Potret Kejahatan Seksual Generasi Akibat Pornografi


Oleh : Desvita Ayu

Potret generasi kian memprihatinkan hingga detik ini. Realitanya tampak dari perilaku empat remaja di bawah umur di Sukabumi, Palembang, Sumatera Selatan, yang sudah memperkosa dan membunuh siswi yang berinisial AA (13 tahun). Jasad korban ditemukan di kuburan China pada Minggu (1/9) sekitar pukul 13.00 WIB.

Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Selatan Kombes Anwar Reksowidjojo, keempat remaja itu terbukti merencanakan pemerkosaan hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Dilansir dari cnnindonesia.com 

Sungguh menyesakkan dada mendengar anak di bawah umur telah melakukan kejahatan seksual terhadap korban yang juga masih di bawah umur. Mirisnya, kejahatan dilakukan secara bergantian oleh keempat pelaku tersebut. Naudzubillah min dzalik.

Kasus kejahatan seksual yang dilakukan anak di bawah umur tidak hanya terjadi satu dua kali, tetapi sudah banyak sekali kasus yang serupa dan terulang kembali. Bahkan, hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) menunjukkan anak tidak hanya menjadi korban kekerasan, namun juga menjadi pelaku kekerasan.

Kejahatan seksual pada anak di bawah umur diduga akibat kecanduan menonton pornografi. Sebab kurangnya literasi digital, serta tidak adanya pendampingan dalam bermedia sosial. Ini menjadi salah satu dampak adanya digitalisasi. Anak-anak jadi mudah mengakses pornografi, terlebih saat anak dibebaskan memiliki ponsel sendiri. 

Jelas, bahwa orang tua lemah dalam memberi pengasuhan terkait penggunaan sarana digital. Apalagi, dunia semakin berkembang pesat hari ini. Pun orang tua dituntut untuk melek digital, memahami perkembangan teknologi seiring berjalannya waktu. 

Persoalan ini sejatinya memberikan gambaran buruknya tatanan kelola teknologi yang bersifat bebas, juga memberikan gambaran bahwa pemerintah lepas tangan terhadap tata kelola konten yang layak disiarkan ataupun yang tidak layak disiarkan. 

Kegagalan pemerintah dalam mengatasi hal ini adalah bukti tidak mampunya sistem saat ini memberikan arahan yang positif terhadap kehidupan,  khususnya anak remaja. Sistem Sekularisme-Kapitalis telah membuktikan semuanya hingga detik ini. Kita melihat banyaknya kasus kekerasan seksual, KDRT, dan yang lain. Tidak lain adalah buah dari sistem sekularisme-kapitalis.

Oleh karena itu, butuh adanya perubahan mendasar pada pandangan hidup masyarakat. Tentu harus diawali dengan membuang sistem sekularisme-kapitalis. Dalam hal ini, Islamlah satu-satunya pengganti yang memberikan solusi tuntas terhadap berbagai persoalan manusia, termasuk kejahatan seksual. 

Akidah Islam dijadikan sebagai asas kehidupan dalam seluruh aspeknya, termasuk dalam membina generasi. Pendidikan Islam membangun ketakwaan individu sehingga taat aturan Allah. Demikian juga sistem informasi akan tegas membentengi umat—khususnya anak-anak—dari konten-konten negatif, termasuk konten porno. Literasi digital akan ditanamkan pada setiap individu.

Selain itu, sistem ekonomi Islam akan menjaga berbagai aktivitas ekonomi agar selalu dalam koridor hukum syara’. Islam menutup semua pintu kemaksiatan, termasuk industri pornografi. Negara akan menjamin kesejahteraan rakyat tanpa membebani para perempuan dengan kewajiban mencari nafkah. Negara akan menjaga fungsi dan peran kodrati perempuan sebagai ibu generasi sehingga bisa menjalankan tugas pengasuhan dengan maksimal. 

Wallahualam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar