Moral Remaja Krisis, Demi Cuan Rela Tawuran


Oleh: Nur Hidayati 

Pelajar tenteng pedang di Denpasar ditangkap Kepolisian Sektor (Polsek) Denpasar Utara. Pasalnya pedang ini hendak dipakai sebagai senjata tawuran. Untungnya, Polsek Denpasar Utara berhasil mengamankan seorang pelajar berinisial EPH di Lapangan Lumintang untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Informasi yang diperoleh dari Kasi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi, EPH diamankan lantaran kedapatan membawa senjata tajam jenis katana yang identik dengan gaya film samurai Jepang.

Pasalnya, EPH dibekuk petugas di seputar Lapangan Lumintang, Denpasar pada Jumat 24 Mei 2024 dini hari. Di hari itu pula sekelompok remaja berencana akan melakukan tawuran.

Rencana ini disinyalir dari postingan sosial media hingga ajang adu mekanik para geng remaja. Sering media sosial saat ini terlihat bukan hanya wadah bertukar informasi, tetapi juga ajang eksistensi diri, termasuk ajakan tawuran. 

Memang biasanya tawuran ini dilakukan oleh para pelajar yang merupakan generasi penerus dari negeri ini. Hanya masalah sepele, begitu mudahnya terpancing emosi untuk melakukan tawuran.

Tak tanggung-tanggung, dalam tawuran tersebut banyak diantara pelajar tersebut yang membawa senjata tajam. Yang tentu saja dapat melukai pelaku tawuran yang lain maupun dirinya sendiri. Ada banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya tawuran, diantaranya faktor ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial budayanya. Dan tentunya tak luput dari kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Belakangan ini sedang viral di sosial media aksi-aksi tawuran yang katanya dibuat hanya sebagai konten belaka. Mereka melakukan hal ini untuk menambah followers dan mencari cuan tentunya. Hal ini membuktikan jika generasi saat ini hanya memandang kebahagiaan dari segi materi. Mereka kehilangan jati dirinya sebagai seorang pemuda muslim yang seharusnya berbuat taat kepada Allah SWT, dan membawa kebaikan bagi masyarakat. Mereka tidak memahami tujuan hidup di dunia ini, dan kehidupan mereka saat ini sudah terpengaruh oleh pemikiran sekuler.

Tawuran masih terus terjadi bahkan sampai ada korban jiwa. Ini merupakan bukti rusaknya generasi saat ini dan hal ini tak lepas dari gagalnya pendidikan saat ini yang berada di bawah naungan sistem kapitalisme yang menjauhkan para generasi saat ini dengan agama.

Pendidikan sekuler merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme yang menjauhkan peran negara sebagai raa'in atau pelayan rakyat. Negara hanya memandang SDM sebagai faktor produksi. Sehingga tak dapat dipungkiri jika saat ini banyak remaja yang pandai tapi mereka krisis akan moral.

Tawuran bukanlah masalah problem personal atau individu, tapi hal ini merupakan problem sistemik yang harus diatasi secara serius oleh pemerintah. Dan selama ini pemerintah seakan-akan tutup mata dan tutup telinga mengenai masalah ini walaupun masalah ini telah banyak menelan korban jiwa.

Solusi tuntas dari permasalahan ini hanyalah Islam. Dalam Islam negara bertugas sebagai raa'in dan bertanggung jawab membentuk ketakwaan individu masyarakatnya. Pendidikan dalam Islam memadukan 3 peran sentral dalam penerapannya yaitu, keluarga, masyarakat, dan negara. Dan orang tua merupakan ujung tombak lahirnya bibit unggul generasi penerus.

Pendidikan dalam Islam memahamkan tentang tujuan hidup setiap muslim, sehingga dapat mencetak generasi yang berkualitas yang mampu membawa kebaikan bagi semua orang.

Wallahu A'lam Bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar