Oleh : Linda Oktaviyani, S.Sos (Aktivis Dakwah)
Fenomena maraknya kasus cuci darah pada anak-anak akibat gagal ginjal yang disebabkan oleh konsumsi produk makanan tidak sehat menjadi perhatian serius dalam dunia kesehatan. Hal ini seperti kasus yang belakangan ini tengah viral, yakni ditemukannya banyak anak-anak yang menjalani perawatan cuci darah di salah satu rumah sakit di Jakarta.
Gagal ginjal pada anak-anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah konsumsi produk makanan tidak sehat secara berlebihan. Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, gula, dan bahan pengawet tertentu dapat memberikan tekanan berlebihan pada ginjal anak-anak, menyebabkan kerusakan bertahap pada organ penting ini. Pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya asupan nutrisi yang baik juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal pada anak-anak.
Walaupun belum ada peningkatan signifikan dalam jumlah anak yang membutuhkan cuci darah akibat gagal ginjal, kasus-kasus ini tetap memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, karena seringkali berkaitan dengan pola konsumsi yang kurang sehat, yang merupakan faktor dominan penyebab gagal ginjal.
Pada kenyataannya, saat ini banyak produk berpemanis yang beredar di pasar, khususnya dalam industri makanan dan minuman di Indonesia. Namun, banyak dari produk tersebut, sayangnya mengandung gula melebihi batas yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi.
Hal ini dapat dipahami dalam konteks negara dengan sistem kapitalisme, di mana keuntungan menjadi prioritas utama dalam proses produksi. Sehingga, aspek kesehatan dan keamanan pangan, terutama untuk anak-anak, sering terabaikan, dan produk tersebut tidak memenuhi standar. Belum lagi abainya Negara dalam penetapan standar keamanan pangan serta kurang memberikan jaminan terkait keberadaan makanan yang sesuai dengan prinsip halal dan thayyib.
Berbeda dengan sistem Islam yang mewajibkan negara untuk memastikan pemenuhan bahan pangan yang halal dan berkualitas sesuai syariat, sehingga rakyat tidak hanya terjamin kebutuhan pangannya tetapi juga kesehatannya.
Negara yang menerapkan sistem Islam akan mengedukasi masyarakat mengenai makanan halal dan thayyib melalui berbagai metode atau mekanisme, untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya makanan halal dan thayyib yang sesuai syariat. Selain itu negara akan melakukan pengawasan ketat terhadap industri makanan, sehingga makanan yang beredar dimasyarakat bukan hanya dapat mengenyangkan namun juga menyehatkan.
Wallahu a'lam bishawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar