Krisis Air di Tanah Bali


Oleh: Mariam Aprilia

Sudah banyak desa di Bali yang mengalami kesulitan air bersih. Bahkan sudah krisis dan kekeringan. Desa-desa itu tersebar di seluruh wilayah Bali, baik di Gerokgak Singaraja, Pesinggahan Klungkung, bahkan skala kota besar Denpasar pun juga merasakan sulitnya air.

Krisis air bersih di Bali sudah terjadi sejak lama. Selain karena lemahnya regulasi pemerintah dalam hal pengontrolan air, baik domestik maupun non domestik, krisis ini juga disebabkan oleh "eksplorasi dan eksploitasi air tanah", karena pesatnya pertumbuhan pariwisata di Pulau Dewata.

Permasalahan kelangkaan air ini berakar dari perolehan sumber air bersih yang memburuk dan juga ketersediaan sumber air yang menipis. Menipisnya ketersediaan air bersih tersebut dipicu oleh beberapa faktor yakni perubahan iklim, jumlah penduduk yang semakin tinggi, bahkan pembukaan destinasi pariwisata yang semakin luas.

Faktanya dari tahun 2011 silam di Kedonganan daerah Kuta Selatan, sudah berkeliaran orang jual air bersih Rp3.000 per jerigen. Apalagi di tahun 2024, perusahaan air isi ulang sudah banyak berkeliling sampai desa-desa, atau perusahaan air minum galon skala nasional pun ikut merajai jalanan. Padahal air yang dipakai bisa jadi dari sumber-sumber yang ada di gunung, atau mata air desa, kemudian dikomersilkan dan diakuisisi oleh pihak-pihak yang ingin memperkaya diri.

Pemenuhan hajat air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Penggunaan air setiap hari diperlukan. Tidak ada substitusinya sehingga air menjadi komoditas utama bagi masyarakat. Mulai dari minum, memasak, mencuci, mandi, dll.

Dalam Islam, negara berkewajiban menunaikan hajat umum masyarakat dalam kasus air ini seperti memastikan ketersediaan air bersih dan memastikan penyebaran ketersediaan air bersih merata di seluruh penjuru daerah. Sebab negara langsung turun tangan mengatur dan memastikan bahwa ketersediaan dan akses air bersih cukup dan terpenuhi untuk masyarakat.

Wallahua'lam bisawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar