KHUTBAH JUM'AT : PENDIDIKAN: KEWAJIBAN DAN KEBUTUHAN


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. 
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ
خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى  
وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ
Mereka (kaum kafir) membuat tipudaya. Allah pun membalas tipudaya mereka. Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipudaya (TQS Ali Imran [3]: 54).


Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas segala agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan memohon ampun kepada-Nya. Sholawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya. Semoga kita mendapatkan bagian syafaatnya kelak di Hari Kiamat.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Dalam beberapa tahun terakhir, akses terhadap pendidikan tinggi di Indonesia semakin sulit dijangkau oleh banyak calon mahasiswa. Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang dulu dikenal lebih terjangkau dibandingkan perguruan tinggi swasta, kini menaikkan biaya kuliah hingga berlipat ganda. Bahkan, beberapa PTN mulai memberlakukan uang pangkal untuk penerimaan mahasiswa baru. Kebijakan ini memicu protes dan kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa yang merasa impian mereka untuk melanjutkan studi di PTN kian jauh dari jangkauan. Sementara itu, pemerintah berdalih bahwa pendidikan tinggi bukanlah kebutuhan primer, menambah kompleksitas dalam upaya mencapai pendidikan yang merata dan berkualitas di seluruh Indonesia.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah dampak dari liberalisasi perguruan tinggi negeri sejak munculnnya UU PTN-BHMN (Badan Hukum Milik Negara) tahun 2000, yang memberikan otonomi pada PTN untuk mencari dana sendiri akibat pemangkasan anggaran oleh pemerintah. Pemerintah hanya mengalokasikan 20 persen dari APBN untuk Pendidikan. Itu pun harus dibagi ke banyak pos, sehingga tidak cukup untuk membiayai 85 PTN di seluruh Indonesia.

Kebijakan ini dianggap merampas hak rakyat untuk mengakses pendidikan tinggi dan mengancam kualitas sumber daya manusia Indonesia. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021 menunjukkan hanya 8,31% penduduk Indonesia berpendidikan S1 hingga S3, jauh lebih rendah dibandingkan Vietnam dan Malaysia. Di Indonesia, penduduk bekerja didominasi lulusan SD ke bawah, mencapai 51,49 juta orang atau 36,82% dari total pekerja, menghambat cita-cita Indonesia menuju Indonesia emas.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, Islam sangat mendorong umatnya untuk meraih ilmu, sebagaimana tercermin dalam frasa ulul albab yang diulang 16 kali dalam Al-Qur'an. Allah subhanahu wa taala memuji orang-orang berilmu melalui firman-Nya:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahatahu atas apa yang kalian kerjakan" (TQS al-Mujadilah [58]: 11). 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Meraih ilmu itu wajib atas setiap Muslim" (HR Ibnu Majah). 

Dalam Islam, pendidikan adalah kewajiban, bukan sekadar kebutuhan tersier. Ada dua tujuan pendidikan: Pertama, mendidik setiap Muslim untuk menguasai ilmu agama yang wajib untuk dirinya (fardhu 'ain), seperti akidah dan fikih ibadah. Kedua, mencetak pakar dalam ilmu agama (fardhu kifayah) seperti ahli fikih dan hadis, serta pakar sains dan teknologi yang dibutuhkan umat. Firman Allah subhanahu wa taala:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ 
"Tidak sepatutnya bagi kaum Mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali, supaya mereka itu dapat menjaga diri mereka." (TQS at-Taubah [9]: 122).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Dalam Islam, negara tidak boleh membebani rakyat dengan pajak untuk pendidikan. Sumber pembiayaan pendidikan dapat berasal dari individu, infak atau wakaf dari umat, dan negara. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Siapa saja yang menempuh jalan untuk meraih ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga" (HR Ahmad). 

Infak dan wakaf dari umat sangat dianjurkan untuk keperluan pendidikan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Siapa saja yang melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada Hari Kiamat" (HR Muslim). 

Pembiayaan terbesar harus berasal dari negara, yang wajib menjamin penyelenggaraan pendidikan, termasuk infrastruktur, gaji pengajar, dan kebutuhan hidup pelajar. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Imam/Khalifah itu pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus" (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Syariah Islam menetapkan negara memiliki sejumlah sumber pemasukan, seperti pendapatan dari tambang, migas, kharaj, jizyah, infak, dan sedekah, yang bisa dialokasikan untuk pendidikan. Sejarah mencatat kejayaan pendidikan Islam di era Kekhilafahan, menghasilkan ulama dan ilmuwan terkemuka dengan lembaga pendidikan dan perpustakaan yang kaya karya. Kejayaan ini terwujud karena umat dan negara menjalankan syariah Islam, termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan pendidikan berkualitas, Khilafah Islam bisa menjadikan umat sebagai kekuatan adidaya yang mandiri. WalLaahu a'lam. []


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar