Oleh : Najwa Aliyya
Virus merah jambu kini semakin menggerogoti pemikiran masyarakat, terutamanya para remaja. Faktanya, dizaman sekarang ini para remaja beranggapan bahwa menjadi seorang single itu justru memalukan.
Saat ini pun, cinta itu sudah seperti tuhan yang harus di agung-agungkan, dan menjadi sangat tergila-gila saat mencintai seseorang. Sehingga hilanglah istilah "Cintai dulu dirimu sendiri".
Remaja saat ini tidak pernah membuka mata hingga menembus dinding ibaratnya, dan tidak ingin mencari tahu dampak akibat dari terlalu berharap pada cinta.
Faktanya, banyak sekali kasus bundir karena putus cinta. Akibat terlalu berharap pada seseorang. Namun, dijatuhkan begitu saja.
Seperti kasus bundir yang tengah viral di media sosial baru-baru ini di negara China. Yaitu, Fatcat (nama akun tiktok) pemuda usia 21 tahun yang bunuh diri akibat ditinggal kekasihnya yang dia cintai setelah 2 tahun membiayai hidup kekasihnya.
Tidak tanggung-tanggung, dia bahkan sudah memberikan uang sebanyak 1,8 miliar hanya demi melihat kekasihnya bahagia.
Bahkan hanya demi membahagiakan kekasihnya, dia rela makan sayur dan bekerja keras. Tetapi, ternyata kekasih Fatcat pergi meninggalkannya dan menikahi pria lain. Karena patah hati, Fatcat akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya saja.
Sehingga, ketika berita fatcat ini tersebar luas. Sebagian warga China berbondong-bondong untuk mengantar kepergian pemuda tersebut. Kisahnya menjadi sejarah dalam percintaan yang tulus. Ketulusan Fatcat menjadi kecintaan masyarakat sana juga masayarakat-masyarakat dari luar China sekalipun.
Namun, ternyata yang faham atas ilmu agama islam, tidak akan menangisi dan bangga pada pemuda tersebut karena ketulusannya. Lagi dan lagi semua ini adalah korban dari kekejaman sistem rusak yang di terapkan saat ini, yakni kapitalisme.
Hubungan, jika yang dilihat hanya dengan fikiran materi, ketulusan apapun tidak akan ada harganya. Fatcat, memberikan 1,8 miliar dengan tulus untuk kekasihnya, tapi dimata kelasihnya sama sekali tidak ada harga apapun. Fikirannya dipenuhi dengan materi sehingga 1,8 juta tersebut sangat tidak ada harganya.
Itulah generasi yang diciptakan oleh kapitalisme, generasi bucin, lemah dan tidak tahu tujuan. Sistem saat ini mendorong remaja untuk menjadi remaja yang lemah dan tak tahu tujuan. Merusak moral mereka, dan terus menerus merusak pemikiran remaja-remaja saat ini.
Generasi sekarang rela mengejar-ngejar orang yang mereka sukai hingga lupa bahwa dirinya adalah milik Allah. Rela mengeluarkan banyak harta demi orang yang ia cintai, tetapi enggan mengeluarkan banyak harta untuk sedekah.
Sistem saat ini pun Membuat manusia lebih mengharapkan sesuatu pada manusia lagi. Hingga, lupa bahwa Allah lah satu-satunya tempat berharap. Akhirnya, ketika berharap lantas di kecewakan. Jika tidak memiliki tujuan hidup dan tidak memiliki iman tentunya akan memilih langkah yang salah.
Dan, tentunya Generasi yang di buat oleh Islam tidak akan memiliki sifat semacam itu, hidup didunia bukan soal Cinta dan tidak sibuk pada percintaan. Mereka akan berharap hanya pada Allah.
Seperti ucapan Sahabat Rasulullah Saw yaitu Ali bin Abi Thalib. Beliau mengucapkan: "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia,"
Begitulah mengapa hendaknya kita hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya harapan. Sebab, Dia tidak akan pernah mengecewakan hambanya.
Islam mendidik generasinya agar tumbuh menjadi pemuda tangguh yang memiliki keimanan sekuat Rasulullah dan para sahabat. Dan hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Seperti contoh Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang menjadi sahabat paling muda Rasulullah yang pertama kali memeluk agama Islam. Memiliki kecerdasaan yang sangat luarbiasa, tentunya tidak ada terbesit dalam hatinya untuk menjalani kehidupan yang sia-sia. Juga seperti Sultan Muhammad Al-Fatih yang sudah berhasil menaklukan Konstantinopel saat usianya 21 tahun. Apakah ada pemuda-pemuda sehebat Al-Fatih saat ini? Dan banyak lagi para pemuda-pemuda Islam yang tangguh dan memiliki keimanan seluas samudra.
Saking memiliki iman yang kuat, para prajurit didikan Islam pun merasa bahwa tempat berlibur paling nyaman adalah medan perang. Dan cinta pertama mereka adalah sebuah pedang. Pertanyaannya apakah pemuda sekarang memiliki keimanan sekuat itu?
Untuk membayangkan leperangan saja mereka merasa takut. Padahal, perang di jalan Allah balasannya adalah Surga.
Para Sahabatpun memiliki gharizah nau atau naluri berkasih sayang. Namun, Soal Cinta mereka serahkan pada Sang Pemilik Cinta. Sebab, sebagaimana Firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 21:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenis dirimu sendiri, supaya kamu merasa tenang dengannya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Ketika kita memasrahkan hubungan kita pada Allah. Niscaya, Allah akan memudahkan dan membahagiakan hubungan kita dengan kekasih kita, itupun jika hubungan setelah pernikahan.
Islam pun menurunkan fitrah pada setiap manusia. Namun, kebanyakan orang menjalankan fitrah itu lewat jalur yang salah. Karena, Islam mengajarkan untuk memenuhi fitrah itu dengan cara jalur yang benar, yaitu menikah.
Kasus-kasus ironi remaja loyo, lemah dan tak tahu arah sekarang itu. Sebab, mereka tidak faham bagaimana cara menyalurkan gharizah nau nya atau naluri berkasih sayang. Dan tentunya tidak memiliki tujuan hidup, serta mencari harapan pada manusia yang jelas-jelas makhluk lemah. Yang hingga akhirnya terjadilah kasus bundir karena putus cinta.
Dan lagi-lagi tidak bisa di bantah, hanya Islamlah satu-satunya solusi untuk menyadarkan para pemuda. Bahwa, hidup mereka bukan hanya tentang cinta.
Islam yang dapat menyembuhkan Dunia yang tengah sakit ini. Bukan hanya Umat Muslim yang mendapatkan kesejahteraan dalam naungan Islam. Tetapi, Non-Muslimpun dapat merasakan kesejahteraan. Mereka pun akan tahu tujuan hidup walau tidak selurus Islam.
Pemuda-pemuda baik itu Muslim ataupun bukan, mereka akan disibukkan dengan belajar dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka akan diberikan pelajaran tentang Islam. Maka, tak heran banyak pemuda non-muslim yang memilih masuk Islam tanpa adanya paksaan.
Tidak akan ada lagi istilah, tergila-gila pada Cinta. Atau, hidup hanya satu kali. Maka, berbahagialah. Namun, saat ini mungkin Islam belum bangkit. Maka dari itu, marilah berjuang kembali dengan sungguh-sungguh demi tegaknya Khilafah Islamiyah.
Wallahu'alam...
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar