Nasib Tragis Janda Tua di Sistem Kapitalis


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Miris! Nenek 100 tahun memungut beras yang Jatuh di penggilingan padi. Butir demi butir beliau kumpulkan demi untuk makan. Hal itu terpaksa beliau lakukan karena beliau tidak memiliki uang untuk membelinya. (merdeka online, 01/06/2024).

Apa yang terlintas di benak kita ketika melihat kejadian tersebut? Apa yang terbayangkan ketika hal tersebut menimpa orang tua kita atau saudara kita? Ingin membantunyakah? Ingin mengajaknya makan? Atau bahkan ingin membelikan berkarung-karung beras beserta lauk juga memenuhi semua kebutuhannya? Bagi yang masih memiliki hati nurani tentu hal itu yang terpikirkan kendati dalam kenyataan hanya sebatas keinginan karena sama terhalang ketiadamampuan kita dalam hal ekonomi misalnya. Tapi semampu kita pasti ingin menolongnya dan tidak akan membiarkannya kesusahan seperti itu, meskipun beliau bukan siapa-siapa kita. 

Namun tidak dengan Kepala BKKBN yang menyatakan bahwa kemiskinan ekstrem datang dari janda-janda yang tidak produktif, sehingga pemberdayaan perempuan adalah solusinya. Tega sekali pernyataan tersebut. Habis manis sepah dibuang. Lupakah bahwa dia dan orang-orang bisa sukses meraih cita-cita itu karena siapa? Lupakah siapa guru pertama yang mengajarkan beraneka bidang ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya kini? Lupakah akan air susu yang dia teguk selama dua tahun pertama kelahirannya adalah dari seorang ibu yang saat ini menjadi tua renta bahkan bisa jadi menjanda pula? Air susu dibalas dengan air tuba. 

Bahkan dia lupa saat kanak-kanak selalu dibacakan hadis yang mungkin dekat dengan keseharian masyarakat muslim Indonesia dan mungkin kerap diperbincangkan dalam konteks pembahasan keluarga. Isi hadis tersebut tentang surga di bawah telapak kaki ibu. Diketahui, hadis tersebut merupakan potongan hadis yang diriwayatkan dari An-Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ahmad. 

Berikut bunyi hadits yang bersanad shahih oleh Al-Hakim yang artinya: "Dari Mu'awiyah bin Jahimah As-Sulami, ia datang menemui Rasulullah SAW. la berkata, "Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang dan saya sekarang memohon nasihat kepadamu?" Rasulullah SAW lalu bersabda, "Kamu masih punya ibu?" Mu'awiyah menjawab, "Ya, masih. Rasulullah SAW bersabda, "Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya!"

Berbakti kepada orang tua dikenal dengan istilah birrul walidain. Perkara ini bahkan diterangkan dalam firman-Nya surah Al Isra ayat 23 dan 24:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Selain itu, Rasulullah SAW juga pernah menyebut bahwa orang tua adalah pintu surga paling pertengahan. Beliau bersabda, "Orang tua merupakan pintu surga paling pertengahan, jika engkau mampu maka tetapilah atau jagalah pintu tersebut." (HR. Ahmad). 

Bahkan doa-doa yang selalu kita panjatkan setiap saat, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." Bukankah janda-janda tua itu juga adalah orang tua, seorang ibu meskipun bukan ibu kandung kita? 

Tidak disangka negeri yang terkenal keramahtamahannya kini menjadi sarang monster menakutkan yang tidak aman bagi janda-janda tua. Seperti halnya negara yang dipuja-pujanya yang selama ini selalu jadi tumpuan dan cerminan. Dicontoh segalanya tanpa dipikir apakah itu benar atau salah. Adalah Jepang yang penduduknya berpikiran dan hidup modern serba canggih namun abai terhadap orang tua sehingga mereka akan mengirimkan orang tua mereka ke panti jompo. Itu lebih baik karena ada yang lebih parah lagi, yaitu membuang/meninggalkan orang tuanya di hutan. Akankah Indonesia seperti itu juga? 

Sesungguhnya kemiskinan ekstrem dengan segala ketimpangan yang ditimbulkannya bukanlah salah janda-janda tua. Semua itu bermuara dari satu akar masalah ekstrem, yaitu sistem yang diterapkan oleh negara saat ini adalah sistem rapuh kapitalisme. Sistem ini telah memisahkan agama dari negara sehingga dalam pelaksanaan kebijakannya jauh bahkan bertolak belakang dengan aturan Sang Pencipta. Semua hanya distandarkan kepada untung rugi berasas materi semata. Jika suatu hal sudah tidak berguna atau hanya dianggap sebagai beban bahkan penghalang, maka tidak segan-segan sesuatu itu kemudian disingkirkan, meskipun sesuatu itu keluarga bahkan orang tua. Tidak ada empati, tidak ada toleransi. 

Seharusnya negara memberikan pengayoman dan perlindungan terbaik terhadap pahlawan sepanjang masa. Pahlawan paling berjasa bagi negara dan penguasa, dialah ibu. Tapi nyatanya tidak demikian. Dengan alasan pemberdayaan perempuan demi mengentaskan kemiskinan ekstrem, janda-janda tua dipaksa untuk terus produktif agar tidak menjadi beban negara. Minimal mempunyai penghasilan untuk dirinya sendiri. Begitu kilahnya. 

Berbeda dengan sistem IsIam. Islam begitu memuliakan seorang ibu selamanya meskipun beliau sudah tua dan janda. Kaya atau miskin diperlakukan sama dan mulia. Sebagaimana rejeki yang telah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Kaya dan miskin adalah ketentuan Allah SWT. Manusia hanya diberi kewenangan dalam usaha pencapaiannya. Adapun hasilnya mutlak hanya Allah SWT. yang menentukan. Hasil yang diperoleh bukan dari hasil usahanya, melainkan dari belas Kasih-Nya. Begitupun dengan usia. Tidak yang bisa mengurangi atau menambahnya. Tidak ada yang bisa menolak untuk tua. Tidak ada yang bisa menolak untuk menjadi janda. Semua adalah garisan takdir yang harus kita imani. 

Begitupun dengan janda-janda tua. Mereka tidak berharap menjadi beban bagi siapapun. Mereka ingin memberikan manfaat sebanyak-banyaknya di sisa hidup mereka. Mereka ingin mengumpulkan pahala dengan memperbanyak amal ibadah semampu yang mereka bisa. Maka Islam hadir untuk memberikan kemudahan bagi manusia termasuk janda-janda tua. Dengan pengaturan yang luar biasa, keadilan dapat dirasakan oleh semuanya. 

Dalam Islam, tidak ada kewajiban bagi perempuan untuk mencari nafkah. Baik dia masih muda maupun yang sudah tua. Ketika seorang perempuan belum menikah maka dia wajib dinafkahi oleh ayahnya, kakeknya, saudara laki-lakinya, saudara laki-laki dari ayahnya dan saudara laki-laki dari ibunya. Namun ketika telah menikah maka dia wajib dinafkahi oleh suaminya. Dan ketika dia sudah menjadi janda tua maka yang wajib menafkahi adalah anak laki-lakinya, ayahnya, kakeknya, saudara laki-lakinya, saudara laki-laki dari ayahnya dan saudara laki-laki dari ibunya. Jika tidak ada atau ada tetapi tidak mampu, maka kewajiban memberi nafkah kepada janda tua tersebut dilimpahkan kepada negara. Negara wajib memberi nafkah kepada janda tua tersebut, bukan malah menyuruhnya bekerja agar tidak menjadi beban negara dengan alasan kemandirian atau kesetaraan gender sekalipun. 

Dan negara yang menerapkan sistem Islam tidak akan membiarkan laki-laki yang berkewajiban memberi nafkah kepada tanggungannya melainkan dimudahkan dalam mendapatkan pekerjaan agar mendapatkan penghasilan. Jika mereka tidak mampu karena sakit, cacat, atau sudah tua renta maka sama dia pun menjadi tanggungan negara. Negara wajib menjamin segala keperluan hidupnya. Namun apabila laki-laki tersebut tidak bekerja karena malas, maka negara akan memberikan sanksi tegas hingga laki-laki tersebut sadar dan mau bekerja. 

Negara yang menerapkan sistem Islam tidak akan kekurangan harta sehingga harus meminjam ke Bank Dunia atau luar negeri, karena negara Islam menerapkan sistem ekonomi Islam dimana negara mengelola segala SDA dan kepemilikan umum (air, api, dan padang gembalaan) yang hasilnya digunakan untuk kepentingan rakyat. Negara juga memberdayakan SDM dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang sangat banyak. Kalaupun memakai tenaga asing, semata-mata hanya hubungan pekerjaan bukan kepemilikan atau investasi. 

Demikianlah sistem Islam, tidak akan ada yang tersakiti dan menyakiti. Semua saling menyayangi dan melindungi karena Allah SWT. Tidak akan ada janda-janda tua yang terlantar atau terpaksa bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Sungguh hal itu bukan khayalan tapi benar-benar pernah diterapkan bahkan sampai 13 abad. Dan adalah janji Allah sistem Islam akan kembali tegak. Mari kita sambut janji Allah SWT. dengan menjadi orang-orang yang turut memperjuangkannya dengan menyebarkan Islam kaffah ke seluruh penjuru dunia. 

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar