Demokrasi Diambang Kehancuran, Masihkah Berharap Dengannya?


Oleh: Nur Hidayati 

Menjelang pilkada kali ini dan juga menjelang berakhirnya kekuasaan presiden Jokowi, ranah politik di negeri ini semakin memanas. Segala cara dilakukan untuk mempertahankan kedudukannya saat ini. Ada juga yang berusaha untuk menjatuhkan lawan politiknya dengan cara-cara curang. Intinya, para penguasa dan elite politik saat ini semakin pragmatis yaitu sifat yang cenderung berpikir praktis, sempit, dan instan.

Para penguasa dan elite politik selalu mencari cara cepat untuk mencapai tujuannya tanpa memperhatikan hak-hak rakyat yang mendukungnya. Betapa jelas dampak kerusakan yang disebabkan oleh sistem saat ini. Tapi tak banyak dari rakyat yang menyadarinya. Bagi yang paham akan kerusakan ini seharusnya memberikan gambaran dan bukti-bukti tentang buruknya sistem saat ini kepada masyarakat luas, karena kebanyakan dari masyarakat saat ini sudah kehilangan metode berpikirnya dan demokrasi ini sudah ditanamkan dalam fikiran mereka sejak dulu.

Para penguasa mencari cara instan untuk melicinkan usahanya untuk kepentingan dan kenyamanan dirinya sendiri tanpa memikirkan nasib rakyatnya. Tentu saja hal ini berbeda dengan sistem Islam yang selalu mementingkan kemaslahatan umat.

Dalam Islam, seorang pemimpin dipilih dengan sangat hati-hati dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantaranya adalah ia haruslah seorang yang benar-benar amanah dan tidak gila akan kekuasaan. Karena apa yang menjadi tanggung jawabnya sangatlah berat dan harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Dalam Islam, politik itu dilihat dari sisi halal dan haramnya dan tentu saja hal ini sangatlah bertolak belakang dari sistem yang ada saat ini. Para penguasa sudah tidak memandang unsur halal haram lagi, yang penting menguntungkan mereka ya mereka lanjutkan tanpa memikirkan nasib rakyatnya.

Seperti pada masa Abu Bakar as Shiddiq ketika beliau diangkat menjadi seorang Khalifah, beliau pun menegaskan pentingnya berpegang pada syari'ah Islam. Beliau berkata, "Taatilah aku selama aku mentaati Allah dan RasulNya. Namun jika aku bermaksiat kepada Allah dan RasulNya, maka kalian tidak wajib mentaati diriku". (Ibnu Katsir, Al Hidayah wa An Nihayah, 5/218).

Sungguh begitu amanahnya seorang pemimpin dalam daulah Islam. Dan mereka tidak haus akan kekuasaan, jika mereka melakukan kemaksiatan kepada Allah dan RasulNya, mereka rela melepas jabatannya. Hal ini juga sangat bertolak belakang dengan sifat para penguasa saat ini yang tidak rela jika kekuasaan dikritik walaupun jelas-jelas sikap mereka salah. Karena sistem saat ini adalah buatan manusia dan bisa berubah-ubah sesuai kebutuhan para penguasa pembuat undang-undang.

Betapa berat hidup dalam sistem saat ini. Untuk itu, marilah kita mengkaji Islam secara kaffah agar kita paham tentang Islam. Semua telah diatur dalam Islam. Islamlah solusi hakiki dari semua problematika hidup ini.

Wallahu A'lam Bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar