Oleh: Imas Royani, S.Pd.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Alfiansyah Komeng tak setuju jika ditugaskan di Komite II DPD yang membidangi masalah pertanian. Sebagai entertain, Komeng pun ingin ditempatkan di Komite III yang turut membahas budaya. Ia pun melayangkan keberatan kepada Ketua DPD RI, Sultan Bachtiar Najamudin saat rapat penetapan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) DPD di Ruang Rapat DPD RI, Senayan, Jakarta, Kamis 10 Oktober 2024.
"Saya nih sebenarnya komitenya di seni budaya, tapi saya masuk di Komite II yang saya tidak memahami soal pertanian. Tadi, kan, pimpinan bilang itu harusnya mempelajarinya cepat. pimpinan bisa mengarahkan saya, saya harus belajar ke mana? Terima kasih pimpinan," kata Komeng.
Alih-alih mengikuti keinginan Komeng atau mengajarkannya di bidang pertanian, Sultan justru meminta sang komedian untuk menghibur anggota Komite II. "Pak Komeng, teman-teman di komite II tuh pengen bapak tetap di komite II biar banyak hiburan gitu loh," katanya.
Dilansir dari situs KPU, salah satu misi Komeng adalah mewujudkan aspirasi para seniman tanah air, khususnya di Jawa Barat. Komeng menilai, Jawa Barat kaya akan seni dan budaya, yang jika dikembangkan akan menjadi salah satu sumber pemasukan negara.
"Saya bisa mencontoh dari negara Korea Selatan, dengan seni budayanya dia bisa mengalahkan negara-negara lain, lewat seni budaya, drakor (drama Korea), K-Pop, dan kulinernya juga, bahkan pemasukan ke APBN negaranya hampir 12 digit," katanya.
Dalam wawancara bersama Abdel Achrian beberapa waktu lalu, Komeng pernah mengungkap alasannya maju sebagai calon pejabat publik. Menurutnya, untuk mewakili suara rakyat, tak cukup hanya menjadi bagian dari organisasi.
“Waktu saya di Paski (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) Jabar, saya coba masukkan (usulan) ke kabupaten/kota, itu agak sulit pak kalau kita bukan pejabat,” kata Komeng dikutip dari kanal YouTube Abdel Achrian, Jumat, 16 Februari 2024.
Dia berharap suaranya akan didengar jika dia menduduki posisi strategis seperti DPD Jabar. Komeng mengaku tidak ingin sesumbar dalam menjanjikan sesuatu, termasuk jika pada akhirnya dia dilantik menjadi anggota DPD. Dia hanya akan berusaha membuat rakyat Jawa Barat bahagia dipimpin olehnya.
“Kalau jadi ini, kali didengar gitu pak, insya Allah didengar. Sebenarnya sih ketua organisasi juga punya, tapi haknya kurang kali pak ya. Karena dia sama kepala daerah ini enggak ada (komunikasi) secara struktural, Saya tidak bisa mensejahterakan, tapi saya ingin membahagiakan. Tapi sebenarnya konsepnya kalau orang itu bahagia, biasanya mau berbuat apa aja enak tuh,” kata Komeng. (Pikiran Rakyat online, 11/10/2024).
Demikianlah suasana kehidupan dalam sistem demokrasi kapitalisme. Berhubung landasan utamanya adalah memisahkan agama dari kehidupan, maka satu sama lain ingin berdiri sendiri tanpa ikatan satu dengan yang lainnya. Seorang komedian seperti Komeng memiliki cita-cita tinggi untuk membangkitkan perekonomian negara plus membuat rakyat bahagia dengan banyak tertawa karena dunia adalah panggung sandiwara, maka hadapi hidup dengan canda.
Dan ternyata yang butuh hiburan bukan hanya penikmat dunia entertainment, para politikus juga. Begitu antusiasnya ketua DPD inginkan agar komite bagian pertanian bisa haha hehe! Secara, selama ini komite pertanian terlalu berat mengurusi bagian pertanian yang semrawut. Musim panen, harga murah terjadi deflasi yang mengakibatkan petani susah karena harga jual tidak bisa menutupi biaya bibit, pupuk, dan pemeliharaan hingga panen. Terlalu banyak hujan kepayahan, tidak ada hujan juga kepayahan. Tidak heran jika selama ini perjalanan dinas dan rapat diselenggarakan di hotel mewah, mungkin karena kurang hiburan!
Berbeda dengan sistem Islam. Islam memiliki aturan sempurna dan menyeluruh yang meliputi seluruh aspek kehidupan dimana satu dan lainnya tidak bisa dipisahkan. Pemimpin dalam pemerintahan sistem Islam dipilih bukan karena ketenaran, bukan pula hanya jual tampang. Tetapi benar-benar dipilih karena dia mumpuni dan pantas menjadi pemimpin karena paling unggul dalam segala bidang. Begitupun dengan orang-orang yang dipilih untuk membantunya adalah orang-orang pilihan yang menguasai di bidangnya. Orang yang menguasai pertanian akan ditempatkan di bidang pertanian, begitupun yang lainnya. Ketidakmampuan dalam mengelola tugas dengan baik bukan hanya menghambat proses kerja, tetapi juga bisa menyebabkan kerugian bagi negara dan individu yang bersangkutan.
Maka dari itu, penting bagi pemimpin untuk memberikan tugas sesuai dengan kemampuannya. Ini adalah bentuk profesionalisme yang seharusnya dijunjung tinggi dalam setiap organisasi, apalagi institusi negara. Menempatkan orang yang tidak kompeten dalam sebuah pekerjaan hanya akan membawa kehancuran dan kegagalan.
Rasulullah SAW telah mengingatkan kita dalam sebuah hadits: "Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Berkata seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah? Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya." (HR. Bukhari).
Profesionalisme dan kompetensi adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Ketika individu memaksakan diri untuk mengerjakan pekerjaan yang bukan bidangnya, yang terjadi adalah kerugian baik dari segi waktu maupun materi.
Allah SWT juga berfirman dalam QS. Al-Isra: 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya." Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak memaksakan diri melakukan sesuatu tanpa pengetahuan yang memadai. Profesionalisme bukan berarti memaksakan diri untuk menyelesaikan semua pekerjaan tanpa ada pengetahuan yang cukup. Pengetahuan atau pendidikan keahlian tidak bisa dilakukan ketika jabatan telah diemban karena akan mengurangi keefektifan dan efisiensi kerja, kecuali benar-benar tidak ada lagi orang yang lebih menguasai di bidang tersebut.
Dalam kesenian dan hiburan, sistem Islam menganggap bahwa hal itu adalah sesuatu yang mubah yang bisa saja menjadi haram jika kemubahan tersebut mendorong kepada kemaksiatan. Dan bisa halal bahkan dianjurkan jika hal itu dapat meningkatkan ketaqwaan. Tidak boleh adat budaya ditempatkan di atas syariat. Jika tidak relevan dengan syariat Islam, maka harus segera ditinggalkan. Apalagi Allah SWT. dan Rasulullah Saw. tidak menyukai orang yang banyak tertawa.
Rasulullah Muhammad Saw. bersabda,
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani).
Kehidupan di dunia ini tidaklah disikapi dengan bercanda terus dan tertawa terus. Apalagi kehidupan di dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat menanam bekal untuk kehidupan akhirat yang selamanya. Apakah bisa kita menanam bekal dengan terus-menerus bercanda dan tertawa? Bahkan jika kita memikirkan nasib kita yang belum pasti apakah masuk neraka atau surga, kita akan banyak menangis dan sedikit tertawa.
Rasulullah Muhammad Saw. bersabda,
عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.” (HR. Muslim, no. 2359).
Kebahagiaan yang sejati itu bukan berupa tertawa dan sering bercanda, tetapi bahagia itu adalah rasa tenang dan ketentraman dalam hati. Inilah tujuan kehidupan seorang muslim di dunia dan Allah turunkan ketenangan pada hati seorang muslim.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada).” (AL-Fath: 4).
Selain itu terlalu banyak bercanda juga bisa membuat seseorang hilang wibawanya.Pantas saja Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu berkata,
قال عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف
“Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya. Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.” (HR. Baihaqi).
Al-Mawardi rahimahullah pernah berkata,
وَأَمَّا الضَّحِكُ فَإِنَّ اعْتِيَادَهُ شَاغِلٌ عَنْ النَّظَرِ فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ ، مُذْهِلٌ عَنْ الْفِكْرِ فِي النَّوَائِبِ الْمُلِمَّةِ. وَلَيْسَ لِمَنْ أَكْثَرَ مِنْهُ هَيْبَةٌ وَلَا وَقَارٌ، وَلَا لِمَنْ وُصِمَ بِهِ خَطَرٌ وَلَا مِقْدَارٌ
“Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.” (Adabud-Dunya wad-Din hal.313).
Orang-orang yang terriayah oleh sistem Islam akan memanfaatkan waktu semata-mata untuk meraih ridha Allah SWT. Dan keyakinan dalam diri mereka tertancap kuat bahwa yang dapat membangkitkan umat bukan hanya perekonomian, pertanian, atau hiburan dan yang lainnya, melainkan keterikatan individu, masyarakat, dan negara dengan aturan syariat Islam melalui pembinaan yang intensif sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw. di rumah Arqam bin Abi Arqam hingga kemudian berhasil membangun Daulah Islam di Madinah.
Begitupun dengan jabatan yang diembannya yakin betul akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Maka akan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, bukan sekedar hadir saat rapat atau menghabiskan anggaran demi pencapaian dalam secarik kertas yang akan dibacakan saat laporan pertanggungjawaban.
Demikianlah sistem Islam menempatkan seseorang sesuai keahliannya tanpa melanggar syariat. Dengan demikian akan terwujud tatanan masyarakat yang maju dan berdaulat. Negara akan berupaya mewujudkan kebangkitan umat, bahkan akan menyatukan seluruh umat manusia bukan hanya muslim tetapi juga non muslim di seluruh dunia melalui pembebasan, bukan penjajahan, sehingga Islam rahmatan lil 'alamin benar-benar terwujud nyata. Mari bersama-sama kita meraihnya.
Wallahu'alam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar