KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ
خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang menyerukan kebajikan (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (TQS Ali Imran [3]: 104)
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya dengan sempurna. Sholawat serta salam tak henti kita curahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, utusan-Nya yang penuh kesabaran dan teladan sempurna bagi umat manusia.
Mari kita bersama-sama merenungkan kebesaran Allah, dan merenungi betapa mulianya ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan penuh kesadaran akan keberadaan-Nya, marilah kita bertekad untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah, dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, serta terus berjalan di jalan yang lurus menuju rahmat dan keberkahan-Nya.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada Senin lalu (22/4) dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024 mengecewakan bagi pihak yang masih berharap akan keadilan. MK menolak semua gugatan dari Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 01 (Anies-Muhaimin) dan 03 (Ganjar-Mahfud MD) terkait dugaan kecurangan Terstruktur, Sistematis dan Massif (TSM) dalam Pilpres 2024.
Keputusan ini secara efektif mengkonfirmasi kemenangan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 02 (Prabowo-Gibran). Keputusan MK ini tampaknya mengulangi apa yang telah terjadi pada Pilpres 2019, di mana pasangan Jokowi-Makruf Amin juga "dimenangkan" oleh MK, meskipun Pilpres 2019 juga dipenuhi dengan tuduhan kecurangan TSM.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Patut disadari, kecurangan TSM sesungguhnya tak hanya sering terjadi pada proses Pemilu/Pilpres. Kecurangan TSM justru melekat pada sistem politik demokrasi itu sendiri.
Pertama: Demokrasi curang dari sisi asas. Sekularisme adalah bentuk kecurangan yang paling mendasar. Pasalnya, demokrasi mengakui keberadaan Tuhan (agama), tetapi menolak otoritas Tuhan (agama) dalam mengatur kehidupan manusia. Allah subhanahu wa taala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara total, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Kedua: Curang dalam hal kedaulatan dan kekuasaan. Sistem Demokrasi ditopang oleh dua pilar: (1) kedaulatan (as-siyaadah, sovereignity, hak membuat hukum) di tangan rakyat; (2) kekuasaan (as-sulthaan, power, pengaruh) juga di tangan rakyat. Praktiknya, klaim tersebut tidaklah benar. Kedaulatan dalam demokrasi sebenarnya terletak pada segelintir orang yang duduk di DPR dan pemerintahan, didukung oleh para oligarki (cukong modal).
Prinsip kedaulatan (hak membuat hukum) di tangan rakyat bertentangan dengan prinsip Islam yang menegaskan bahwa hanya Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Pembuat hukum. Bukan manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ
Sungguh hak membuat hukum hanya milik Allah (TQS al-An’am [6]: 57).
Ketiga: Curang dalam hal keberpihakan. Demokrasi mengaku berpihak pada rakyat, tetapi seringkali justru mendukung kepentingan segelintir pemilik modal atau oligarki.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Islam adalah agama untuk seluruh makhluknya (alam). Allah mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa syariah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali agar menjadi rahmat bagi seluruh alam (TQS al-Anbiya’ [21]: 107).
Hukum Islam berpihak kepada semua orang. Contohnya, hukum potong tangan bagi pencuri, yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menolak jika diterapkan secara tebang pilih. Beliau bersabda:
Sungguh kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka itu, jika seseorang dari kalangan terhormat di tengah-tengah mereka mencuri, mereka biarkan. Namun, jika yang mencuri di tengah-tengah mereka itu orang lemah, mereka memberlakukan hukuman tegas (had) atas orang lemah tersebut. Demi Allah, sungguh andai saja Fatimah binti Muhammad mencuri, pasti akan aku potong tangannya! (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Penerapan seluruh aturan Islam akan menghilangan segala bentuk ketidakadilan, juga menghapus segala bentuk kecurangan. Hal ini didasarkan pada sejumlah alasan:
Pertama, Dari segi asas. Dalam Islam, asas kehidupan sosial dan politik adalah akidah. Seorang pemimpin menyadari bahwa tindakannya berdampak di dunia dan di akhirat.
Kedua, Dari segi pilar politik. Dalam politik Islam, ada dua pilar penting: (1) kedaulatan di tangan Allah subhanahu wa taala (syariah); (2) kekuasaan di tangan umat.
Ketiga, Dari segi mekanisme koreksi terhadap penguasa yang berlapis. Proses ini dilakukan melalui individu, kelompok (partai politik Islam), dan lembaga seperti Majelis Umat dan Mahkamah Mazhalim. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menghargai aktivitas menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Beliau bersabda :
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَاِئرٍ
Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang menyimpang (zalim) (HR ath-Thabarani dan al-Baihaqi).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Sudah seharusnya umat Islam tidak lagi menggantungkan harapannya pada demokrasi, karena demokrasi tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Saatnya bagi umat Islam untuk membuang konsep demokrasi dan fokus pada upaya menerapkan syariah Islam secara menyeluruh dalam kehidupan mereka.
Untuk mencapai hal ini, mereka perlu meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam menegakkan Islam. Langkah-langkahnya antara lain adalah dengan membangun partai politik Islam dan meningkatkan dakwah, membentuk opini publik tentang Islam, dan menyadarkan umat akan pentingnya politik Islam. Pencapaian kekuasaan harus dilakukan melalui jalan umat, didukung oleh mereka yang memiliki kekuatan, untuk menerapkan syariah Islam dalam semua aspek kehidupan, terutama dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah). []
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar