Oleh : Sri Setyowati (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Agresi pasukan Israel ke Jalur Gaza, Palestina, telah berlangsung selama hampir lima bulan dan terus memakan korban. Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), selama 7 Oktober 2023—21 Februari 2024, warga Jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel mencapai 29.313 jiwa, dan korban luka 69.333 orang.
Pertempuran darat antara pasukan Israel dan kelompok bersenjata Hamas Palestina juga masih berlangsung, khususnya di selatan Kota Gaza dan Al Mawasi di barat laut Khan Younis, di mana puluhan ribu pengungsi berada.
Dewan Keamanan PBB masih berupaya membuat resolusi untuk mendesak gencatan senjata. Draf resolusi terbarunya disusun oleh Aljazair, dan sudah didukung oleh 13 dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB. Namun, Inggris menyatakan abstain, dan Amerika Serikat kembali menggunakan hak veto untuk membatalkan resolusi tersebut pada Selasa (20/02/2024). Dan ini adalah ketiga kalinya AS memveto resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. (katadata.co.id, 22/02/2024)
Di sisi lain, militer Israel kembali membunuh ratusan warga Gaza, Palestina, pada Kamis (29/02/2024). Sedikitnya, 112 orang dilaporkan tewas dalam serangan keji tersebut. Para korban merupakan warga sipil yang sedang berkerumun dalam antrean menunggu bantuan makanan di Gaza bagian utara. (antaranews.com, 29/02/2024)
Serangan Zionis Yahudi makin kejam dan tidak berperikemanusiaan, seolah membuktikan genosida yang ditargetkan. Serangan tersebut menyebabkan pengungsian massal, kehancuran, kekurangan bahan pokok, air bersih, obat-obatan, kelaparan, penyakit dan kematian. Anak-anak meninggal karena kekurangan gizi dan dan dehidrasi, malnutrisi tidak dapat dihindari. Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami kesulitan tumbuh kembang. Mereka akan mengalami stunting yang berdampak pada fisik dan kognitif jangka panjang dan permanen.
Pertempuran yang berlanjut di Rafah semakin mempersulit operasi kemanusiaan. Untuk saat ini saja sudah terhambat oleh tiadanya jaminan keamanan, kerusakan infrastruktur, dan pembatasan akses
Rafah menjadi tempat terakhir berlindung 1,4 juta muslim Gaza sekaligus tempat penyaluran bantuan kemanusiaan dari dunia internasional. Namun saat ini Rafah justru menjadi pusat operasi militer penuh Zionis Yahudi. Mirisnya, pemimpin-pemimpin muslim masih memiliki hubungan baik dengan Zionis penjajah. Karena dibatasi nation state, berbagai pemimpin negeri muslim dan lembaga dunia seperti PBB hanya sebatas memberikan kecaman, keprihatinan dan kepedulian tanpa tindakan nyata mengusir Zionis penjajah. AS yang memberikan bantuan makanan pertama kalinya melalui udarapun tidak menutup kemungkinan juga sebagai sarana untuk memberikan bantuan senjata untuk Zionis dengan jalur udara. Dan lebih ironis lagi, negeri muslim terdekat Palestina pun mempersulit dengan membangun tembok yang tinggi dan berlapis-lapis.
Bukan hanya kalimat-kalimat yang menunjukkan bahwa kita peduli, kita prihatin. Kita menuntut ada sikap tegas kepada entitas Zionis saat ini. Yang dibutuhkan dari para ulama, tokoh-tokoh umat muslim yang masih mempunyai kesadaran untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah dan mewujudkan perintah syariat seperti yang telah difirmankan Allah SWT, "Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya)." (QS An-Nisa[4]:84)
Maka yang dibutuhkan hari ini adalah satu kalimat tegas bahwa negeri-negeri di dunia Islam semestinya mengirimkan pasukan membebaskan saudara-saudara mereka yang saat ini tertindas di wilayah Gaza di pengungsian Rafah dari penindasan ataupun agresi entitas Zionis Israel.
Saat ini kita sudah tidak punya waktu lagi untuk berbasa-basi dengan diplomasi ataukah perbincangan-perbincangan untuk menyampaikan gagasan agar antara entitas Zionis dengan Hamas ada kesepakatan. Ini adalah tentang ancaman kehilangan nyawa dan genosida nyata yang ada di depan mata kita.
Kita tentu menginginkan umat ini kembali hidup di bawah naungan syariat dalam naungan sistem pemerintahan berdasarkan Islam yakni Khilafah yang akan menjadi pelindung muslim di seluruh belahan dunia. Maka wajib bagi kita berjuang untuk senantiasa berikhtiar dengan istiqamah berdakwah dan berdoa agar pertolongan Allah datang dengan tegaknya kembali Khilafah sehingga lenyap segala bentuk genosida di muka bumi.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar