Oleh : Heni Lestari (Aliansi Penulis Rindu Islam)
Universitas Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya mendalami beredarnya dua video asusila yang diduga dilakukan mahasiswa mereka di lingkungan kampus. Investigasi mendalam pun dilakukan. Wakil Rektor III UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof Abdul Muhid membenarkan adanya video yang beredar tersebut. Ia menuturkan salah satu video diduga kuat direkam di gedung Uinsa Kampus Gunung Anyar, Surabaya.
"Jadi, kejadian itu masih proses investigasi. Kalau lihat gedungnya tempatnya, karena itu diambil dari jarak jauh kan, dan gedungnya seperti di Uinsa, di kampus Gunung Anyar," kata Abdul Muhid saat dikonfirmasi. (CNNIndonesia.com)
Miris. Mungkin itu kata yang bisa kita ucapkan. Sebuah institusi pendidikan dengan membawa label agama Islam justru mahasiswanya terciduk kasus asusila yang bahkan di lakukan di kawasan kampus. Tentu hal tersebut sangat mencoreng nama baik kampus. Kampus yang di gadang-gadang menjadi pilar pengokoh generasi terdidik di masa yang akan datang namun justru porak poranda karena ada tindakan asusila.
Viralnya kasus video asusila yang terjadi di kampus UINSA dengan dugaan dilakukan oleh mahasiswa di kampus tersebut menunjukkan kebebasan pergaulan laki-laki dan perempuan tanpa batas. Liberalisasi pergaulan semakin nyata. Dan yang paling menyedihkan hal tersebut terjadi di kampus dengan fokus keagamaan. Hal ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Sudah sering terjadi hal serupa di kalangan kampus yang tidak semua terekspos di media.
Pengaruh situs situs porno di dunia maya dan kebebasan mengakses video porno membuat rusaknya pemikiran anak muda. Hal tersebut membuat mereka melakukan tindakan asusila tanpa melihat tempat dan waktu tanpa ada lagi rasa malu. Bahkan dengan bangga direkam. Tidak memikirkan sanksi yang akan diterima seandainya pihak kampus mengetahui hal tersebut.
Fenomena ini menunjukkan lemahnya pondasi keluarga dalam mengontrol perilaku anak, lemahnya pihak kampus dalam mengontrol pergaulan laki laki dan perempuan dan lemahnya sistem hukum di negeri ini. Negara tidak memiliki hukum tegas yang dapat menimbulkan efek jera sehingga tidak ada rasa takut ketika seseorang melakukan pelanggaran hukum.
Allah memberikan naluri kepada semua manusia termasuk naluri berkasih sayang. Namun perlu diingat semua naluri yang di berikan oleh Allah harus ditempatkan sesuai dengan hukum syara. Ada jalan yang di berikan oleh Allah untuk menyalurkan naluri tersebut.
Maka muslim harusnya memilili kepribadian Islam dan memahami tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan yang memahami hukum syara dalam pergaulan tidak akan melakukan kemaksiatan yang dilarang, apalagi di wilayah pendidikan yang berbasis kampus Islam.
Islam memiliki aturan yang terbingkai dalam hukum syara . Hukum syara akan menjadi penjaga ketaatan umat pada aturan Allah di manapun berada. Sistem sanksi dalam Islam merupakan sistem yang tegas dan menjerakan sehingga umat akan berpikir ribuan kali ketika melakukan pelanggaran hukum syara. Hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai pelanggaran hukum.
Khalifah akan memberikan jaminan ketaatan umat dengan hukum syara yang diterapkan dalam setiap individu, masyarakat maupun negara.Umat akan hidup aman, bahagia dan sejahtera dalam bingkai sistem Islam.
Wallahu A'lam Bisowab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar