Oleh: Nuryanti
Berbuka puasa merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh orang yang berpuasa. Setelah kurang lebih 13 jam menahan lapar dan dahaga, serta hal-hal lain yang bisa membatalkan puasa. Namun di masyarakat banyak kita jumpai kebiasaan buruk dalam berbuka puasa seperti balas dendam untuk makan dan minum, sehingga saat berbuka mereka berbuka secara berlebihan sampai merasa begah karena kekenyangan.
Sejatinya dalam Islam, berbuka adalah merupakan momen kegembiraan bagi orang yang berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Bagi orang-orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu, kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabbnya." (HR. Muslim)
Berkaitan dengan hadist ini, Mulia Ali al-Qari dalam kitab Murqatul Mafatih Syarah Misykatil Mashabih beliau menjelaskan bahwa orang yang berpuasa merasa gembira saat berbuka puasa karena beberapa sebab. Pertama, terbebas dari tanggungan perintah Allah SWT berupa kewajiban puasa. Kedua, mendapatkan pertolongan dari Allah SWT untuk menyempurnakan puasanya. Ketiga, dapat makan dan minum setelah menahan lapar dan dahaga. Keempat, meraih pahala yang diharapkan.
Walaupun berbuka adalah merupakan momen kegembiraan bagi orang yang sedang berpuasa, namun syari'at Islam tidak membiarkan manusia memenuhinya dengan sekehendak dirinya. Islam telah memberikan penjelasan tentang pelaksanaan berbuka, yang merupakan bagian dari aktivitas ibadah. diantaranya Allah SWT melarang untuk makan dan minum secara berlebihan sebagaimana dalam surat Al A'raf ayat 31, "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, yakni Allah SWT menghalalkan makan dan minum selagi dilakukan dengan tidak berlebihan dan tidak untuk kesombongan. Rasullullah Saw mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam berbuka puasa. Sebagaimana dalam hadits yang disampaikannya oleh Anis bin Malik Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Saw berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat jika tidak ada ruthab, maka berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr maka beliau berbuka dengan minum seteguk air (HR. Abu Dawud).
Imam asy-Syafi'i ra. dalam maqolahnya juga menjelaskan akibat terlalu kenyang atau berlebihan saat berbuka sehingga perut terlalu penuh dengan makanan, akan menyebabkan mengerasnya hati dan menghilangkan kecerdasan serta rasa malas untuk beribadah. Kitab Suyar A'lam Am-mubala juz 8 hal. 248 yang artinya kekenyangan itu akan memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan melemahkan seseorang untuk beribadah. Berlebihan dalam berbuka menimbulkan dampak yang buruk dalam kehidupan.
Oleh karena itu, para ulama salafus sholeh diantaranya yaitu Abu Juhaifah semasa hidupnya beliau tidak pernah memenuhi makanan sampai merasa kenyang. Jika ingin badan sehat, maka sedikitlah makan. Inilah cara yang dilakukan oleh para ulama salafus sholeh ketika mereka berbuka atau makan. Kebutuhan mereka terhadap makan atau berbuka cukup dengan beberapa suap sampai bisa menegakkan tulang punggungnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Maka dari itu, tidak bisa kita lepaskan kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita untuk malas beribadah karena pengaruh kehidupan sekular kapitalis yang membuat individu-individu konsumtif, tamak dan serakah terhadap dunia. Maka sudah saatnya untuk mencampakkan sistem sekular kapitalis dan kembali kepada sistem Islam. sistem yang diridhai Allah SWT yaitu sistem Khilafah yang akan membawa keberkahan hidup baik dunia dan akhirat.
Wallahu a'lam bissowab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar