BBM NAIK, ISLAM SOLUSINYA


Oleh : Dewi Yulianti

Sudah jatuh tertimpa tangga, inilah yang dapat menggambarkan kondisi rakyat saat ini. Rakyat dihimpit dengan berbagai kesulitan ditambah dengan kenaikan harga BBM yang mulai berlaku di bulan Agustus ini seakan menambah kemalangan yang terjadi.

Seluruh Badan Usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU yang ada di Indonesia kompak menaikkan harga produk BBM-nya. Seperti misalnya Shell Indonesia, BP-AKR, Vivo Energy dan juga PT Pertamina (Persero).Yang terakhir, per 10 Agustus kemarin, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM non subsidi jenis RON 92 atau Pertamax menjadi Rp 13.700 dari sebelumnya Rp 12.950 per liter. (CNBCIndonesia.com)

Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari menjelaskan, penyesuaian harga BBM Non Subsidi telah dilakukan oleh seluruh badan usaha sejak awal bulan Agustus 2024. Heppy menyebutkan, dengan penyesuaian ini, harga Pertamax menjadi Rp.13.700 per liter (harga untuk wilayah dengan PBBKB 5%).

Sebelumnya diberitakan, harga BBM diperkirakan akan naik karena beberapa faktor meliputi tren harga minyak dunia, turunnya produksi minyak mentah di dalam negeri, maupun pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Para pakar ekonom menyebutkan jika pemerintah menaikkan harga BBM maka akan berpotensi terjadinya inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat. 


Buah sistem Kapitalisme

BBM merupakan salah satu kebutuhan pokok rakyat yang harus dipenuhi oleh negara. namun faktanya tidaklah demikian, rakyat semakin terbebani dengan kebijakan pemerintah yang terus menaikan harga BBM. Hal ini merupakan keniscayaan karena buah sistem kapitalisme yang menjadikan negara sebagai regulator sehingga terjadi liberalisasi dalam pengelolaan SDA yang membuka peluang investor untuk mengelolanya.

Dalam sistem ekonomi kapitalisme yang diadopsi di negeri ini menjadikan BBM sebagai objek komersialisasi yang bisa dikelola siapa pun selama ia memiliki modal. Sistem kapitalisme tidak menempatkan sumber daya alam sebagai kepemilikan rakyat padahal hakikat sumber daya alam adalah kepemilikan umum atau rakyat sebab penguasaannya oleh segelintir orang akan membuat sebagian yang lain sulit untuk mengaksesnya.

Sementara kita ketahui pengelolaan SDA oleh pihak swasta dibangun atas dasar bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya bukan untuk pelayanan. Tak heran korporasi migas akan terus menaikkan migas apalagi ditengah perekonomian kapitalisme yang sarat akan inflasi. Negara sendiri memiliki peran mengesahkan segala peraturan yang memudahkan para korporasi berinvestasi dalam mengelola SDA yang ada. Sebab sistem kapitalisme meniscayakan negara berperan sebagai regulator semata bukan penanggung jawab utama untuk mengurusi hajat hidup rakyatnya.


Islam Solusi

Islam mengatur tentang kepemilikan. Ada kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. SDA termasuk kedalam kepemilikan umum yang hanya berhak dinikmati oleh khalayak ramai dan tidak boleh diprivatisasi. Apalagi diprivatisasi oleh pihak swasta asing. SDA (termasuk migas) harus dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi seluruhnya kepada rakyat. Jika adanya biaya yang dikeluarkan oleh rakyat itu hanya biaya operasional saja, sehingga rakyat akan bisa menikmati SDA (termasuk migas) dengan cuma-cuma bahkan gratis.

Maka jelas, negaralah yang seharusnya bertanggungjawab mengolah minyak bumi. Kemudian, mendistribusikannya kepada rakyat secara adil dan merata. Dibolehkan menjual dengan harga yang terjangkau semua kalangan. Akan tetapi, hasilnya pun harus dikembalikan lagi kepada rakyat, baik berupa infrastruktur yang bisa diakses secara murah bahkan gratis, gaji pegawai, maupun yang lainnya. Oleh karenanya, pengelolaan SDA seperti minyak bumi dengan berasaskan syariat Islam, maka negara akan mampu memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya di dalam negeri dengan mudah dan murah, bahkan gratis.

Demikianlah pengelolaan SDA termasuk minyak bumi dengan syariat Islam. Yaitu tidak boleh diprivatisasi, juga tidak ada barang subsidi atau non subsidi. Hanya Islam yang dapat menuntaskan segala macam permasalahan kehidupan, karena bersumber dari pencipta manusia dan alam semesta yaitu Allah SWT.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar