Opini: Deflasi Tanda Ekonomi Merosot, Rakyat Makin Tak Sejahtera


Oleh: Widya Rahayu (Lingkar Studi Muslimah Bali) 

“Deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut merupakan indikasi bahwa pemerintah tidak mampu mengatasi penurunan daya beli masyarakat. Hal ini berdampak pada penurunan harga barang dan jasa, yang dalam jangka panjang dapat mengakibatkan pengurangan produksi, serta berujung pada PHK massal.” (Kumparan, 2024)

Ekonom dan pengamat perekonomian mengkhawatirkan dampak deflasi terhadap kesejahteraan masyarakat, terutama konsumsi rumah tangga yang terus menurun akibat daya beli yang melemah. Penurunan harga bahan pangan strategis seperti cabai, telur, daging ayam, dan tomat merupakan tanda bahwa masyarakat menahan konsumsinya karena keterbatasan pendapatan. Jika tren ini terus berlanjut, kualitas pendidikan dan kesehatan keluarga dapat terancam. (CNBC Indonesia, 2024)

Deflasi yang terus berlangsung selama lima bulan menunjukkan masalah struktural dalam perekonomian Indonesia. Penurunan daya beli rumah tangga menjadi salah satu penyebab utama terjadinya deflasi, karena konsumsi masyarakat yang menurun drastis. 

Mengingat bahwa konsumsi rumah tangga selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, penurunan ini sangat mengkhawatirkan. Masyarakat tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan, sehingga mereka menahan belanja dan memprioritaskan pengeluaran yang paling mendesak.

Turunnya harga barang dan jasa bukan pertanda baik dalam konteks deflasi. Justru sebaliknya, penurunan ini merupakan akibat dari rendahnya permintaan pasar, yang berpotensi membuat perusahaan mengurangi produksi, dan akhirnya menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. 

Dengan demikian, kondisi deflasi memperlihatkan adanya ancaman serius bagi kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor-sektor esensial seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan.

Jika keluarga tidak mampu mengakses pendidikan dan kesehatan yang layak, dampaknya akan sangat buruk bagi generasi mendatang. Penurunan kualitas pendidikan dan kesehatan dapat memperburuk kualitas sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan berdampak negatif terhadap daya saing ekonomi jangka panjang.

Deflasi yang berlarut-larut mengindikasikan bahwa pemerintah belum mampu mengelola perekonomian dengan baik, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat. 

Ekonomi yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga menjadi rapuh ketika masyarakat tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah stagnasi pendapatan, meningkatnya biaya hidup, dan tidak meratanya distribusi kekayaan.

Dalam sistem kapitalisme, perekonomian sangat bergantung pada mekanisme pasar dan konsumsi masyarakat. Namun, ketika daya beli menurun, seperti yang terjadi saat ini, dampaknya akan merusak seluruh rantai ekonomi. Harga-harga mungkin turun, tetapi ini bukan kabar baik, karena penurunan tersebut menandakan bahwa masyarakat tidak lagi mampu membeli produk-produk yang mereka butuhkan.

Lebih jauh lagi, deflasi ini memperlihatkan ketidakmampuan sistem ekonomi kapitalis dalam memberikan jaminan kesejahteraan yang merata. 

Ketika sektor-sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan menjadi mahal dan sulit diakses, keluarga-keluarga miskin harus mengorbankan kebutuhan tersebut demi bertahan hidup. Hal ini dapat menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan ketimpangan sosial yang semakin melebar.

Sistem kapitalisme sering kali mengandalkan utang dan pajak untuk menutupi defisit anggaran. Hal ini memperburuk kondisi ekonomi, karena utang yang menumpuk dan pajak yang tinggi justru memberatkan masyarakat dan menurunkan daya beli mereka lebih jauh. Akibatnya, alih-alih memperbaiki kondisi ekonomi, kebijakan-kebijakan ini justru semakin memperparah krisis yang sedang berlangsung.

Islam memiliki solusi yang komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi seperti deflasi dan penurunan kesejahteraan. Dalam sistem ekonomi Islam, negara bertanggung jawab penuh dalam memastikan pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini termasuk kebutuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan, yang dijamin oleh negara secara gratis atau dengan biaya yang sangat terjangkau.

Sistem Islam menetapkan bahwa sumber daya alam dan kekayaan publik dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat, bukan untuk keuntungan segelintir orang atau perusahaan. 

Penerapan syariat Islam secara kaffah akan memungkinkan negara memperoleh pemasukan dari sumber-sumber yang sah, seperti zakat, kharaj, dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini berbeda dengan sistem kapitalis yang mengandalkan pajak dan utang, yang justru membebani rakyat.

Islam juga mengajarkan pentingnya distribusi kekayaan yang adil, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang ekstrem antara si kaya dan si miskin. Dengan demikian, daya beli masyarakat akan tetap terjaga, karena setiap individu akan mendapatkan akses terhadap sumber daya yang mereka butuhkan untuk hidup layak. 

Dalam sistem ekonomi Islam, tidak ada ruang bagi spekulasi pasar yang merugikan, karena negara akan mengatur distribusi dan perdagangan secara adil dan merata.

Selain itu, pendidikan dan kesehatan dalam sistem Islam dijamin oleh negara sebagai hak dasar setiap individu. Negara akan membangun institusi pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh seluruh rakyat, tanpa memandang status ekonomi mereka. Dengan demikian, kualitas generasi mendatang tidak akan terancam, bahkan di masa-masa sulit seperti saat terjadi deflasi.

Dalam konteks perekonomian, negara Islam juga tidak bergantung pada utang luar negeri yang dapat membebani rakyat. Negara Islam mengelola kekayaan alam dan pendapatan secara mandiri, dengan tujuan utama untuk memastikan kesejahteraan rakyat dan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, penerapan ekonomi Islam akan menciptakan sistem yang lebih stabil, berkelanjutan, dan mampu melindungi rakyat dari dampak negatif fenomena-fenomena seperti deflasi.

Kesimpulannya, deflasi yang terjadi saat ini adalah tanda bahwa sistem ekonomi kapitalis telah gagal memberikan kesejahteraan yang merata. Solusi Islam menawarkan jalan keluar yang nyata, dengan menempatkan kebutuhan rakyat sebagai prioritas utama dan memastikan distribusi kekayaan yang adil. Hanya dengan kembali kepada sistem Islam, kesejahteraan rakyat dapat terwujud, dan ekonomi dapat berjalan stabil tanpa ketergantungan pada mekanisme pasar yang sering kali tidak adil.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar