Oleh : Nurul Hariani S.Pd (Aktivis Sahabat Hijrah Pematang Siantar)
Baru-baru ini sedang Viral tentang UKT semakin lama semakin melonjak naik. Tentunya Masyarakat, khususnya Mahasiswa sedang dalam kebimbangan untuk melanjutkan Pendidikannya ketahap Universitas. Namun demikian, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud Ristek Tjitjik Sri Tjahjandarie justru merespon gelombang kritik terkait UKT ini dengan menyebut bahwa biaya kuliah harus dipenuhi oleh mahasiswa agar penyelenggaraan pendidikan bisa memenuhi standar mutu. Beliau juga menyebut pendidikan tinggi di indonesia belum bisa gratis seperti di negara lain. karena Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) belum bisa menutupi semua kebutuhan operasional. Untuk itu, UKT adalah salah satu sumber pendapatan sekaligus “Mesin” untuk memenuhi kebutuhan operasional kampus. Diketahui ada beberapa kampus universitas terkemuka di Indonesia mencatatkan pendapatan besar pada 2023 yang sebagian besar bersumber dari UKT. Lima Perguruan Tinggi tersebut adalah UI, ITB, UGM, Unair, dan ITS Surabaya (CNBC Indonesia, 20/5/2024).
Kenaikan UKT hari ini adalah permasalahan yang dikeluhkan seluruh mahasiswa terkhusus bagi mereka yang tidak mampu. Pada Akhirnya membawa arah pendidikan semakin tidak jelas. Yang seharusnya pendidikan untuk mengasah keilmuan dan menciptakan generasi cerdas dan rabbani malah menjadikan pendidikan suatu ajang bisnis dan menjadikan generasi sebagai generasi budak para korporat dan budak kapitalis yang ilmunya dijual dan dimanfaatkan para pembisnis. Sehingga setelah keluar dari Universitas mereka dituntut untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah dan tidak mengenali jati diri mereka sebagai hamba Sang Maha Pencipta. Sehingga mereka memiliki peran penting akan hak dan kewajiban mereka terhadap diri mereka dan orang lain.
Jika masyarakat tidak menolak kebijakan ini dan tetap kekeuh maka bersiaplah menerima konsekuensinya. Siap menerima sistem pemerintahan jebakan kafir penjajah yang melegalkan manusia membuat hukum yang bertentangan dengan ajaran Islam dan merugikan rakyat banyak. Dan lebih bodohnya lagi hasil alam Indonesia melimpah ruah seperti tambang emas segunung yang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat sebagai kepemilikan umum, malah kepada swasta (oligarki).
Inilah mengapa dalam negara demokrasi biaya pendidikan kuliah jadi sangat mahal. Jadi saat ini sebagai masyarakat yang cerdas bagaimana dan apa yang harus Kita lakukan?
Saat ini mari sama-sama kita untuk berpikir secara cerdas, cermat dan berpikir jernih jangka panjang. Bukan untuk diri sendiri dan sesaat, melainkan untuk seluruh ummat yang lain. Maka mahalnya UKT di perguruan tinggi mengkonfirmasi kegagalan negara menghadirkan solusi pendidikan bebas biaya. Ini adalah dampak dijalankan sistem Kapitalisme-Liberal yang menganggap intitusi pendidikan sebagai lahan basah sumber uang. Sedangkan dalam sistem Islam, sektor pendidikan adalah kebutuhan pokok umat yang sepenuhnya disokong negara lewat pos-pos baitul mal yang jelas. Orientasi kemaslahatan ummat sebagai tujuan melahirkan para ilmuan yang ikhlas dan tulus memberikan ilmunya tanpa embel-embel balik modal sebab negara menggratiskan biaya pendidikan mereka.
Wallahu a’lam Bi Ashawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar