Harga Gula Melangit, Hidup Rakyat Makin Sulit


Oleh : Nur Hidayati

Harga gula saat ini masih tinggi di pasaran. Mengutip dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) per sabtu (20/4/2024), harga rata-rata nasional gula konsumsi di tingkat pengecer sebesar Rp18.050/kg. Harga gula tertinggi Rp28.980/kg di Papua pegunungan, kemudian harga terendah Rp16.610/kg di kepulauan Riau (www.kompas.tv). Hal ini tak lepas dari kebijakan pemerintah sejak 15 April lalu. 

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan "Kebijakan relaksasi HAP gula diberlakukan karena memang harga komoditas tersebut secara global cukup tinggi, dan masih tergantung pada impor".

Sistem kapitalisme menjadikan negara mengambil kebijakan stabilitas harga komoditas dengan menerapkan HAP dan HET. Seakan-akan tidak ada upaya serius dari negara untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Ini salah satu bukti buruknya sistem kapitalisme saat ini. Rakyat harus mencari sendiri solusi dari permasalahan yang seharusnya ditangani oleh negara. Ketahanan pangan hanya akan terwujud dalam negara khilafah. Kaum Muslim harus memiliki kemandirian mengatur semua urusan kehidupannya berdasarkan syariat, tentunya melalui bimbingan yang telah disediakan oleh negara khilafah. 

Seperti firman Allah dalam surat An-Nisa:141 yang artinya "Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman".

Dalil tersebut mewajibkan negara agar tidak menggantungkan urusan rakyatnya kepada orang-orang kafir atau negara kafir. Dalam politik ekonomi IsIam, seorang Khalifah akan mengarahkan pada jaminan pemenuhan semua kebutuhan pokok setiap individu. 

Politik Islam wajib dijalankan oleh pemerintah, sebagaimana sabda Rasulullah "Sesungguhnya seorang imam atau kepala negara adalah raa'in atau pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya" (HR.Muslim dan Ahmad). Hadis ini menegaskan jika tanggung jawab untuk mengelola dan mengatur sektor pertanian dan pangan ada di tangan negara bukan ditangan korporasi. 

Wallahu A'lam Bishowab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar