Oleh: Rembulan Purnama Sari (Aktivis Muslimah)
Seluruh dunia telah bergembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tetapi berbeda dengan warga Palestina di Gaza yang sedang dilanda perang hingga saat ini. Dari fakta yang kita lihat bahwa Gaza sedang di landa kelaparan, serta penyakit lainnya. Serangan pun terus terjadi hingga tempat pengungsian yang mereka tempati di bombardir terus menerus oleh militer Israel.
Kantor Media Gaza mengungkapkan bahwa 800 ribu penduduk di wilayah Gaza dan wilayah utara Palestina, menghadapi kematian, karena kelaparan dan kehausan di tengah agresi brutal Israel. (Jakarta, CNN Indonesia Sabtu, 13/1/2024)
Sebuah pernyataan menjelaskan bahwa dua wilayah itu membutuhkan 1.300 truk makanan setiap hari untuk mengatasi krisis kelaparan dengan 600 truk untuk wilayah utara dan 700 truk untuk kota Gaza. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Israel sengaja mempercepat laju kelaparan yang sesungguhnya dan membunuh 14 orang warga Gaza yang mencoba mendapatkan makanan. Tapi, laporan itu tidak memberikan rincian mengenai kematian tersebut.
Dari Laporan PBB, yang mengutip Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan 25 orang telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi akut. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. PBB telah melaporkan kesulitan dalam mengakses Gaza utara untuk pengiriman makanan dan bantuan lainnya. Warga di seluruh wilayah Gaza juga semakin merasakan kekurangan selama bulan Ramadan. (detikNews.com, Selasa 12 maret 2024)
Bagaimana bisa tenang ketika saudara kita sendiri makan dan minumnya sudah tak layak untuk dimakan seperti makan pangan ternak hewan rerumputan dan yang lainnya. Menjelang Ramadan kemarin, sejumlah perusahaan kurma asal Israel ketar-ketir produk buatannya tak laku di masyarakat. Pasalnya, ajakan boikot produk Israel masih terus menggema di dunia akibat perang dengan Palestina.
Mengutip Middle East Eye, Minggu (3/2) sepertiga dari total ekspor kurma produsen Israel dilakukan selama bulan Ramadan. “Kampanye iklan senilai USD 550.000 untuk mempromosikan kurma Medjool Israel dihentikan sebagai tanggapan atas ketakutan akan boikot,” tulis laporan itu. Pengawasan terhadap produk-produk Israel di kalangan muslim meningkat setelah pertumpahan darah di Gaza. Konflik tersebut telah mengakibatkan hampir 30.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 69.000 orang terluka oleh Israel hanya dalam waktu lima bulan.
“Siapa pun yang mendekati rak tersebut dan melihat tulisannya ‘Buatan Israel’ akan berpikir dua kali,” kata seorang pengusaha yang memiliki hubungan dengan industri kurma. “Sebagian besar kurma dijual selama Ramadhan dan di mana pun mereka [komunitas muslim] bisa membeli dari orang lain, mereka akan mencoba menghukum kami,” tambahnya. Israel adalah salah satu produsen kurma terbesar di dunia, khususnya kurma Medjool yang populer. Untungnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan Israel bukanlah negara utama pemasok kurma di Indonesia. Negara pemasok kurma terbesar ke Indonesia adalah Mesir.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian Israel, nilai ekspor kurma dari Israel tembus USD 338 juta pada tahun 2022, dibandingkan dengan ekspor buah-buahan lainnya senilai USD 432 juta. “Dalam upaya untuk melawan kampanye boikot, produsen Israel bekerja sama dengan beberapa pembeli untuk mengubah label pada produk mereka dalam upaya untuk mengaburkan asal muasal kurma tersebut,” tulis laporan itu. Salah satu eksportir terbesar Israel adalah Hadiklaim. Ia menjual kurma di supermarket dengan nama berikut: King Solomon, Jordan River dan Jordan River Bio-Top.
Hindari juga produsen kurma Mehadrin, MTex, Edom, Carmel Agrexco, dan Arava. Beli kurma Palestina yang dibawa ke Inggris oleh Zaytoun, sebuah perusahaan sosial yang mendukung petani Palestina melalui perdagangan yang adil. Selain itu, kondisi di Palestina sangat menegangkan. Kaum muslim di sana harus merayakan Ramadan di antara reruntuhan bangunan, di tenda-tenda pengungsian, di bawah lalu lalang bom yang datang silih berganti. Mereka terus mendengar ledakan bom dan suara sirine ambulans. Mereka juga kesulitan menemukan makanan berbuka, kalaupun ada, harganya melangit. (Viva, 13-3-2024).
Hingga saat ini, kaum muslimin telah tersekat oleh nasionalisme yang mengakibatkan kaum muslimin menjadi terpecah belah. negara-negara dunia hanya berani melakukan kecaman terhadap kebrutalan Israel. Mereka bahkan mengajukan solusi dua negara. Lembaga perdamaian dunia alias PBB juga tidak bisa berkata-kata apa-apa. Peringatannya tidak mampu menghentikan tindakan Israel.
Hingga saat ini, negara-negara seluruh dunia hanya bisa melakukan kecaman terhadap kebrutalan Israel. Mereka bahkan mengajukan solusi dua negara. Lembaga perdamaian dunia alias PBB juga tidak bisa berkata dan berbuat apa-apa. Peringatannya tidak mampu menghentikan tindakan Israel tersebut
Cendekiawan muslim Ustaz Ismail Yusanto menyebut para penguasa itu takut kehilangan kekuasaan. Hal itu disampaikan beliau dalam “Focus to The Point: Gaza Terus Dibombardir, Kenapa Penguasa Arab Diam?” di kanal YouTube UIY Official, (5-2-2024). Ia juga mengatakan, jika para penguasa muslim tidak mau mengikuti kemauan Amerika dan Zionis, dalam waktu yang tidak lama kekuasaan mereka akan tumbang.
Para penguasa muslim yang dekat dengan Gaza, seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan Arab Saudi, akan menanggung dosa. Ini karena Nabi saw. telah mengingatkan umatnya, “Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim).
Penduduk Gaza telah habis-habisan “dihajar” dengan perang oleh Zionis. Kini, ditambah lagi dengan ketakpedulian para penguasa muslim dengan menutup pintu masuknya bantuan makanan dan kesehatan. Bertubi-tubi ujian dan kekejaman yang sedang dihadapi penduduk, termasuk anak-anak Gaza.
Oleh karena itu, seruan boikot akhirnya muncul di kalangan kaum muslim sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap penderitaan Palestina. Mereka hanya dapat melakukan tindakan tersebut karena pemimpin di negeri-negeri muslim tidak berani bertindak tegas. Umat pun melihat tidak ada negara yang mau secara terang-terangan memusuhi Isra*l ataupun ada di pihak Palestina.
Seruan boikot terhadap produk Zionis ini tidak hanya khusus pada produk kurma atau barang saja, melainkan termasuk pemikiran-pemikiran yang membuat negeri-negeri muslim diam melihat Palestina diserang. Produk pemikiran yang dimaksud ialah nasionalisme, liberalisme, demokrasi, dan kapitalisme, termasuk induknya, yakni sekularisme. Alhasil, umat tidak boleh sekadar melakukan aksi boikot biasa.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa serangan terhadap Palestina dimulai sejak PBB yang di dalamnya ada Inggris dan sekutunya menyetujui entitas Yahudi tinggal di Palestina. Dari mereka, Yahudi mendapatkan pasokan senjata dan membangun negaranya di atas bumi para nabi.
Negara-negara itu pula yang telah menghancurkan Khilafah Utsmaniyah melalui Mustafa Ataturk. Mereka adalah negara yang memegang kapitalisme, meniupkan nasionalisme, dan menyelundupkan demokrasi ke negeri-negeri muslim hingga berpecah belah seperti sekarang. Dengan demikian, sudah selayaknya produk pemikiran seperti ini juga turut diboikot.
Untuk membersihkan Zionis dari Palestina, kaum muslim harus berani mengambil langkah konkret dan taktis.
Pertama, jangan lagi berharap pada lembaga dunia seperti PBB. Hadirnya PBB tidak berpengaruh apa pun pada Palestina. Lihatlah kepongahan Zionis yang mempermainkan lembaga ini dengan sesuka hati. Dewan Keamanan PBB juga mandul dalam peran sentral AS di lembaga tersebut. Sebagai contoh, keanggotaan Indonesia sebagai anggota DK PBB tidak berimplikasi apa pun terhadap perilaku Zionis yang kian keji. Hanya kutukan dan kecaman yang nyaring dibunyikan, tetapi minim hasil. Zionis tidak acuh, AS pun tutup mata dan telinga.
Kedua, menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas kejahatan kemanusiaan adalah hal yang mustahil. Buktinya, keputusan sementara yang dihasilkan di pengadilan ini tidak membuat Zionis gentar dan menghentikan genosida. Yang ada, mereka makin menjadi-jadi menarget warga sipil tanpa ampun. Dukungan AS menjadi alasannya. Ia tidak akan membiarkan “golden boy”-nya diadili. Meski belakangan AS tampak menjauh dari Zionis, tetapi ia juga tidak menghentikan bantuan militernya kepada zionis. Apa yang dilakukan AS saat ini sekadar memoles citranya di mata dunia. Dari masa ke masa, dukungan AS kepada Zionis tidak berubah meski berganti presiden. Jadi, lupakan saja keinginan mengadili Israel ke Mahkamah Internasional.
Ketiga, “two state solution” dan diplomasi bukanlah solusi. Membagi dua tanah untuk Palestina dan entitas Yahudi adalah bentuk pengkhianatan. Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan darah dan air mata kaum muslim. Selamanya akan menjadi milik kaum muslim. Sementara itu, Zionis hanyalah entitas parasit yang menumpang hidup di Palestina. Keberadaannya sebagai negara dipaksakan oleh Barat. Berbagai jalan diplomasi hingga gencatan senjata berujung tumpul dan nihil. Menghadapi Zionis bukanlah dengan diplomasi atau duduk manis berdiskusi. Mereka hanya bisa dibasmi dengan memeranginya.
Keempat, persatuan kaum muslim harus diwujudkan. Palestina adalah ujian ikatan akidah. Palestina adalah cobaan ukhuwah Islamiah. Ukhuwah itu tidak tampak tatkala nation state telah mengerat tubuh kaum muslim menjadi puluhan negara. Negara bangsa inilah yang membuat Liga Arab sulit melawan Zionis meski mereka mendukung Palestina.
Namun, dukungan itu toh bagai lip service semata. Tidak ada tindakan nyata dari Liga Arab untuk mengusir penjajah Yahudi dari tanah Nabi. Itu karena kepentingan politik dan kerja sama mereka dengan Zionis. Di satu sisi mendukung, di sisi lain berjabat tangan dengan pembantai muslim Palestina. Akidah pun tergadai atas nama kepentingan bangsa.
Kelima, pembebasan Palestina hanya bisa dilakukan dengan jihad fi sabilillah. Syariah Islam telah mewajibkan jihad fi sabilillah atas kaum Muslim ketika mereka diperangi musuh. Qadhi Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahulLâh dalam kitab Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah Jilid 2 menyatakan bahwa jihad adalah fardhu ’ain jika kaum Muslim diserang oleh musuh. Fardhu ain ini bukan hanya berlaku untuk Muslim Palestina, tetapi juga bisa meluas bagi kaum Muslim di sekitar wilayah Palestina jika agresi musuh tidak bisa dihadang warga setempat.
Ini juga sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Said bin Ali Wahf al-Qahthani dalam kitab Al-Jihâd fî SabîlilLâh: ”Jika musuh telah memasuki salah satu negeri kaum Muslim maka fardhu ’ain atas penduduk negeri tersebut untuk memerangi musuh dan mengusir mereka. Juga wajib atas kaum Muslim untuk menolong negeri itu jika penduduknya tidak mampu mengusir musuh. Hal itu dimulai dari yang terdekat kemudian yang terdekat.” (Al-Qahthani, Al-Jihâd fî SabîlilLâh Ta’âla, hlm. 7, Maktabah Syamilah).
Berdasarkan hukum ini, wajib bagi kaum Muslim di wilayah terdekat Palestina seperti Yordania, Mesir, Libanon dan Suriah untuk mengirimkan pasukan untuk mengusir kaum Yahudi sampai mereka benar-benar terusir dari sana. Haram bagi mereka berdiam diri atau hanya sekadar mengecam. Karena itu jihad adalah solusi bagi agresi Zionis Yahudi atas tanah Palestina. Hal itu sesungguhnya sangat mudah. Pasalnya, kekuatan militer negeri-negeri Muslim seperti Mesir, Suriah dan Yordania secara perhitungan jauh di atas kekuatan militer kaum Yahudi.
Sebagai perbandingan, Pasukan Pertahanan Yahudi (IDF) hanya berjumlah 169.500 orang, 1.300 tank. Adapun kekuatan militer Mesir adalah 450.000 personel militer aktif, dengan tank perang 2,16 ribu dan 5,7 ribu kendaraan perang. Apalagi jika negeri-negeri Muslim lainnya bersatu. Dengan izin Allah, kekuatan entitas Yahudi akan hancur-lebur.
Solusi Hakiki Untuk Palestina
Masalah Palestina adalah masalah kaum muslim. Tidak boleh ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, apalagi kepada perampok dan penjajah seperti zionis. Oleh karena itu, sikap seharusnya terhadap Zionis yang telah merampas tanah Palestina adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yakni perangi dan usir!
Demikian sebagaimana firman-Nya, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (QS At-Taubah [9]: 14).
Harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain Khilafah Islamiah. Dengan Khilafah, sekat bangsa akan tercerai, persatuan kaum muslim akan mewujud, akidah Islam menjadi fondasi kekuatan Islam. Khalifah akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam.
Dalil kewajiban Khilafah sudah banyak dinyatakan dalam hadis. Salah satunya, “Sesungguhnya (urusan) agama kalian berawal dengan kenabian dan rahmat, lalu akan ada Khilafah dan rahmat.” (HR Al-Bazzar).
Kata “Khilafah” dalam hadis ini memiliki pengertian sistem pemerintahan, pewaris pemerintahan kenabian. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi saw, lainnya, “Dahulu, Bani Israil dipimpin dan diurus oleh para nabi. Jika para nabi itu telah wafat, mereka digantikan oleh nabi yang baru. Sungguh, setelah aku tidak ada lagi seorang nabi, tetapi akan ada para khalifah yang banyak.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sepanjang sejarah, Khilafah mampu menjaga dan melindungi Palestina hingga tiga agama di sana, yakni, Islam, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan secara damai lebih dari 400 tahun lamanya.
Hanya jihad dan Khilafah solusi fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah. Mau berapa bukti lagi bahwa tanpa Khilafah umat tertindas dan tercerai berai?
Hanya Khilafah rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindungan. Dengan Khilafah, kaum muslim terjaga kehormatan, nyawa, dan hartanya. Semoga Allah menyegerakannya untuk kita. Wallahualam. Sumber : [MNews/Gz]
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar