Ibu Jual Bayinya : Himpitan Ekonomi Menghilangkan Naluri Keibuan


Oleh : Ummu Umaroin (Aktivis Dakwah) 

Melansir dari TEMPO.CO, Satreskrim Polrestabes Medan meringkus empat perempuan yang terlibat jual dan beli bayi seharga Rp 20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. 

Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Madya Yustadi mengatakan, terungkapnya kasus berawal dari informasi masyarakat bahwa ada rencana transaksi bayi yang baru dilahirkan di sebuah rumah sakit di Kecamatan Percutseituan pada 6 Agustus 2024.

Berdasarkan informasi tersebut, petugas melakukan penyelidikan dan mendapati MT, 55 tahun, warga Medanperjuangan, sedang menggendong bayi menumpangi becak bermotor menuju Jalan Kuningan, Kecamatan Medanarea, Kota Medan. MT akan menemui Yu, 56 tahun dan NJ, 40 tahun, untuk menyerahkan bayi yang didapat dari SS, 27 tahun, ibu kandungnya.

“Bayi ini anak kandung dari anak salah satu pelaku yang ditangkap, dijual Rp 20 juta. Penyerahan uang dilakukan bertahap, pertama Rp 5 juta, kedua Rp 15 juta. Keempat pelaku yang ditangkap, perannya sebagai penjual, pembeli dan perantara,” kata Madya didampingi Kepala Seksi Humas Polrestabes Medan Inspektur Satu Nizar Nasution, Kamis, 15 Agustus 2024.

Madya bilang, pihaknya masih melakukan penyelidikan, apakah ada pelaku lain. Keempat tersangka dikenakan Undang–Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang–Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. 

“Si ibu mengaku menjual bayinya karena ekonomi, si pembeli mengaku tidak punya anak. Dia akan membesarkan bayi yang dibelinya seperti anak sendiri. Kami masih menyelidiki kasus ini," kata Madya.


Ekonomi Kapitalis Menyengsarakan Rakyat

Penasaran lelah, letih dan sakitnya mengandung dan melahirkan, tidak dirasakan lagi oleh seorang ibu. Disebabkan penderitaan yang diakibatkan oleh tuntutan kehidupan lebih menyiksa diri seorang ibu. Yaitu himpitan ekonomi  mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan. Sehingga tega menjual bayi yang baru saja di lahirankan nya, demi menghindari beban hidup yang lebih berat. Tak seharusnya hal ini terjadi, jika masih ada masyarakat yang peka dan peduli terhadap keadaan sekitar nya. Serta Suporting sistem juga tidak berjalan di tengah-tengah masyarakat, baik karena sama-sama miskin ataupun individualistis. 

Di tambah lagi abainya negara mewujudkan kesejahteraan juga tidak berperan termasuk dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi para suami. Yang ada justru PHK besar besaran di setiap wilayah, sehingga semangkin menambah penderitaan rakyat. Hal ini erat sekali dengan sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan saat ini. Biaya kebutuhan hidup begitu tinggi, namun penghasilan sangatlah rendah. Mahal nya biaya persalinan juga menjadi beban bagi sebuah keluarga. Hal ini nampak dari kasus serupa banyak terjadi di negeri Demokrasi. 

Di sisi lain, pemerintah gagal memberikan sistem Pendidikan yang membentuk kepribadian yang takwa di setiap diri individu masyarakatnya. Hingga tega menjual bayi nya karena kesulitan ekonomi, serta melepaskan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Bagi si miskin ada nya yang mau membeli anak nya suatu keberuntungan, dan bagi si kaya sudah merasa menolong si miskin dengan membeli bayi nya dan membesarkan nya. Ini adalah kerusakan keperibadian masyarakat, yang ada hanyalah saling mencari keuntungan satu sama lainnya. 


Ekonomi Islam Mensejahterakan Umat

Islam menetapkan peran negara sebagai raa’in yaitu pengurus, dimana seluruh kebutuhan masyarakat akan di urusin oleh negara. Seperti, menyediakan lapangan pekerjaan untuk para suami karena tanggungjawab suami sebagai pemberi nafkah kepada keluarga nya. Dan untuk para istri tidak diwajibkan bekerja diluar rumah, karena istri bukan sebagai tulang punggung keluarga.  

Kemudian negeri islam memberikan fasilitas rumah  sakit gratis, ibu ibu yang melahirkan anak anak nya tidak harus membayar biaya lahiran yang mahal. Ini semua karena kesejahteraan menjadi kewajiban negara islam untuk mewujudkannya. Islam memiliki sistem ekonomi yang mensejahterakan rakyat melalui berbagai mekanisme, termasuk banyaknya lapangan pekerjaan. Serta murahnya kebutuhan hidup yang dibutuhkan oleh masyarakatnya. 

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam. Setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang mencerminkan kepribadian islam, yaitu kepribadian yang bertakwa kepada Allah swt. Sehingga menjauhkan diri kita dari perasaan takut miskin karena banyak anak.

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu" (TQS. Al Isra', ayat : 31)

Serta media juga berperan mendukung terbentuknya keimanan ditengah tengah masyarakat nya. Lingkungan masyarakat islam sangat memiliki perasaan yang kuat, sehingga tidak akan mengabaikan ketika ada seseorang dalam  kesulitan. Beginilah islam mengatur kehidupan, karena islam adalah agama yang sempurna untuk seluruh manusia, sehingga tidak ada keburukan sedikitpun. Penerapan Islam kafah akan mewujudkan optimalnya fungsi keluarga.

Wallahu 'alam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar