Gen Z Dalam Kapitalisme Demokrasi : Terjerat Gaya Hidup Materialistic


Oleh : Amey Nur Azizah (Pegiat Literasi)

FOMO atau fear of missing out adalah gejala sosial yang timbul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan dan tidak mau sendirian. Seseorang dapat bersikap FOMO karena pengaruh dari internet dan media sosial. Membuatnya ingin mendapatkan pengalaman yang dimiliki orang lain. FOMO kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian orang FOMO karena ingin mencari perhatian dari orang lain.

Dari sisi teori komunikasi, FOMO bisa dilihat melalui lensa Uses and Gratifications Theory yang menekankan bahwa individu menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Gen Z, misalnya, menggunakan media sosial untuk merasa terhubung dengan orang lain, mencari validasi sosial, dan membangun citra diri. Ketika media sosial menawarkan pameran kehidupan yang tampak sempurna, individu mulai merasa terdesak untuk menunjukkan hal serupa, sehingga ketergantungan pada media meningkat, dan rasa takut tertinggal pun tumbuh.

Selain itu, teori social comparison atau perbandingan sosial juga berperan dalam memperkuat FOMO. Di media sosial, Gen Z cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan yang dipamerkan orang lain. Ketika mereka merasa kurang dibandingkan dengan standar yang ditampilkan, baik dalam hal pengalaman, pencapaian, atau penampilan, muncul kecemasan akan ketertinggalan atau keterasingan. Keterbatasan dalam memahami bahwa apa yang terlihat di media sosial sering kali hanya representasi yang dikurasi, memperdalam rasa FOMO.

Seperti halnya ”demam” Labubu yang menyerbu masyarakat. Sebagaimana diketahui, boneka Labubu menjadi begitu booming setelah idol K-pop Lisa BLACKPINK memamerkannya di media sosial. Hal itu menciptakan persepsi bahwa memiliki Labubu berarti turut menjadi bagian dari tren global yang dipopulerkan sosok yang sangat diidolakan. FOMO kerap memicu perilaku konsumtif yang kurang sehat sehingga masyarakat belanja melebihi kemampuan finansialnya. Tidak jarang, FOMO menambah tekanan sosial untuk ikut tren yang sebenarnya tidak cocok dengan minatnya. Juga menyebabkan kecemasan karena tidak ingin tertinggal tren serta memicu perbandingan sosial yang tidak sehat.

Akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem rusak ini mengakibatkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Akibatnya terjadi pengabaian potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi Regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.

Islam memandang Pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Islam memiliki Sistem terbaik untuk melejitkan potensi gen Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun Kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiah.

Namun bagaimana jadinya masa depan umat kelak, jika pemuda hari ini hanya disibukkan dengan keinginan-keinginan pribadinya? Yang bahkan mungkin jauh dari kata pejuang menuju perubahan.

Jadi, mudah saja melihat masa depan umat Islam kelak. Tengok saja kondisi para pemuda hari ini. Apakah mereka berjuang untuk agamanya, atau sibuk dengan dunia dan kepentingan mereka sendiri. Setidaknya ada empat tipikal pemuda muslim hari ini; Pertama, pemuda muslim yang cuek dengan agama mereka dan sibuk dengan hedonisme mereka. Kedua, pemuda muslim yang gandrung pada ideologi syetan liberalisme atau sosialisme-komunisme, dan mereka pun juga aktif menyebarkannya. Ketiga, pemuda muslim yang rajin beribadah dan berakhlak baik, tapi fokus hanya pada diri sendiri dan tidak mau berdakwah dan berjuang, apalagi memikirkan masalah politik. Keempat, pemuda muslim yang mulai memikirkan kondisi umat dan masa depan Islam, sambil berusaha memperbaiki diri mereka.

Pemuda golongan pertama ini, mereka seperti mayat hidup; sudah mati di saat hidupnya. Keberadaan mereka sama seperti tiadanya. Bahkan sebagian dari mereka hanya menjadi beban dan sampah masyarakat. Sampai kemudian mereka mendapat hidayah dari Allah dan mau berubah. Pemuda golongan kedua berpeluang besar akan tampil sebagai penantang agama Allah. Mereka akan menghadang laju kebangkitan Islam meski itu adalah agama mereka sendiri. Ini sudah terlihat dari sikap sebagian pemuda yang ramai-ramai mempersekusi para pengemban dakwah, membakar bendera tauhid, mencaci maki para pejuang Islam, termasuk menghina agama Allah SWT. Kalau bukan karena rahmat Allah mereka akan mati dalam keadaan buruk dan terhina. Adapun golongan ketiga, mereka adalah orang- orang baik tapi menyangka diri mereka sudah berada di puncak kebaikan. Mereka mencukupkan diri dengan giat beribadah, bershalawat, bersedekah, hadir di acara-acara pengajian, dan merasa bagian terbesar dari hidup mereka adalah menikah secara Islami. Posisi mereka ini bisa di antara dua keadaan; mendukung dakwah penegakan syariat Islam, atau justru menjadi penghambatnya. Mereka bisa menjadi penghambat karena berpikir Islam itu adalah-apa yang mereka pahami-sekedar ibadah dan akhlak. Lalu mereka akan pertahankan status quo, kondisi masyarakat yang ada, yang sebenarnya tengah dicengkram ideologi kufur kapitalisme-liberalisme. Mereka berpikir bahwa umat hari ini hanya cukup perbaikan pemimpin dan ibadah serta akhlak, tak perlu penerapan hukum-hukum Allah SWT.

Harapan umat sebenarnya terletak pada golongan keempat. Para pemuda yang mau bersusah payah mengkaji Islam dan memperjuangkannya. Mereka kerahkan sebagian besar hidup untuk menggapai janji Allah dan RasulNya yaitu Kemenangan Islam. Sebenarnya masa depan umat ini secara garis besar telah digambarkan oleh Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Sang Pemilik alam telah menjelaskan bahwa masa depan umat manusia adalah dalam genggaman umat dan agama ini. Berdasarkan Firman Allah SWT, "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (TQS. at-Taubah: 33)

sumber :

1.https://lifestyle.kompas.com/read/2024/09/21/193500920/dampak-negatif-fomo-dari-mengejar-perhatian-hingga-narsistik.
2. https://kumparan.com/unirevi/fomo-di-kalangan-gen-z-dalam-era-digital-23VhtvBKVQ4/full
3. https://www.jawapos.com/hobi-kesenangan/015191636/demam-monster-labubu-antara-eksklusivitas-fomo-dan-konsumerisme
4. M. Iwan Januar. 2020. Bara Dakwah Para Pemuda. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar