Kapitalisme: Biang Keladi Mental Generasi yang Amburadul?


Oleh: Amri (Mahasiswi & Aktivis Remaja)

Bayang-bayang kelam krisis kesehatan mental terus menyelimuti para generasi saat ini. Perasaan depresi, kecemasan, dan stres kian marak, bagaikan bom waktu yang siap meledak. Puncak dari krisis kesehatan mental adalah bunuh diri.


Bunuh Diri, Semakin Menjadi

Bali, pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, kini diselimuti kabut kelam. Di balik sorotan wisatawan dan keceriaan suasananya, tersembunyi realitas pahit yaitu melonjaknya angka bunuh diri.

Dikutip dari CNN Indonesia, sepanjang tahun 2023 di Bali ada 135 orang yang memilih mengakhiri hidup mereka. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Bahkan, kalau dibandingkan dengan jumlah penduduknya, tingkat bunuh diri di Bali termasuk yang tertinggi.

Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menunjukkan bahwa Bali memiliki tingkat bunuh diri 3,07. Suicide rate atau tingkat bunuh diri dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi lain seperti Yogyakarta (1,58) dan Bengkulu (1,53). Disusul Aceh yang menempati posisi buncit dari seluruh provinsi di Indonesia, angka suicide rate-nya hanya 0,02.


Kapitalisme, Biang Keladi Mental Generasi

Di tengah gemerlapnya dunia modern saat ini, bayang-bayang kelam kian menghantui.
Meningkatnya kasus bunuh diri bagaikan tamparan keras yang menyadarkan kita akan rapuhnya mental di era kapitalisme yang penuh tekanan. Sistem ini, bak belenggu tak terlihat, memborgol jiwa dan menjerumuskan individu dalam jurang keputusasaan.

Tekanan untuk meraih kesuksesan finansial bagaikan virus yang menjangkiti. Dipaksa tampil sempurna, bekerja tanpa kenal lelah, terjebak dalam perlombaan status sosial yang tak berujung, demi memuaskan nafsu kapitalisme yang tak pernah terpuaskan. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa pun terkorbankan.

Dampaknya kian terasa pada generasi muda. Terjebak dalam jebakan media sosial penuh pencitraan, terpapar standar kecantikan dan kesuksesan tak realistis, dan terobsesi dengan materi semata. Depresi, kecemasan, dan rasa rendah diri menjadi momok yang menghantui mereka.

Lemahnya mental tak lepas dari gagalnya sistem pendidikan. Alih-alih mencetak generasi tangguh, berjiwa syukur, dan sabar, sistem ini justru melahirkan individu yang mudah menyerah dihadapkan kesulitan.

Negara pun tak luput dari tanggung jawab. Dalam belenggu kapitalisme, negara lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi daripada kesejahteraan rakyat. Akses layanan kesehatan mental minim, dan perhatian terhadap masalah sosial yang dapat memengaruhi mental generasi mudapun terabaikan.

Kelemahan mental ini diperparah oleh pandangan hidup sekularisme kapitalisme yang materialistis dan individualistis. Makna hidup yang lebih dalam diabaikan, membuat individu kehilangan arah dan tujuan hidup, sehingga mudah terjerumus dalam depresi dan putus asa.

Ini semua tentu bukan masalah individual semata, melainkan masalah sistemis. Untuk itu, solusi yang layak untuk menghilangkan tren bunuh diri juga harus menyeluruh dan sistemis, serta harus diselesaikan secara fundamental.


Islam Solusi bagi Permasalahan yang Terjadi

Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab untuk melayani dan mengurusi kepentingan rakyat, termasuk menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis akidah Islam.

Sistem pendidikan Islam dirancang untuk melahirkan generasi yang berpola pikir dan bersikap sesuai tuntunan Islam. Generasi ini akan terdorong untuk menjadi problem solver, bukan trouble maker, dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan, baik di tingkat individu maupun masyarakat.

Islam menjadikan negara sebagai ra'in (pengurus) rakyat. Negara bertanggung jawab untuk memberikan kehidupan terbaik bagi rakyatnya, termasuk melalui terwujudnya sistem Kesehatan Masyarakat yang terbaik. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kesejahteraan hidup.

Penerapan syariat Islam kaffah oleh negara akan menjamin terwujudnya kesehatan jiwa dan raga rakyat yang optimal. Sistem ini meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengaturan ekonomi, hukum, sosial, hingga budaya. Wallahu’alam.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar