Nasib Guru dari Jaman Oemar Bakri Hingga AI


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Masih ingat Oemar Bakri? Itu lho, seorang guru dalam lirik lagu Iwan Fals yang dirilis pada 1981. Ketika itu Oemar Bakri telah 40 tahun mengabdi pada negeri dengan menenteng tas hitam dari kulit buaya sambil mengayuh sepeda kumbang di jalan berlubang. Oemar Bakrie adalah guru yang jujur berbakti. Dengan baktinya, tercetaklah menteri, profesor, dokter, insinyur, bahkan bisa bikin otak orang seperti otak Habibie. Sayangnya, gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri. Padahal dia sering makan hati akibat ulah anak didiknya.

Jaman berganti, bukan lagi jaman Jepang. Seharusnya Oemar Bakrie dan guru-guru yang lainnya tidak makan hati lagi. Seharusnya sisa gajinya bisa disisihkan untuk membeli mobil mewah dan rumah megah mengalahkan kekayaan para koruptor. Tapi nyatanya, hanya berganti jaman dan kurikulum. Kesejahteraan guru sulit didapat. Meski dia pegawai negeri, apalagi honorer. 

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dicanangkan pula sebagai bulan Merdeka Belajar. Pemerintah menetapkan bahwa tema peringatan Hardiknas 2024 adalah “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”. Namun, bisakah Kurikulum Merdeka yang kini dijadikan sebagai Kurikulum Nasional, menjadikan Oemar Bakrie dan guru-guru yang lainnya merdeka,  setidaknya bisa menjadi "Pahlawan dengan Tanda Jasa"? 

Ditambah, fakta hari ini pendidikan dalam semua aspek, baik guru maupun siswa terlibat dalam kemaksiatan dan pelanggaran hukum. Ada guru merudapaksa siswanya, ada siswa merundung temannya, ada orang tua melaporkan guru hanya karena tidak terima sang anak ditegur gurunya. Lebih parahnya, ada siswa menganiaya guru hingga meninggal. Kriminalitas di dunia pendidikan masih kerap terjadi. Dengan berbagai masalah ini, apakah Kurikulum Merdeka mampu menuntaskan problematik yang pelik ini?

Maka wajar jika saat ini profesi guru di Indonesia kurang peminat, karena dinilai belum menjanjikan dan minim apresiasi. Penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menemukan bahwa minat siswa terhadap profesi guru masih rendah. Banyak alasan mereka enggan menjadi guru. Salah satu alasan utamanya adalah gaji yang rendah, tetapi dituntut kinerja dan tanggung jawab moral yang cukup tinggi. Generasi saat ini lebih tertarik pada profesi yang tidak membutuhkan banyak effort, tetapi cepat dan banyak menghasilkan cuan. Profesi fun dan lebih pada hiburan semata. Menjadi youTuber, tiktoker, gamer, selebgram, dll. 

Ke depan, tidak menutup kemungkinan tidak akan ditemukan lagi sosok guru di depan kelas. Apalagi kecanggihan jaman, peran guru tergantikan oleh mesin AI generatif. Bahkan, kini sudah muncul ide untuk mengganti kehadiran guru di kelas dengan robot yang dilengkapi dengan sistem AI (Bushweller, 2020). Sungguh miris, profesi guru tak ubahnya seperti buruh pabrik yang harus siap di PHK kapan saja perusahaan meminta. 

Sejatinya, guru adalah sosok mulia yang sangat berjasa bagi generasi bangsa, tetapi saat ini guru tidak lagi dihormati dan dihargai. Kesejahteraan guru masih jauh dari kata layak. Belum ada upaya yang berarti dari pemerintah untuk mengatasi problem Oemar Bakri dan guru-guru yang lainnya.  

Ini karena kerangka kurikulum yang sudah berganti sebelas kali, masih berasas pada kapitalisme yang sekuler materialistis sehingga tujuan pendidikan menjadi kehilangan arah dan hanya berfokus pada capaian materi yang semu. Sistem pendidikan ini telah merampas kemerdekaan guru dan siswanya. Semua terpenjara oleh secarik kertas berisi nilai-nilai yang bahkan tidak bisa mengentaskan kesenjangan sosial di dunia apalagi untuk meraih kebahagiaan di akhirat. 

Berbeda dengan sistem Islam. Sepanjang penerapannya, Islam telah menjelma menjadi satu-satunya sistem yang mampu melahirkan generasi cerdas dan beradab. Islam memprioritaskan pendidikan sebagai modal awal membangun sebuah peradaban. Pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian Islam, menguasai pemikiran Islam dengan andal, menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi), memiliki keterampilan yang tepat dan berdaya guna.

Negara yang menerapkan Islam sebagai ideologinya, berperan sebagai penyelenggara utama pendidikan. Negara berkewajiban mengatur segala aspek terkait pendidikan, mulai dari kurikulum hingga hak mendapat pendidikan yang layak bagi setiap warga negara. Sarana dan prasarana sekolah hingga kesejahteraan guru pun dijamin oleh negara.

Adapun mengenai kurikulumnya, pendidikan Islam dibangun berdasarkan akidah Islam. Pelajaran dan metodologinya diselaraskan dengan asas tersebut. Guru harus memiliki kepribadian dan akhlak yang baik, menjadi uswah bagi para siswa. Bukan sekadar penyampai ilmu, tetapi ia juga pembimbing yang baik. 

Agar guru melakukan tugasnya dengan baik dan profesional, mereka diberi fasilitas pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, sarana dan prasarana yang menunjang metode dan strategi belajar, serta jaminan kesejahteraan sebagai tenaga profesional, yakni gaji yang memadai. 

Sejarah telah mencatat bahwa guru dalam naungan Khilafah mendapatkan penghargaan yang tinggi dari negara, termasuk pemberian gaji yang melampaui kebutuhannya. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqoh ad-Dimasyqi, dari Al-Wadliah bin Atha, bahwasanya ada tiga orang guru di Madinah yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin Khaththab memberi gaji guru 15 dinar (1 dinar setara 4,25 gram emas).

Allah SWT. memuliakan dan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu (guru) Sebagaimana firman-Nya:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11).

Bukti gemilangnya sistem pendidikan Islam adalah lahirnya ilmuwan-ilmuwan muslim yang bukan hanya cerdas dalam ilmu dunia, tetapi mereka mampu mengimbanginya dengan iman dan takwa. Selain ahli ilmu terapan, sebagian besar juga faqih fiddin, seperti Al-Farabi, Al-Khawarizmi, Jabir Ibni Hayyan, dan lainnya. 

Hanya Islam yang mampu membawa peradaban cemerlang, baik dari pendidikan sumber daya manusianya, maupun ilmu yang dicapainya. Oleh sebab itu, jangan hanya kurikulum yang diganti, tetapi sistem pendidikannya juga harus diganti dengan sistem Islam yang akan menerapkan sistem pendidikan Islam secara paripurna. Mari bersama-sama kita mewujudkannya. 

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar