Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Meningkat, Ada Apa Ini?


Oleh : Poppy Agita (Aktivis Dakwah)

Kasus bunuh diri mahasiswa PPDS Anestesi Undip Aulia Risma Lestari menambah daftar panjang deretan kasus bunuh diri. Diketahui Aulia seorang dokter muda di RSUD Kardinah Tegal bunuh diri karena tak kuat atas perilaku bullying yang diterimanya. Ia bunuh diri dengan cara menyuntikkan obat bius jenis Roculax.  

Kasus bunuh diri mahasiswa telah terjadi di beberapa kampus Indonesia. Penyebabnya pun beragam mulai dari depresi, bullying, persoalan asmara, tekanan dalam proses belajar kampus, hingga hutang pinjol.

Berikut ini deretan kasus bunuh diri yang terjadi pada mahasiswa.

Pertama, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meninggal bunuh diri di kamar indekosnya di Kapanewon Mlati Kabupaten Sleman, (kumparanNews, 13/8/2024).

Kedua, seorang mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang (Unnes) berinisial NJW nekat melompat dari lantai empat Mall Paragon, Jalan Pemuda , Kota Semarang, (Jawa pos, 15/8/2024).

Ketiga, mahasiswa Fakultas Hukum Undip Semarang berinisial MFSP tewas bunuh diri dengan cara menggantung di pojok Lapangan Tembak 600m, Kodam IV Diponegoro, RT 001 Kelurahan Tembakang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, (Jawa pos, 15/8/2024).

Keempat, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) bunuh diri dengan melompat dari lantai enam gedung parkir kampus, korban berinisial ANI, (Jawa pos, 15/8/2034).

Kelima, kasus mahasiswa gantung diri adalah Sulthan. Mahasiswa baru IPB University itu ditemukan meninggal dunia tergantung di kamar mandi penginapan di bilangan Dramaga, Kabupaten Bogor, (rejabar.co.id, 9/8/2024).

Fenomena kasus bunuh diri yang terjadi pada mahasiswa seperti fenomena gunung es. Dari banyaknya kasus bunuh diri yang terlaporkan ternyata masih banyak juga kasus bunuh diri yang tidak terlaporkan dan ini bisa jadi angkanya lebih banyak lagi. Hal ini disebabkan tidak adanya otopsi yang dilakukan atas permintaan keluarga dan sikap kampus yang cenderung menutupi kasus bunuh diri pada mahasiswanya dengan alasan menjaga perasaan keluarga.  

Meningkatnya angka bunuh diri pada mahasiswa telah menjadi sorotan perhatian, bagaimana hal ini bisa terjadi? 

Pertama, faktor eksternal turut berpengaruh terhadap ketahanan mental, dimana ketahanan mental pada generasi muda hari ini begitu rapuh. Para mahasiswa ketika mendapatkan sedikit tekanan mereka layaknya strawberi yang lembek bisa jatuh dan mengalami depresi yang berat. Mereka juga menjadi generasi yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan. Alhasil sikap putus asa, stres mudah menghinggapi kehidupan mereka. Mereka berfikir setelah mereka bunuh diri semua beban mental dan permasalahan mereka akan berakhir.

Kedua, kehidupan yang serba materialistik, hedonistik menyebabkan gaya hidup remaja kian materialistik dimana hanya untuk memenuhi gaya hidupnya banyak para mahasiswa terjerat pinjol. Belum lagi himpitan ekonomi yang kian memburuk menuntut mahasiswa mandiri secara finansial. Akhirnya mereka harus bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mereka. Inilah salah satu penyebab para mahasiswa depresi karena beratnya tekanan yang datang mulai dari tuntutan akademik, tuntutan tempat kerja, tuntutan gaya hidup dll.

Ketiga, beban akademik kerap menjadi pemicunya kurikulum perguruan tinggi yang fokus kepada akademik menuntut mahasiswa cakap dalam bekerja. SKS yang begitu padat ditambah tugas-tugas kuliah yang menumpuk menyebabkan mahasiswa stres ditambah adanya dugaan bullying senior kepada junior.

Berbagai penyebab bunuh diri terjadi sejatinya berpangkal dari cara pandang barat yang menghunjam para pemuda yaitu sekulerisme. Cara pandang ini menghinggapi para pemuda hingga mereka lupa akan jati dirinya. Nila-nilai kehidupan sekuler terus ditanam dalam kehidupan mereka akhirnya mereka tumbuh tanpa bekal agama. Ditambah sistem pendidikan sekuler telah gagal membentuk kepribadian generasi muda yang memiliki keimanan yang kuat, mental yang sehat serta visi misi hidup yang jelas. Sistem pendidikan sekuler memang pada dasarnya tidak diformat menghasilkan output pendidikan yang memiliki karakter mulia. Dasar akidahnya saja menjauhkan generasi muda dari agama jadi bagaimana mungkin akan terbentuk generasi yang beriman? 

Kondisi ini jauh berbeda tatkala sistem Islam diterapkan. Islam sejatinya memberi perhatian besar kepada generasi muda. Islam dijadikan landasan dalam pembentukan generasi yang berkepribadian Islam yaitu memiliki pola sikap Islam dan pola pikir Islam. Dengan begitu mereka akan menjadi pribadi yang kuat dan tidak gampang depresi.

Sistem pendidikan Islam diterapkan mulai dari tingkat dasar hingga tinggi. Sekolah akan menanamkan akidah Islam dan segala pemahaman Islam lainnya yang dapat menjadikan mereka punya pola pikir dan pola sikap islami. 

Akidah Islam inilah yang akan menjagaa kewarasan mental generasi. Mereka akan berfikir realistis dapat menempatkan mana yang berada di wilayah yang dikuasai manusia dan mana yang tidak. Mereka juga paham bahwa kebahagiaan tertinggi adalah meraih ridho Allah bukan sebatas kesenangan dunia. Jika Islam dapat diterapkan secara sempurna tidak akan ada lagi generasi lembek bermental strawberi apalagi mudah merasa depresi. 

Wallahu ‘alam Bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar