan pokok melangit, itu semuanya membuat ibu semakin stres. Terdapat juga fakta ibu yang terpaksa memikul beban ganda. Dia bekerja pontang-panting keluar rumah.

Ada juga ibu rumah tangga yang tertekan dengan minimnya pemasukan suaminya. Ibu menjadi tertekan dan seringkali anaklah yang menjadi korban. Kebijakan ekonomi Kapitalisme lah yang menjadi penyebab semakin tingginya beban hidup di masyarakat.


Islam Menjaga Naluri Keibuan

Tentu kita ingin kehidupan yang lebih baik, di mana ibu dapat menjalankan perannya dengan baik. Yaitu sebagai pengasuh dan pendidik anaknya tanpa harus terbebani sulitnya kondisi ekonomi. Sehingga kita membutuhkan sistem yang menjadi solusi. Yaitu sistem Islam yang berasal dari Allah SWT Sang Maha Pencipta manusia. 

Islam akan menerapkan sistem ekonomi dan pendidikan Islam. Dengan diterapkan sistem pendidikan Islam yang berasaskan aqidah Islam, maka setiap individu akan dididik agar memiliki kepribadian Islam. Yaitu mampu berpikir dan bersikap sesuai standar Islam. Fokus berkarya untuk peradaban Islam. Dan ketika menjadi seorang ibu dia paham bahwa anak adalah aset berharga. Dia akan mendidiknya agar menjadi anak yang sholeh. Ibu tidak akan pernah membunuh anaknya karena takut akan rezeki sebab Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur'an surat Al- Isra : 31, yang artinya : "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar."

Ibu akan yakin dengan rezeki yang diberikan Allah kepada dirinya dan anaknya. Ibu akan berusaha sebaik mungkin mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dalam bingkai ketaatan. Sehingga anak akan tumbuh dengan bahagia dan menjadi individu taat. 

Negara dalam Islam juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Dalam Islam, kebutuhan pokok adalah hak seluruh rakyat sehingga negara akan menjamin rakyatnya agar dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Pendidikan, kesehatan dan keamanan akan diberikan secara gratis. Negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, sehingga laki-laki yang memiliki kewajiban nafkah dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan. 

Sementara itu, wanita tidak diwajibkan untuk bekerja. Kebutuhannya akan selalu dijamin. Jika sebelum menikah, maka kebutuhannya akan dipenuhi oleh ayahnya. Setelah menikah, nafkahnya ada di pundak suaminya. Bila tidak ada suami atau ayah, maka nafkahnya akan dipenuhi oleh kerabatnya. Bila kerabatnya tidak ada atau tidak mampu, maka nafkah wanita akan ditanggung oleh negara. Sehingga ibu tidak akan khawatir akan nafkah. Ibu akan fokus untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Dengan demikian, hanya dengan menerapkan aturan Islam lah, naluri keibuan seorang wanita akan tetap terjaga.

Wallaahu a'lam bish-shawwab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar