Oleh: Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)
Adanya upaya pencegahan generasi bangsa dari paparan paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang sudah mulai dilakukan sejak dini. Selanjutnya mereka didorong untuk senantiasa ditanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Serta menghargai kemajemukan bangsa, membangkitkan kebanggaan akan keberagaman Indonesia. Tumbuh rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.
Kegiatan berlangsung melalui oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltim. Sosialisasi disampaikan kepada puluhan siswa SMP di Kota Minyak. Mereka berasal dari beberapa sekolah dengan rentang usia 13 - 15 tahun.
Kemudian menyasar orangtua siswa, guru, organisasi perempuan. Tema bertajuk ‘SMART Bangsaku, Bersatu Indonesiaku (Sehat Mental Keluarga Cerdas dan Tangguh) dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme. Sosialisasi berlokasi di SMP Nasional KPS, Rabu (2/10).
Ini merupakan kali pertama di Indonesia terdapat pencegahan paham intoleransi dan radikalisme yang mengarah kepada siswa SMP. Ketua FKPT Kaltim Ahmad Jubaidi mengatakan, sosialisasi ini mencegah anak terpapar dari pemahaman terlarang.
Menurutnya sebagus apapun program pemerintah di pencegahan, tentu harus melibatkan unsur masyarakat. Termasuk pendidikan, sekolah, hingga organisasi masyarakat. Kuncinya keluarga yang bisa menjaga paham yang tidak diinginkan tersebut. (KALTIMPOST.ID, 3/10/2024)
Bahaya Intoleransi Dan Radikalisme
Masuknya faham intoleransi dan radikalisme ke tengah-tengah keluarga generasi muda dan juga para orang tua di negeri ini, akan sangat berbahaya terutama bagi umat Islam. Karena itu akan menjauhkan keluarga sebagai pondasi akidah Islam yang utuh.
Para pegiat intoleran dan radikalisme yang senantiasa berupaya menanamkan nilai-nilai pancasila dan kemajemukan bangsa serta membangkitkan kebanggaan akan keberagaman Indonesia. Tumbuh rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air. Ini bertujuan untuk menumbuhkan konsep sikap toleran ala Barat kepada para generasi muda, terutama generasi muslim. Agar mereka memiliki sikap toleran terhadap keyakinan, agama, budaya, pemikiran, atau gagasan yang berbeda.
Dengan menciptakan sikap toleransi antar umat beragama ala Barat, mereka memaksa setiap muslim agar mengakui dan menganggap bahwa semua agama adalah benar, semua budaya, semua pemikiran dan gagasan adalah benar dan bisa diterima. Ini berarti negara telah menciptakan doktrin kebenaran yang nisbi terhadap generasi muslim. Dan akhirnya akan berdampak pada toleransi yang kebablasan. Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada lahirnya generasi muslim yang lemah dari aspek akidah.
Ditinjau dari aspek tujuannya, dalam upaya gagasan pencegahan generasi bangsa dari paparan paham intoleransi, radikalisme dan terorisme menjadikan cinta tanah air menjadi jargon. Islam dibenturkan dengan nasionalisme. Seolah ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan akidah dan syariat yang dianggap terlalu radikal tidak intoleran. Bahkan menganggap mendalami Islam akan menghantarkan kepada radikalisme yang merusak kesatuan negara.
Faktanya, kesatuan negara dirusak oleh cara pandang sekulerisme (pemisahkan agama dari kehidupan) yang melahirkan radikalisme. Maraknya sosialisasi ini ditargetkan untuk mencega radikalisme dikalangan pelajar. Namun, perlu diketahui radikalisme adalah propaganda barat yang sengaja dibuat untuk melebeli kaum muslim yang menginginkan penerapan Islam kaffah dalam kehidupan. Radikalisme ini jelas negatif, karena kaum muslim sudah semestinya yakin bahwa radikalisme bukan dari Islam ideologis.
Gencarnya sosialisasi ini, agar generasi muda memiliki profil intoleran dalam beragama, yakni beragama tetapi tidak bertentangan dengan arah pandang sekuler barat. Dengan kata lain, intoleran terhadap pemikiran yang dibawa barat dan mudah didekte oleh barat.
Masalah di negeri ini adalah karena penerapan sistem kapitalisme sekuler bukan radikalisme. Sistem kapitalisme telah terbukti menjadi penyebab terjajahnya penduduk negri ini. Lihat saja saat SDA pertambangan dan migas yang tidak bisa dimiliki sepenuhnya oleh rakyat Indonesia. Melainkan seluruh SDA itu diprivatisasi dan dikapitalisasi oleh swasta/asing. Sistem kapitalisme hanya menjadikan negara berperan sebagai regulator dengan menyerahkan seluruh urusan rakyat pada para pemilik modal.
Isu paham intoleransi dan radikalisme adalah settingan barat, bukan persoalan pemuda maupun kaum muslimin melainkan ditujukan untuk mencegah kebangkitan Islam ideologis. Sedangkan syariat Islam kaffah (menyeluruh) akan mengajarkan para pemuda untuk tidak mengambil pemikiran barat dan berlepas diri dari kendali asing serta mengusir penjajah dari negri ini.
Penjagaan Islam
Penjagaan Islam terhadap generasi muda adalah keluarga sebagai benteng utama dan pertama dalam menangkal pemahaman di luar Islam. Keluarga menanamkan pemahaman kepada generasi muda agar menolak segala pemikiran yang bertentangan dengan hukum-hukum Islam dan sama sekali tidak layak untuk diikuti dan diemban oleh umat Islam. Senantiasa menjadikan Islam dan syariahnya sebagai panduan dan solusi terhadap seluruh permasalahan yang terjadi dalam kehidupan.
Butuh meningkatkan kesadaran politik dari keluarga kepada pemuda generasi. Islam sebagai ideologi. Hal ini bisa dilakukan dengan terus belajar Islam, atau melakukan proses pencerdasan seluruh anggota keluarga terutama yang telah balig, dengan Islam kaffah (ideologis) sehingga benar-benar memiliki pemahaman Islam kaffah.
Pemahaman ini dijadikan sebagai sandaran atau rujukan untuk membendung dan melawan pemikiran-pemikiran yang rusak termasuk faham Intoleransi dan radikalisme. Sekaligus dijadikan rujukan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan.
Dengan cara ini, akan muncul keluarga muslim yang tangguh yang memiliki kecerdasan politik tinggi, siap menghadang segala bentuk pemikiran yang rusak dan merusak dan siap untuk memperjuangkan Islam kaffah secara berjamaah. Dengan demikian, Islam solusi persoalan negeri.
Wallahu'alam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar