Oleh : Zulfi Nindyatami, S.Pd
Saat ini anak sangat dekat dengan ponsel, mereka dapat dengan mudah berselancar mencari hiburan dan tontonan sesuka mereka. Hal ini yang dikhawatirkan jika anak melakukan hal negatif dari tontonannya.
Empat remaja di Palembang terlibat kasus pembunuhan dan pemerkosaan seorang siswi SMP (13). Menurut keterangan kepolisian, pelaku utama merupakan pacar korban dan telah merencanakan perbuatannya dengan ketiga pelaku lainnya. Sebelumnya mereka sudah lama kecanduan menonton film porno dan mengaku bahwa perbuatannya dilakukan karena dampak kecanduan (www.cnnindonesia.com, 11/09/2024).
Tersangka saat ini menjadi tahanan dengan status ABH (Anak Berhadapan dengan Hukum), mengingat mereka masih anak di bawah umur. Sehingga harus menjalani rehabilitasi di panti LPKS Dharmapala di bawah dinas sosial (kumparan.com, 11/09/2024).
Bukti nyata potret generasi makin suram. Jika dilihat dari kasus tersebut kemungkinan masih banyak kasus yang sama tanpa adanya pelaporan. Lagi-lagi karena kecanduan tontonan yang tidak senonoh hingga akhirnya berani untuk memerankan adegan negatif.
Fenomena ini menggambarkan usia anak-anak hingga remaja saat ini sudah jauh dari fitrahnya. Mereka seharusnya dapat bermain dan belajar dengan tenang bersama teman sebayanya. Namun, tidak dengan kondisi sekarang yang sangat memilukan. Perilakunya jauh dari usia yang seharusnya.
Kondisi ini disebabkan oleh gagalnya sistem pendidikan dalam mendidik generasi. Negara pun gagal dalam melakukan filterisasi media atau hiburan masyarakat. Media yang semakin liberal membuka luas dan mudah para generasi untuk mendapatkan konten pornografi. Selain itu, hukum yang tidak jera dapat melahirkan kembali generasi yang rusak. Tidak ada penanganan dan pencegahan yang serius negara dalam melindungi generasi. Kasus ini menjadi salah satu bukti rusaknya sistem dalam menjaga generasi.
Berbeda dengan islam yang mewajibkan negara mencegah terjadinya kerusakan generasi. Islam mengatur segala kehidupan dengan baik. Penerapan aturan di berbagai aspek kehidupan di antaranya pendidikan Islam yang dapat melahirkan generasi yang berkualitas. Islam melindungi generasi dari media yang liberal, hingga islam mengatur sistem sanksi yang menjerakan bagi para pelaku kekerasan. Oleh karena itu, sistem islam dapat melahirkan generasi yang mumpuni terutama dalam berakhlak. Pentingnya negara melindungi generasi sebagai tonggak pemimpin umat. Negara memiliki peran besar dalam hal ini, sebagai salah satu pilar tegaknya aturan Allah.
Wallahua'lam bishshowab..
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar