Oleh : Sumiatun (Komunitas Pena Cendekia)
Organisasi Pangan Dunia atau FAO yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkapkan masih banyaknya kelaparan akut di 59 negara atau wilayah, dengan jumlah 1 dari 5 orang di negara itu mengalami kelaparan akibat permasalahan pangan akut.
Berdasarkan laporan mereka bertajuk Global Report on Food Crises 2024, tercatat sebanyak 282 juta orang di 59 negara mengalami tingkat kelaparan akut yang tinggi pada 2023. Jumlah orang kelaparan pada 2023 itu meningkat sebanyak 24 juta orang dari tahun sebelumnya, (cnbcindonesia.com, 4/5/2024).
Bagaimana Bisa Terjadi Kelaparan Akut Tingkat Dunia?
Allah Swt. telah memberi peringatan kepada kita : "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (TQS. Ta-Ha [20:]: 124)
Kelaparan merupakan salah satu bentuk kesempitan hidup. Dan ancaman kelaparan di dunia meningkat karena berbagai faktor. Namun secara mendasar adalah akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme hasil dari gagasan pemikiran manusia dan meninggalkan sistem terbaik yang datang dari Allah Swt al Mudabbir.
Sistem ekonomi kapitalisme tidak memiliki mekanisme untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Menjadi keniscayaan, ketika sistem ini diterapkan, hanya mengakibatkan kesempitan hidup, salah satunya adalah masalah kelaparan akut tingkat dunia.
Di Gaza misalnya, wilayah penyumbang angka kelaparan yang tinggi. Kelaparan di Gaza akibat situasi konflik perang. Meski banyak bantuan pangan datang ke Gaza, namun zionis Israel dengan serangan udaranya dan berbagai cara untuk menghadang, agar bantuan tersebut sampai kepada masyarakat Gaza. Sehingga anak-anak Gaza sampai terpaksa makan rumput demi mengurangi rasa lapar perutnya.
Sedikitnya lapangan kerja dan rendahnya upah menjadi wajah sistem ekonomi ini. Masih teringat di benak kita, Peringatan Hari Buruh setiap tanggal 1 Mei, yang terkenal dengan istilah May Day, dengan aksi dan demo kaum buruh, menunjukkan betapa nasib pekerja dan buruh yang masih jauh dari kata sejahtera.
Di sisi lain, rakyat diminta berjuang sendiri untuk sekedar bisa makan. Banyak media sosial mengabarkan kakek-nenek yang sudah sangat lanjut usia, masih harus bersusah payah bekerja sebisanya, atau menunggu rontokan beras di bawah truk-truk pengangkutnya, dikumpulkan agar bisa makan.
Sementara para kapitalis, makin bebas membentangkan bisnisnya untuk menumpuk kekayaan. Maka terjadlah kesenjangan kesejahteraan.
Sistem kapitalisme menjadikan penguasaan sumber daya alam (SDA) di berbagai negara miskin dan berkembang melalui penjajahan gaya baru. Dengan dalih negara butuh investasi, pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam diserahkan kepada swasta. Negara hanya berperan sebagai regulator saja. Alhasil banyak rakyat sengsara di negeri sendiri yang kaya raya sumber daya alamnya.
Selama negara-negara di dunia mengadopsi sistem kapitalisme, masalah kelaparan dunis akan sulit diatasii. Bahkan tingkat kelaparannya berpotensi akan semakin meninggi.
Lantas harus bagaimana agar kelaparan akut tak lagi melanda dunia?
Islam Menjamin Kesejahteraan Rakyat
Islam memiliki sistem ekonomi yang menjamin kesejahteraan rakyat. Khalifah sebagai pemimpin negara kekhalifahan Islam, akan memastikan setiap rakyatnya terpenuhi kebutuhan pangannya. Termasuk rakyat yang karena kondisi khusus butuh pemenuhan dari negara.
Hal ini karena fungsi seorang pemimpin di dalam Islam adalah sebagai raa'in (pengurus) setiap urusan rakyatnya. Sebagaimana tercantum dalam hadis (yang artinya): "Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya". (HR. al-Bukhari)
Di dalam sistem ekonomi Islam, sumber daya alam (SDA) masuk dalam jenis kepemilikan umum. Pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada individu atau swasta, namun dikelola oleh negara. Dan hasinya akan menjadi sumber pemasukan negara yang digunakan untuk memberikan layanan publik berkualitas dan gratis.
Penguasaan sumber daya alam juga dijamin akan membuka lapangan kerja yang sangat luas dan beragam, dengan gaji yang besar sehingga terpenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Setiap lelaki yang masih mampu bekerja, dikondisikan untuk optimal bekerja, menjalankan kewajibannya sebagai pencari nafkah bagi kesejahteraan keluarganya.
Bagi laki-laki yang mampu dalam segi usaha, namun terkendala modal, maka baitul maal sebagai pusat kas negara, akan memberikan pinjaman modal tanpa dipungut bunga (riba). Karena Allah Swt. membolehkan jual beli namun melarang riba (Q.S al-Baqarah [2]:275).
Adapun pemenuhan kebutuhan masyarakat bidang kesehatan, pendidikan dan keamanan dijamin langsung oleh negara. Sehingga masyarakat tidak akan kesulitan biaya ketika sedang sakit dan butuh berobat ke rumah sakit.
Masyarakat juga bisa belajar ke jenjang yang tertinggi tanpa terbebani mahalnya biaya pendidikan. Setiap warga negara merasakan kehidupan yang aman karena negara pasti menjamin hal tersebut. Negara tidak akan membiarkan kedhaliman menimpa rakyatnya.
Dicontohkan pada masa pemerintahan khalifah Umar bin al-khattab ra., beliau rela memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang sedang tidak memiliki bahan pangan untuk dimakan. Khalifah Umar tidak mau digantikan mengangkat karung berisi gandum , karena beliau takut nanti di hari pertanggung jawaban kepada Allah. Begitulah teladan seorang pemimpin rakyat dalam sistem Islam.
Jadi, agar kelaparan akut tingkat dunia ini bisa diakhiri, adalah dengan kembali menerapkan sistem Islam. Sebagaimana telah dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw, para Khulafaur Raasyidiin, dan khalifah-khalifah setelahnya.
Wallahu 'a'lam bishshawaab. []
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar