Pemerintahan Baru, Akankah Jadi Harapan Baru?


Oleh: Nur Hidayati

Rezim Jokowi akan segera berakhir dan digantikan oleh rezim yang baru. Dipimpin oleh presiden terpilih yakni Prabowo Subianto. Para menteri yang sudah dilantik sebelumnya juga tak beda dengan yang dulu, masih banyak wajah lama yang berseliweran di tengah-tengah anggota dewan. Bahkan, tak sedikit dari para anggota dewan tersebut yang profesinya adalah seorang pengusaha. Mereka bisa masuk ke dalam parlemen tentu saja karena adanya asas manfaat yang menguntungkan bagi anggota dewan sebelumnya. Tanpa memperhitungkan apakah para pengusaha tersebut benar-benar memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang jabatan yang mereka pegang. Yang penting ada keuntungannya bagi mereka, ya mereka sikat saja tanpa memperhatikan kepentingan rakyat. 

Rakyat Indonesia saat ini masih banyak yang berharap pada rezim pemerintahan yang baru. Ini semua karena mereka tidak tahu harus mencari solusi atas segala macam problematika kehidupan saat ini. Namun tak sedikit rakyat yang juga pesimis akan adanya perubahan walaupun telah berganti pemimpin berulang kali. Miris memang, negeri kita yang mayoritas penduduknya adalah muslim, tak pernah tahu jika solusi dari semua ini hanyalah pemerintahan Islam. Mereka tak sadar karena mereka tidak mau belajar tentang Islam secara kaffah.

Pemikiran umat telah dirasuki oleh pemikiran-pemikiran sekuler yang menggerogoti pemikiran islamnya. Mereka hanya mengikuti apa kata orang yang mereka jadikan panutan tanpa mencari tahu terlebih dulu apakah yang disampaikan panutan mereka itu betul atau salah. Meski banjir akan lautan fakta tentang kerusakan yang disebabkan oleh rezim terdahulu, rakyat seolah tak punya pilihan lain selain berharap pada rezim yang baru. 

Tampaknya pergantian rezim setiap 5 tahun sekali ini hanya menguntungkan para penguasa. Dengan janji-janji manisnya, mereka berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya dari rakyat. Tapi setelah semua tujuan mereka tercapai, janji tinggallah janji. Mereka seakan-akan lupa akan perkataannya sendiri rakyatpun yang jadi korban.

Dalam Islam, seorang pemimpin adalah seorang yang benar-benar amanah, karena apa yang menjadi menjadi amanahnya akan dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat kelak. Seperti sabda Nabi saw, "Kepemimpinan itu awalnya bisa mendatangkan cacian, kedua bisa berubah menjadi penyesalan dan yang ketiga bisa mendatangkan azab dari Allah pada hari kiamat, kecuali orang yang memimpin dengan kasih sayang dan adil". (HR. at-Thabrani)

Nabi saw juga bersabda, "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri wewenang untuk mengatur rakyat kemudian pada hari dia mati, sementara dia dalam kondisi menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga bagi dirinya". (HR. Al Bukhori). 

Hadist di atas adalah peringatan buat para penguasa agar selalu amanah dalam menjalankan kekuasaannya. Dalam Islam, kekuasaan haruslah dilaksanakan sesuai hukum syariat secara total dalam seluruh aspek kehidupan agar tercipta kemaslahatan umat. 

Wallahu A'lam Bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar