Oleh : Hana Annisa Afriliani, S.S (Aktivis Dakwah, Penulis Buku dan Praktisi Pendidikan)
Tidak ada kesuraman hidup yang lebih memprihatinkan daripada yang terpotret dalam sistem kehidupan liberal hari ini. Ya, betapa banyak fakta persoalan yang terjadi hari ini yang membuat kita mengurut dada, salah satunya fakta kerusakan generasi. Bagaimana tidak, kenakalan remaja hari ini kian meresahkan, bukan lagi soal bolos sekolah dan mencontek, melainkan sudah sampai memerkosa bahkan menghilangkan nyawa.
Sebagaimana yang terjadi di Palembang, seorang siswi SMP berusia 13 tahun dibunuh lalu diperkosa secara bergiliran oleh pacarnya IS (16), bersama tiga rekannya MZ (13), NS (12), dan AS (12). Kejadiannya bermula saat korban menolak bujukan sang kekasih untuk berhubungan badan, dari situlah akhirnya pelaku membekap mulut dan hidung korban hingga lemas. Setelah itu, pelaku juga mengajak rekan-rekannya untuk memerkosa korban demi melampiaskan hasratnya setelah menonton video porno. Para pelaku tak menyadari bahwa korban telah meninggal dunia. (Detik.com/05-09-2024)
Sungguh sangat mengerikan, perilaku para bocah belasan tahun itu di luar fitrahnya sebagai seorang anak. Mereka sedemikian sadis melakukan kejahatan. Sayangnya polisi tidak menahan ketiga pelaku yang berusia 12 dan 13 tahun karena dianggap masih di bawah umur, mereka hanya direhabilitasi. Ironis!
Sekularisme Merusak Generasi
Potret kenakalan remaja yang terekam oleh media mungkin hanya sebagian. Yang tak terungkap pasti jauh lebih banyak lagi. Jelas ini merupakan sebuah pekerjaan rumah serius bagi negeri ini. Bagaimana mungkin kita akan mampu mewujudkan Indonesia Emas 2045 jika wajah generasi negeri ini begitu suram?
Anak belasan tahun menjadi pelaku kriminalitas serius, yakni membunuh dan memerkosa. Dan setelah ditelusuri ternyata keempat pelaku adalah pecandu video porno. Padahal menonton video porno akan berdampak negatif terhadap diri seseorang, di antaranya terjadinya penyusutan volume otak. Disebutkan jika seseorang yang alami kecanduan dapat membuat volume otak di area sekitar striatum dapat alami penyusutan. Striatum sendiri adalah area pada otak yang berkaitan dengan motivasi seseorang. Selain itu, mengakibatkan juga disfungsi seksual karena biasanya orang yang kecanduan video porno akan melakukan masturbasi, dan hal tersebut akan berpengaruh kepada disfungsi seksual. (Halodoc.com)
Maka, sungguh miris juga anak belasan tahun sudah dirusak dengan pornografi. Hal itu juga tidak lepas dari maraknya konten-konten porno di jejaring internet dan sangat mudah diakses bahkan oleh anak-anak. Herannya, pemerintah seolah tak berfungsi dalam memberantas konten-konten sampah tadi. Sebaliknya malah boleh jadi para aparatur negara ikut menjadi penikmatnya. Miris!
Urgensi Sistem Islam
Beginilah jika negara jauh dari aturan Islam. Liberalisme alias paham kebebasan menjadi prinsip manusia hari ini. Akibatnya berbagai kerusakan moral merajalela. Aturan kehidupan bersumber dari akal dan hawa nafsu manusia. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Sementara ada Allah Dzat yang Maha Tahu atas segalanya, sang Pencipta manusia dan alam semesta. Sudah semestinya manusia tunduk sepenuhnya kepada Allah dan menerapkan syariatNya dalam semua lingkup hidupnya, yakni pribadi, masyarakat, dan negara.
Hanya dalam naungan sistem pendidikan Islam lah generasi akan menemukan jati dirinya yang sejati, yakni sebagai seorang hamba Allah yang diciptakan di dunia untuk beribadah. Oleh karena itu, ia akan memiliki visi hidup yang jelas dan terarah. Takkan mudah disetir oleh hawa nafsunya. Demikianlah pentingnya keberadaan sebuah institusi yang menjadikan Islam sebagai asasnya, yakni Khilafah Islamiah. Karena tegaknya Khilafah di atas muka bumi akan berperan sebagai hirasatuddin wa siyasatuddunya atau memelihara agama dan mengatur dunia. Sungguh inilah sebaik-baiknya sistem kehidupan yang akan melahirkan generasi terbaik pemimpin peradaban. Wallahu'alam bis shawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar