Lansia Sayang, Lansia Malang


Oleh: Susi Sukaeni, S.Pt (Aktivis Singaraja-Bali)

Sepertinya tidak banyak yang tahu tanggal 15 Juni adalah Hari Kesadaran Penelantaran Lansia Sedunia. Menurut PBB, hingga saat ini masih banyak lansia yang menderita di seluruh dunia. Diperkirakan 1 dari 6 lansia masih mengalami berbagai bentuk penelantaran termasuk kekerasan fisik, emosional, finansial, serta pengabaian dan penelantaran sosial.

Sarifah (78) adalah salah seorang yang mengalaminya. Ia tinggal bersama keluarganya di Bukit Tabuan, Karangasem, Bali. Keluarganya yang terdiri dari anak, menantu dan cucu kerap menyiksanya. Alasannya karena merasa kesal dan keberatan untuk merawat Sarifah yang lumpuh dan pesakitan. Tubuh Sarifah dipenuhi luka dan lebam hingga harus dirawat di RSUD Karangasem. Kini keluarganya menjadi tersangka dan telah diamankan pihak polres Karangasem pada 4 Juli 2024.

Mencermati kasus penelantaran dan penganiayaan lansia tidak terlepas dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme di negeri ini. Dimana nilai-nilai agama yang mulia dibuang jauh-jauh dari kehidupan. Padahal agamalah yang telah memerintahkan seorang anak berbakti kepada orang tuanya. Terlebih saat tua renta yang membutuhkan perawatan dan kasih sayang tulus. Sistem ini telah menjadikan manfaat sebagai asas kehidupan. Wajar jika orang tua renta dan tidak produktif dianggap  sebagai beban bagi keluarga. Akibatnya banyak yang dititipkan di panti jompo atau sengaja ditelantarkan.

Hal ini diperparah dengan negara yang abai urusan rakyatnya. Watak kapitalistik melahirkan kebijakan setengah hati. Kepedulian negara terhadap lansia hanya sekadar formalitas dan eksistensi belaka. Langkah riil untuk melindungi dan mengurusi mereka sangat minim. Negara pun tidak mampu memberikan sangsi tegas kepada keluarga yang menelantarkan orang tuanya.

Apa yang kita saksikan hari ini adalah bukti abainya negara terhadap rakyatnya. Sampai ada negara yang memfasilitasi dan mengizinkan para dokter menyuntik mati para lansia jika dikendaki keluarganya. Alasannya agar para lansia tidak menderita berkepanjangan di masa tuanya yang pesakitan. Mereka juga menjadi beban keluarga dan tidak bisa apa-apa. sementara negara merasa tidak mampu untuk membiayai perawatannya.  

Berbeda dengan Islam. Islam agama yang sempurna hingga memiliki mekanisme yang terperinci dan detail dalam mengurusi lansia. Pemeliharaan lansia pada dasarnya menjadi tanggung jawab keluarganya. Negara harus memastikan mekanisme ini berjalan dengan baik. Jika keluarga tidak mampu negara akan menjamin semua pemenuhan kebutuhan lansia dengan dana dari baitul mal. Demikianlah yang dilakukan Abu Bakar Ash Siddiq. Beliau menafkahi dan membantu warga lansia, terutama para janda tua. 

Negara harus menciptakan iklim yang kondusif agar lansia hidup bahagia dan sejahtera hingga akhir hayatnya. Tidak boleh ada satu pihak pun yang menelantarkannya. Lansia diarahkan agar fokus beribadah hingga wafatnya husnul khotimah. Wallahu a'lam bish showab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar