Bahagia Berekspresi Tanpa Melukai


Oleh : Ni’mah Fadeli

Remaja, sudah bukan anak-anak tapi belum dibebani tanggung jawab seperti layaknya manusia dewasa. Maka banyak yang menyebut masa remaja adalah masa yang paling indah, penuh gelak tawa dan suka cita. Rasa keingintahuan yang besar namun minim pengalaman membuat sebagian besar remaja ingin mencoba melakukan hal-hal baru tanpa berpikir panjang. Apakah hal tersebut dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain tak hinggap di pikiran mereka sebelum melakukan sebuah tindakan. 

Insiden meninggalnya seorang ketua OSIS akibat diceburkan teman-temannya ketika berulang tahun adalah salah satu contoh akibat tak adanya pikir panjang remaja sebelum melakukan sesuatu. Sungguh kejadian yang sangat disayangkan. AKP Umar Mustofa, Kapolsek Cawas Kabupaten Klaten menerangkan bahwa peristiwa memilukan tersebut berawal ketika anggota OSIS SMA Negeri 1 Cawas mengadakan rapat. Ternyata sang ketua OSIS, Fajar Nugroho tengah berulang tahun pada hari itu. Teman-teman korban pun beramai-ramai menaburkan tepung ke badan korban dan menceburkannya ke kolam taman sedalam 1,75 meter. Korban yang diduga tak bisa berenang memegang paralon yang ada di kolam agar tak tenggelam, namun ternyata korban justru tewas tersetrum karena paralon tersebut teraliri listrik. (kompas.tv, 11/07/2024).

Kepala SMAN 1 Cawas, Arik Sulistyorini menyebut bahwa kejadian tersebut berada di luar kuasa sekolah. Kolam tersebut sudah ada sejak 20 tahun lalu dengan instalasi listrik untuk pompa air di kolam dan taman. Arik juga menyebutkan bahwa SMAN 1 Cawas Klaten sudah menjadi sekolah yang ramah anak dan anti bullying. Terkait perayaan ulang tahun korban, itu adalah murni spontanitas tanpa ada niatan untuk mencelakai. Peristiwa tersebut juga terjadi ketika hari libur sekolah namun Arik siap melakukan pembenahan total agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi. (soloraya, 10/07/2024).

Peristiwa yang menimpa sang ketua OSIS adalah musibah yang sudah diterima oleh pihak keluarga dengan ikhlas. Ada banyak ibrah yang dapat kita ambil agar kejadian serupa tak lagi terulang. Tren ulang tahun dengan melempar tepung, telur, air, menceburkan ke kolam dan seterusnya seakan sudah menjadi budaya yang dimaklumi. Bukan hanya oleh mereka yang masih usia sekolah namun juga bagi orang dewasa. Padahal jelas hal tersebut bisa dikategorikan perundungan dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi seseorang yang tengah berulang tahun. 

Remaja yang haus eksistensi seringkali memiliki prinsip bahwa tak narsis maka tak eksis. Hal ini pula yang mendorong remaja melakukan hal-hal yang terkadang di luar batas kenormalan dan bahkan dapat membahayakan baik bagi diri sendiri mupun orang lain.

Pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan membentuk pribadi-pribadi jauh dari karakter Islam. Generasi yang tercipta pun menjadikan budaya barat yang jauh dari Islam sebagai patokan. Seperti adanya budaya bahwa setiap ulang tahun wajib dirayakan dengan berbagai ueforia yang bahkan sangat berlebihan. Tak heran karena sekularisme kapitalisme yang dijadikan kiblat dunia saat ini memang menjadikan materi sebagai ukuran kebahagiaan. Gaya hidup hedonis pun tak dapat dihindari. 

Sekularisme sangat bertentangan dengan sistem Islam yang memiliki aturan lengkap dalam menjalani kehidupan. Allah pencipta langit, bumi dan segala isinya menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Maka Allah mengutus Rasulullah untuk menyampaikan panduan hidup manusia berupa Al-Qur'an dan hadist. Islam menekankan pendidikan aqidah sejak dini baik di keluarga maupun di sekolah.

Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia harus bersandar pada aturan Allah karena akan ada hari segala perbuatan akan diminta pertanggungjawaban oleh-Nya. Dengan pondasi aqidah kuat maka akan terbentuk generasi yang memiliki kaidah berpikir yang benar dan berkepribadian Islam.

Meski remaja masih muda usia, namun dalam Islam ketika seseorang telah baligh maka ia telah menjadi pribadi dewasa dan memiliki kewajiban-kewajiban yang terikat dengan hukum syara’. Pemahaman Islam yang benar akan menjadikan seseorang memahami hakikat dirinya diciptakan sehingga setiap ingin melakukan suatu perbuatan maka akan berpikir panjang.  

Islam tidak pernah menjadikan kebahagiaan bersumber pada materi dan eksistensi diri sehingga segala perbuatan yang dilakukan individu dewasa yang paham Islam adalah semata untuk meraih ridha Ilahi.

Wallahu a’lam bishawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar