Naik Turunnya Harga Beras, Impor Bukanlah Solusi


Oleh: Mariam Aprilia

Penawaran dan permintaan merupakan salah satu faktor penyebab naik turunnya harga beras di Indonesia. Mengapa beras di Indonesia mahal, sementara Indonesia masuk negara penghasil beras terbesar di dunia. Jangan sampai peribahasa “Ayam mati di lumbung padi” dialami Indonesia.

Indonesia menjadi negara penghasil beras terbesar keempat global dengan produksi 34 juta metrik ton pada musim 2022-2023. Namun karena tidak adanya pengaturan yang baik, jumlah itu bisa jadi hanya data dan  beras yang ada ditimbun di lumbung tanpa penyaluran yang baik di masyarakat. Ullah para tengkulak biasaya yang lancar dalam penimbunan seperti ini.

Alih-alih dengan pengadaan dan penjualan beras SPHP yang dicap sebagai program pemerintah, khususnya masyarakat menengah ke bawah, tetapi tetap saja dengan harga yang tidak stabil. Kemudian dengan dalih permintaan meningkat tapi stok yang terbatas, pemerintah mengambil jalan impor beras ke negara tetangga.

Sekitar 6.000 ton didatangkan beras asal Vietnam di pelabuhan umum Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara. Dari beras impor itu terjuallah ke masyarakat. Bahkan dengan pengemasan baru supaya terlihat kalau beras lokal. Harga beras yang sempat meroket, mau tidak mau, suka tidak suka tetap harus beli karena beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat.

Harga beras masih mahal dengan berbagai penyebab. Kenaikannya pun dipertanyakan karena petani tidak gagal panen. Cuaca juga masih mendukung. Tetapi petani tetap merugi karena harga gabah murah dan hasil taninya tidak dihargai seperti yang beredar di masyarakat.

Berbeda dengan Islam, masalah pangan mendapat perhatian serius karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Penguasa dalam Islam (Khalifah) dan jajarannya wajib memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya terutama pangan dengan mudah, berkualitas, dan murah. Atas dorongan iman mereka akan melaksanakan tugas mengurus urusan rakyat dengan baik. Wallahu a’lam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar