Oleh : Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)
Perundungan atau bullying semakin marak di sekolah-sekolah. Meskipun kasus bullying ini bukan yang pertama, tapi sudah ada sejak dahulu. Namun kasus ini semakin muncul kepermukaan dan sudah menjadi hal yang biasa terjadi khususnya dilingkungan sekolah. Sebagaimana yang terjadi di kota Balikpapan.
Masyarakat Kota Balikpapan dihebohkan dengan adanya aksi bullying yang dialami oleh anak di bawah umur. Korban yang baru duduk di bangku kelas 7 salah satu SMP di Balikpapan itu pun harus mendapat perawatan di RS lantaran alami geger otak.
Mirisnya lagi, terduga pelaku mengunggah aksi bullyingnya di status whatsapp dengan caption “ala ala aja kesian”. Video berdurasi 13 detik itu pun viral di media sosial. (Lintasbalikpapan.com,28/8/2024)
Kasus bullying ini sudah sampai taraf darurat, karena korbannya semakin banyak. Bukan hanya mengalami trauma, geger otak bahkan ada yang berujung kematian. Lalu mengapa, kasus bullying ini seakan tak pernah surut?
Faktor Penyebab
Ada banyak faktor yang menyebabkan kasus bullying ini terus terjadi. Mulai dari sakit hati sampai hanya untuk eksistensi diri. Namun yang menjadi pertanyaan, sampai kapan perundungan atau bullying ini terjadi? Kasus ini sudah semakin meresahkan, bahkan sudah menjadi momok yang menakutkan seakan sulit untuk dihentikan.
Bullying sendiri kebanyakan dilakukan oleh siswa atau mahasiswa, karena mereka sedang menginjak masa remaja dimana fase tersebut perkembangan emosi sedang melonjak, labil dan masih mencari jati diri.
Dengan beredarnya video pelajar SMP Balikpapan yang mengalami tindak kekerasan oleh kalangan pelajar sekolah. Maka peristiwa ini semakin menambah daftar panjang kasus kekerasan yang terjadi di kalangan remaja. Sungguh memprihatinkan mengingat remaja adalah generasi penerus kepemimpinan suatu peradaban di masa yang akan datang. Tidak bisa dibayangkan bagaimana masa depan bangsa ini jika generasi penerusnya masih begitu lekat dengan aksi kekerasan terhadap sesama.
Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler
Bullying tidak hanya terjadi di Balikpapan, namun kasusnya pun sering terjadi juga di wilayah lain. Ini bukti kegagalan sistem pendidikan sekuler kapitalis dalam mencetak generasi. Sekolah harusnya mampu membentuk generasi yang beretika dan memiliki nilai-nilai moral yang baik, sistem ini malah mencetak generasi amoral. Ini semakin menampakan buruknya potret pendidikan saat ini.
Dalam sistem kapitalis sekuler akan tumbuh subur kasus kekerasan karena mencetak generasi sekuler jauh dari Islam. Sistem sekuler memisahkan peran agama dari kehidupan, melahirkan generasi-generasi yang berpikiran liberal (bebas). Mereka tidak mau diatur dengan aturan agama, bahkan lebih menyukai kehidupan yang bebas semau mereka.
Cara pandang seperti ini yang menyebabkan kasus bullying tidak akan pernah terselesaikan, karena memiliki standar yang tidak benar atas tindakannya, sehingga output-nya adalah perbuatan tercela dan sadis. Bahkan, perbuatan tersebut dianggap sebagai suatu pencapaian yang luar biasa dan mereka bangga akan hal itu.
Ketika cara pandang kehidupan sekuler telah menancap kuat dalam kehidupan, maka satu hal yang pasti bahwa sistem pendidikan hari ini juga berlandaskan pada aspek tersebut,yaitu sekuler yang mana pendidikan hanya fokus pada aspek akademik, tetapi abai pada aspek agama. Jika hal seperti itu terjadi, maka wajar saja jika kasus bullying tumbuh subur di lingkungan sekolah.
Akibat penerapan sistem sekuler, peran keluarga dan masyarakat pun seolah hilang begitu saja. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak, sering kali menjadi lalai dalam menjalankan peran tersebut.
Ditambah lagi, kondisi lingkungan yang rusak juga menjadi pemicu bagi anak untuk melakukan tindakan bullying akibat tidak adanya aktivitas amar ma'ruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat.
Belum lagi peran media, banyak informasi sampah dan tidak bermanfaat tersebar luas di media sosial. Setiap orang dapat mengakses informasi apa pun yang mereka inginkan tanpa ada batasan usia. Mirisnya, banyak dari mereka yang mempelajari hal-hal tercela dari sana.
Lagi-lagi ini membuktikan ketidak mampuan negara dalam menyediakan informasi bermanfaat bagi rakyat. Negara gagal dalam memfilter setiap informasi yang ada di media sosial. Jika hal ini terus terjadi, maka kedepannya akan semakin banyak generasi yang buruk dalam berperilaku.
Islam Melindungi Generasi
Islam memandang bahwa generasi memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan sebuah peradaban, sehingga generasi akan dijaga dan dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan maupun pembullyan. Islam juga akan mencetak generasi yang berkepribadian Islam dengan diterapkannya sistem pendidikan Islam secara kaffah.
Dalam Islam untuk melindungi dan menjaga generasi maka diperlukan keterlibatan semua pihak. Baik itu dari orang tua, masyarakat maupun negara.
Orang tua memiliki kewajiban dalam mendidik dan mengawasi anak berdasarkan akidah islam. Dalam mendidik anak orang tua perlu memperlakukan dengan penuh kasih sayang tanpa unsur kekerasan. Selain itu, tidak membiarkan anak bergaul dengan sembarang teman yang tidak baik akhlaknya. Sebaliknya,orang tua, khususnya ibu wajib mengarahkan agar anaknya memiliki akhlak yang baik dan memiliki kepribadian yang islami, baik dari pola pikirnya maupun pola sikapnya.
Ketika cara mendidik sudah benar, maka itu akan membentuk anak yang taat dan takut kepada Allah Swt. Dengan demikian, anak akan berhati-hati dalam bertindak, karena sadar bahwa setiap perbuatannya akan diawasi dan akan dimintai pertanggung jawabannya kelak.
Selain itu, dibutuhkan juga peran masyarakat dalam mewujudkan aktivitas amar ma'ruf nahi munkar ditengah-tengah masyarakat. Aktivitas ini sangat diperlukan untuk mencegah menjamurnya tindakan brutal dan kejahatan pada generasi seperti bullying. Masyarakat akan berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan tidak memberikan sedikit pun fasilitas pada aktivitas kemungkaran.
Untuk mewujudkan kondisi yang aman bagi seluruh rakyat, maka dibutuhkan peran negara. Negara memiliki andil yang sangat besar dalam dalam melindungi generasi. Negara wajib menjamin kehidupan yang bersih dari berbagai aktivitas yang dapat menjerumuskan generasi ke dalam kemaksiatan, termasuk bullying.
Negara wajib menerapkan sistem pendidikan yang berdasarkan akidah Islam. Islam akan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam, yaitu terbentuknya pola pikir Islam dan pola sikap Islam, sehingga mereka akan terhindar dari perilaku kasar, zalim, dan aktivitas maksiat lainnya. Basis pendidikan seperti inilah yang akan melahirkan pribadi-pribadi cerdas yang siap membangun peradaban.
Selain itu, negara juga wajib menyediakan sistem informasi yang aman bagi rakyat. Negara akan memfilter setiap informasi yang tersebar di media sosial. Dengan demikian, informasi yang diterima hanyalah informasi yang bermanfaat, mengedukasi, dan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Dengan demikian, kekhawatiran terhadap pembullyan atau perundungan bisa teratasi. Karena itu, dibutuhkan sinergi bersama, baik keluarga, masyarakat, dan negara dalam menyelesaikannya. Jelas pula bahwa negaralah yang memiliki kendali penuh atas penerapan suatu aturan di wilayahnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Imam (kepala negara) itu adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR Muslim dan Ahmad).
Wallahu'alam bissawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar