Harga Beras Melangit, Rakyat Terhimpit


Oleh : Chaledarifa (Praktisi Pendidikan)

Tingginya harga beras di Indonesia merupakan isu krusial yang memengaruhi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Sebagai bahan pokok utama, fluktuasi harga beras berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama golongan berpenghasilan rendah. Dalam perspektif Islam, situasi ini memerlukan perhatian serius karena kesejahteraan umum adalah salah satu tujuan utama (maqasid) syariah.

Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya harga beras di Indonesia antara lain:
1. Ketergantungan pada Impor: Meskipun Indonesia adalah negara agraris, produksi beras domestik sering kali tidak mencukupi kebutuhan nasional. Ketergantungan pada impor membuat harga beras domestik rentan terhadap fluktuasi harga internasional dan nilai tukar mata uang.

2. Distribusi dan Infrastruktur: Keterbatasan infrastruktur dan masalah distribusi sering kali menyebabkan disparitas harga antara daerah. Biaya transportasi yang tinggi karena infrastruktur yang kurang memadai berkontribusi pada kenaikan harga di pasar konsumen.

3. Spekulasi dan Penimbunan: Praktik spekulasi dan penimbunan oleh pihak-pihak tertentu untuk keuntungan pribadi juga memainkan peran dalam menaikkan harga beras secara tidak wajar.

4. Kondisi Cuaca dan Perubahan Iklim: Faktor cuaca yang tidak menentu dan perubahan iklim dapat merusak hasil panen, sehingga mengurangi pasokan beras di pasaran.


Solusi dalam Perspektif Islam

Islam memiliki solusi yang dapat diterapkan sehingga harga beras tidak sampai melambung tinggi.
1. Penguatan Produksi Domestik Negara mendorong produksi beras melalui teknologi pertanian yang baik, dan pendidikan bagi petani. Dalam Islam, pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar rakyatnya terpenuhi.

2. Pemerataan Distribusi Pemerintahan Islam membangun infrastruktur dan sistem distribusi yang baik untuk mengurangi biaya transportasi dan memastikan ketersediaan beras di seluruh wilayah. Hal ini sejalan dengan prinsip keadilan ('adl) dalam Islam, di mana distribusi kekayaan dan sumber daya harus adil dan merata.

3. Pengawasan dan Penegakan Hukum
Pemerintah melakukan pengawasan sehingga tidak terjadi praktik spekulasi dan penimbunan, serta menegakkan hukum secara tegas untuk mencegah penyalahgunaan yang merugikan masyarakat. Prinsip amanah dalam sistem Islam ditegakkan di segala bidang termasuk dalam ekonomi.

4. Pembangunan Infrastruktur dan Riset
Investasi dalam infrastruktur pertanian dan riset dilakukan untuk mengembangkan varietas padi yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan hama. Hal ini penting untuk memastikan ketahanan pangan jangka panjang dalam sistem Islam.

5. Zakat dan Wakaf
Pemerintahan dalam sistem Islam mengoptimalkan zakat dan wakaf untuk membantu rakyat yang berpenghasilan rendah, sehingga mereka memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya dan modal. Prinsip solidaritas dan kepedulian sangat ditekankan dalam Islam.


Kritik terhadap Penyesuaian HET Beras oleh Pemerintah

Penyesuaian HET beras tidak terpisahkan dari upaya stabilisasi pasokan dan harga beras, di mana kebijakan di hulu juga selaras dengan di hilirnya. Alasan penyelarasan harga di hulu dan hilir menunjukkan negara tidak mau memikirkan masalah rakyat dan menyelesaikan persoalan melangitnya harga beras dari akarnya. Bahkan, Negara gampang saja mematok harga beras di tengah beratnya beban ekonomi rakyat. Islam menjadikan penguasa sebagai  pelayan rakyat. Negara menyediakan kebutuhan pangan rakyat, termasuk beras di dalam negeri dengan harga murah dan terjangkau. Negara juga mendorong para petani untuk produktif demi tercukupinya kebutuhan akan bahan pokok.

Tingginya harga beras di Indonesia adalah salah satu bukti abainya pemerintah dalam mengurusi rakyatnya yang paling mendasar, yakni kebutuhan bahan makanan pokok. Dalam kerangka ekonomi Islam, keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat adalah prioritas utama. Hanya dengan sistem Islam, kesejahteraan rakyat dapat terwujud karena Islam memiliki sistem yang lengkap dan menyeluruh untuk setiap lini kehidupan. Kembali kepada aturan Islam akan menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab. []




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar