Tak Tahu Konsekuensi, Apapun Bisa Terjadi


Oleh: Tri Ayuning, S.Si (Aktivis Negara-Bali)

Setelah sebelumnya warga Jembrana digegerkan dengan peristiwa tewasnya ibu dari 3 anak yang membakar diri. Tak lama setelah itu, kembali terjadi aksi bundir di kecamatan Karangasem oleh pasangan suami istri dengan cara gantung diri masih lengkap dengan pakaian adat Bali. Diduga pasangan tersebut mengakhiri hidup mereka karena terlilit utang. Beriringn dengan itu bunuh diri juga dilakukan oleh warga negara Perancis setelah sebelumnya sempat menitipkan anaknya di Kantor Polsek Kuta Utara. Akankah Bali menjadi tempat yang tren dalam melakukan aksi bunuh diri tersebut?

Pasalnya di akhir 2023, angka suicide rate atau tingkat bunuh diri di Bali menjadi yang tertinggi di seluruh Indonesia. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) POLRI yang menerima laporan kasus bunuh diri sepanjang 2023, angka suicide rate atau tingkat bunuh diri di Bali mencapai 3,07. Diketahui, suicide rate dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk.

Angka tersebut melampaui daerah lain di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menempati peringkat kedua jumlah tingkat kasus bunuh diri, memiliki angka suicide rate 1,58. Kemudian, peringkat ketiga Provinsi Bengkulu 1,53. Sementara, Aceh yang menempati posisi akhir, angka suicide rate-nya hanya 0,02.

Berdasarkan data Pusiknas POLRI, pada 2023 ada 135 kasus bunuh diri di Bali yang dilaporkan. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berkisar 4,3 juta jiwa, angka tersebut tergolong tinggi. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari detik.com, Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Dokter spesialis kejiwaan atau  psikiater RSUP Prof Ngoerah, membeberkan selama kurun waktu 2022 sampai 2023, beliau sudah merawat pasien percobaan bunuh diri sebanyak 27 orang. Mereka rata-rata didominasi oleh orang dewasa dalam rentang usia 19-32 tahun. Menurutnya, rata-rata alasan mereka melakukan percobaan bunuh diri adalah karena berutang hingga mengalami gangguan bipolar. Kemudian, ada yang depresi karena penyakit kronis.

Sisi lain gemerlapnya pariwisata Bali telah melahirkan kondisi lemahnya mentalitas masyarakat. Kehidupan yang serba instan turut mewarnai faktor internal dalam pembentukan ketahanan mental seseorang. Pencitraan akan kehidupan modern, maju dan hedon yang materialis pun disajikan dalam banyak ragam melalui berbagai platform medsos. 

Pinjaman ribawi baik online ataupun offline semakin dibuat mudah seakan mampu mengatasi problem kesulitan finansial. Masyarakat mulai mengalami kehilangan kemampuan bertahan dalam menghadapi kesulitan, kehilangan ketahanan dalam menghadapai tantangan. Dan yang paling penting masyarakat telah kehilangan mindset yang benar tentang menjalani hidup yaitu mindset bahwa upaya itu harus optimal, setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Nah ini dasar yang harus ditanamkan pada seseorang. Tidak ada cita-cita yang mudah. 

Hal terpenting lainnya bagi seorang muslim adalah meyakini bahwa takdir (baik dan buruk) itu menjadi ketentuan Allah. Tugas kita adalah berprasangka baik kepada Allah dan menjalani segala sesuatunya dengan sebaik mungkin berdasarkan ketentuan Allah melalui syariahnya. Sehingga dia harus memahami makna halal dan haram dengan benar. Haram adalah sesuatu yang bukan hanya sekedar berdosa melainkan konsekuensi dosa adalah azab, seseorang yang melakukan bunuh diri maka dia akan berada di neraka selama-lamanya. 

Namun patut disayangkan keyakinan ini tidak mudah terbentuk apalagi dalam kehidupan sekuler bahkan pendidikan yang berbasis sekuler dimana agama tidak pernah dimainkan dalam membentuk karakter mentalitas seseorang. 

Agama hanya menjadi urusan pribadi. Sehingga setiap orang menggampangkan hubungan dirinya dengan Tuhan. Seakan-akan dirinyalah yang menjadi tuhan karena menggampangkan urusan dengan Tuhan, bukan mau diatur dan tunduk pada aturan tuhan. Inilah kehidupan yang disajikan oleh kapitalisme sekuler dibalik massifnya pembangun pariwisata. Maka dari itu, ada budaya dan gaya hidup yang harus berubah mengikuti bertukarnya pemikiran-pemikiran sekuler kapitalisme di dalamnya. 

Wallahu a'lam  bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar