Oleh : Titien Khadijah (Muslimah Peduli Generasi)
Fenomena fomo atau fear of missing out, adalah aspek yang sangat penting dari generasi z, yang merupakan kelompok generasi yang lahir pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Generasi ini tumbuh kembang di era teknologi digital yang berkembang sangat pesat, merupakan sesuatu yang sangat mudah bagi mereka untuk membuka akses ke berbagai platform media sosial, berbagai aplikasi online. Keterlibatan secara intens bagi generasi z dengan komunikasi online sangat luas di dunia maya, sehingga telah menciptakan sosial baru bagi generasi z saat ini yang sangat berpengaruh pada kehidupan sosial.
Viral saat ini, perbincangan anak muda (gen z) di era liberalisme kapitalisme adalah tentang fomo (fear of missing out) yaitu kekhawatiran atau kecemasan pada diri seseorang jika ia kehilangan informasi atau kehilangan momen, dalam dirinya selalu mempunyai perasaan bahwa dirinya lebih tertinggal dari orang lain, bahwa orang lain lebih berwarna dari pada dirinya sendiri (terutama di sosial media). Sehingga dalam dirinya berpikir kalau tidak tahu informasi lebih duluan, akan tidak terlihat keren, anak muda sekarang mengatakan kudet (kurang update).
Dikutip dari Kompas.com, Fomo (fear of missing out) adalah gejala sosial yang timbul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan dan tidak mau sendirian, seseorang dapat bersikap fomo karena pengaruh dari dari adanya internet dan sosial media, yang membuatnya ingin mendapatkan pengalaman dari milik orang lain. Fomo kerap terjadi pada kehidupan sehari-hari, sebagian orang fomo, karena ingin mencari perhatian orang lain.
Menurut pengamat sosial Devie Rahmawati, fomo dapat mengakibatkan dampak buruk, kalau untuk mengejar perhatian dia menggunakan berbagai cara yang termasuk menggadaikan kehormatan, itu menjadi masalah untuknya, ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, belum lama ini.
Perilaku fomo selain berdampak pada kondisi mentalnya, kalangan fomo pun telah dilanda hedonisme, karena mereka sudah terkontaminasi oleh konten-konten yang berseliweran di media sosial, membuat individu fomo menjadi konsumen dari konten-konten orang lain.
Munculnya gaya hidup fomo, dampak dari diterapkannya sistem kapitalisme liberalisme dimana sistem telah mengubah pandangan hidup di kalangan pemuda gen z menjadi serba bebas, agama dijauhkan dari kehidupan akibatnya gaya hidup kalangan gen z menjadi fulgar, gaya hidup bebas tanpa melihat halal dan haram, konsumtif, narsistik, dan hedonisme, yang menjadi prioritas mereka hanyalah semata-mata untuk mencari kesenangan dunia yang fatamorgana, lupa mencari bekal untuk pulang ke akhirat yang kekal dan abadi.
Dengan adanya fenomena fomo, generasi muda ada di dalam persimpangan jalan tak tentu arah, mereka mengalami krisis identitas, karena kapitalisme telah menggiring pemuda hanya untuk memaknai gemerlap dunia semata, pebisnis hanya menjadikan pemuda menjadi obyek pasar bebas bagi mereka, generasi z begitu mudah diarahkan untuk memenuhi keinginan-keinginan yang mereka tidak butuhkan melalui iklan-iklan di media sosial.
Kapitalisme telah menjerumuskan generasi muda pada lingkaran hidup yang fatamorgana, ironinya negara abai akan hal ini, malahan memfasilitasi berbagai kanal media yang menawarkan hidup instan penuh khayalan dan tidak ada dalam kepastian di kalangan muda.
Generasi emas yang dicanangkan pada tahun 2045, yang akan memegangnya generasi saat ini. Kalau saat ini anak-anak SMP sudah kenal pornografi, prostitusi, perzinaan, narkoba, dan dalam hal ini kita semua menutup mata, tidak peduli dengan krisis pemuda saat ini, yang lahir bukan generasi emas, tapi generasi limbah emas, sungguh miris.
Islam pernah berjaya selama 13 abad, kejayaan Islam tersebut dimulai dengan kebangkitan pemudanya. Islam hadir, hidup dan berlanjut semua mulai dari tangan pemudanya, oleh karena itu Islam memperlakukan pemuda dengan sangat baik, karena Islam memandang pemuda memiliki hati yang lembut dan baik dan mampu menyokong sebuah perubahan.
Menurut Islam, pemuda dan Islam merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan, pemuda adalah sebuah pedang yang terus diasah dengan pendidikan Islam untuk mengarahkan ke ideologi Islam, dan terus mengingatkan dengan harus adanya lagi sebuah peradaban Islam, yang harus terus diperjuangkan pemuda sesuai janji Allah Swt, akan tegaknya Islam kembali benar-benar terjadi.
Wallahualam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar