Oleh : Sri Mardiantini (Muslimah Peduli Umat)
Diketahui bahwa setiap tanggal 17 Oktober setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari pengentasan kemiskinan. Faktanya, terdapat lebih dari 1,1 milyar orang di seluruh dunia hidup dalam kemiskinan, 455 juta di antaranya mereka dalam ketakutan dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar berasa di daerah konflik. Di negara India, sekitar 234 juta jiwa penduduknya hidup dalam kemiskinan dari total 1,4 milyar penduduknya.
Selanjutnya ada negara Pakistan, Ethiopia, Nigeria, dan negara demokratik Kongo. Dari 5 negara ini, jumlah penduduk miskinnya mencapai setengah dari 1,1 milyar dari penduduk miskin di dunia.
Sebenarnya, pemerintah dan badan dunia sudah melakukan berbagai cara untuk mengentaskan kemiskinan. Banyak program-program yang diluncurkan dan diupayakan untuk pengentasan kemiskinan, oleh badan dunia seperti UNESCO dan UNICEF, dan juga oleh pemerintah Indonesia sesuai yang diarahkan badan dunia. Seperti pemberdayaan perempuan, beasiswa sekolah keluar negeri, bantuan-bantuan sosial dari pemerintahan, kampanye-kampanye pengentasan kemiskinan dan penggalangan dana bagi warga miskin. Namun, ternyata semua usaha tersebut tidak membuahkan hasil yang nyata di masyarakat. Nyatanya, walau pemerintahan menyatakan ada penurunan data warga miskin ini hanya dilihat dari pendapatan per kapita dan penurunan standar orang kaya versi pemerintahan, tetap tidak bisa menghapus kenyataan bahwa faktanya orang yang hidup di dalam kemiskinan bukannya berkurang malahan bertambah pelan tapi pasti, bahkan setelah musibah besar melanda dunia yaitu Covid-19, angka kemiskinan naik secara signifikan.
Pertanyaannya, kenapa angka kemiskinan terus bertambah? Karena semua ini tidak lepas dari tuntunan hidup kita adalah paham sekularisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan dengan landasan kebebasan/ liberalisme juga sistem ekonomi yang dipakai adalah sistem ekonomi kapitalisme. Di mana negara tidak akan maju atau sejahtera jika memakai sistem ekonomi kapitalisme. Di mana yang mempunyai modallah yang berkuasa, sehingga uang berputar hanya di kalangan mereka yang mempunyai uang, sedangkan di masyarakat berputar uang hanya sebagian kecil saja.
Dalam ekonomi kapitalisme, bahwa posisi pemerintah sebagai pemberi sarana kepada para pemodal/kapital untuk menjalankan bisnisnya, termasuk bantuan bantun bagi rakyat miskin. Karena tidak ada makan siang gratis. Inilah yang menjadi bertambahnya jumlah orang-orang miskin setiap tahunnya dengan undang-undang yang berlaku hanya menguntungkan para pemodal saja. sedangkan rakyat kecil dan menengah tidak punya kekuatan untuk menuntut haknya walau hanya untuk mempertahankan haknya saja. Karena masyarakat dijauhkannya dari paham agama bahwa agama tidak boleh dibawa ke dalam kehidupan maka timbul banyak tindakan kriminal karena tuntutan hidup.
Dalam Islam, pemerintahan itu tugasnya mengurusi urusan rakyat, apa pun keperluan kehidupan rakyat harus diurusi. Dari mulai pendidikannya, kesehatannya, kebutuhan primernya, kebutuhan sekundernya bahkan kebutuhan tersiernya juga harus dipenuhi. Maka, kesejahteraan rakyat itu tanggung jawab pemerintah. Para pencari nafkah yakni para suami harus diberikan lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Bukan hanya kesejahteraannya saja, tapi keamanannya juga terjamin oleh pemerintah dengan aturan-aturan yang ketat yang disebut hukum Syara'. Dalam hukum ekonomi Islam, ribawi harus ditinggalkan bahkan haram hukumnya, karena akan menjebak manusia dalam kezaliman dan kemiskinan.
Semua kebutuhan pokok harus murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, agar sumber gizinya terpenuhi. Dalam Islam, tidak akan ada pemimpin yang tidak amanah, semuanya pasti amanah karena agama dibawa dalam kehidupan. Hingga tidak akan ada yang melakukan tindakan korupsi dan ruang untuk korupsinya tidak ada. Karena semua langsung dikontrol dari pusat. Karena, salah satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah akibat dari banyaknya kasus korupsi.
Dalam sistem Islam, kemiskinan akan dengan mudah diberantas, semua warga negara akan hidup dalam sejahtera. Tidak akan ada lagi yang mati kelaparan, ketakutan karena perang, juga tidak ada generasi muda yang tidak bisa sekolah akibat kemiskinan.
Maka, hanya dengan solusi Islam yang diterapkan dalam kehidupan dan bernegara yang mampu menuntaskan kemiskinan secara sempurna.
Wallahualam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar