Oleh: Nai Haryati, M.Tr.Bns., CIRBD. (Praktisi, Pengamat Politik dan Ekonomi)
Transisi pemerintahan lama ke pemerintahan baru dibawah pimpinan Prabowo Subianto telah resmi dilaksanakan. Hal tersebut ditandai dengan pelantikan para pejabat negara dibawah Kabinet Merah Putih. Kegiatan tersebut dilakukan di kompleks parlemen Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2024 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Berakhirnya pemerintahan Jokowi masih meninggalkan rapor merah multidimensi diantaranya dalam bidang ekonomi. Selama Jokowi menjabat, pertumbuhan ekonomi masih stagnan dikisaran 5%, pencapaiannya jauh dibawah target yaitu 7% (bisnis.tempo.co, 16/08/2024).
Laju kenaikan hutang menunjukan tren yang terus meningkat sehingga menyebabkan pembengkakan. Data APBN terkini yang diterbitkan Kementerian Keuangan memaparkan posisi utang pemerintah sudah mencapai Rp 8.502,6 triliun per Juli 2024. Besarnya pokok hutang selaras dengan besarnya jumlah bunga yang harus dibayar. Hampir 20% anggaran dalam APBN dialokasikan untuk pembayaran bunga. Hal ini pertanda kondisi keuangan negara makin rentan (bisnis.tempo.co, 16/08/2024).
Selain itu, tantangan yang harus dihadapi berkenaan dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Walaupun angka kemiskinan tercatat mengalami penurunan tipis, tapi angka ketimpangan masih besar. Masih ada beberapa wilayah di Indonesia yang tingkat kemiskinannya dibawah tingkat kemiskinan nasional. Tantangan penurunan ketimpangan dari sisi spasial masih sangat besar. Disparitas pembangunan daerah di luar jawa masih tinggi, seperti dalam hal akses infrastruktur, pendidikan dan kesehatan (bisnis.tempo.co, 16/08/2024).
Ekonomi Semakin Terperosok
Krisis multidimensi termasuk dalam aspek ekonomi disebabkan aturan dan hukum dalam ekonomi saat ini lahir dari kerangka ekonomi neoliberal. Aliran ekonomi ini mengutamakan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi intervensi pemerintah sehingga menyebabkan banyaknya sektor strategis dan milik umum dikuasai segelintir orang atau pihak, bahkan menghantarkan negara kepada jerat utang yang kian membelenggu.
Sistem ekonomi neoliberalisme tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ideologi kapitalisme. Karakter liberal telah menjadi ciri inheren ajaran yang mengelu-elukan kebebasan ini. Akibatnya ekonomi berjalan seperti hukum rimba dengan cara menindas yang lemah dan memfasilitasi pihak kuat.
Selama ekonomi neoliberal tetap bercokol di negeri ini, maka kondisi perekonomian akan tetap terperosok, bahkan terseok-seok dilanda krisis dan masalah bawaan secara berulang. Hal ini sejalan dengan sistem politiknya yang oportunis dan transaksional yang berorientasi kepada ambisi kepentingan.
Kaca Mata Ideologis
Rapor merah ekonomi yang melanda negeri ini tidak cukup hanya dilihat dari data atau angka belaka, tapi sudah selayaknya melihat dengan kaca mata ideologis. Permasalahan yang terjadi saat ini baik dari asas maupun derivatnya adalah akibat berpalingnya manusia dari aturan Allah Swt., manusia mengadopsi sistem kapitalisme yang tamak dan jauh dari peri keadilan. Wajar jika manusia saat ini dilanda kesempitan hidup.
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Taha: 124). Makna berpaling dari peringatanku adalah menolak perintah Allah dan apa yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Kemudian, ia mengambil aturan atau hukum selain dari petunjuk Allah swt.
Sistem Ekonomi Islam Bukan Sentimental Agama
Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk bisa keluar dari kubangan lumpur ekonomi neoliberal kecuali dengan kembali kepada aturan yang berasal dari Allah Swt., menegakkan kembali sistem ekonomi Islam dalam kehidupan. Maka Allah Swt. akan melimpahkan keberkahan bagi penduduk bumi akibat ketundukannya.
“Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari atas langit dan dari perut bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf: 96).
Berbicara ekonomi Islam bukan sekedar sentimetal agama, tapi bagaimana peraturan ekonomi Islam mampu menghadirkan sistem yang adil dan berkelanjutan. Penerapan sistem ekonomi Islam akan membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat manakala Islam diterapkan secara utuh sebagai sistem kehidupan.
Sistem ekonomi Islam tidak dapat berdiri sendiri, tetapi integral dengan penerapan sistem yang lainnya secara bersamaan. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dahulu ketika membangun negara di Madinah. Beliau meletakkan akidah Islam sebagai landasan berfikir masyarakat, kemudian menerapkan sistem politik dalam negeri yang berlandaskan pada syariat Islam. Mulai dari sistem politik pemerintahan, tata interaksi dalam masyarakat, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem keuangan, hingga sistem sanksi semuanya berdasarkan dengan syariat Islam.
Wahai saudaraku kaum muslim dimanapun berada. Selama kita tidak berlepas diri dari sistem rusak kapitalisme-liberalisme ini, maka upaya keluar dari persoalan bangsa ini akan menemui jalan buntu, seperti orang yang berputar-putar dalam lingkaran tanpa jalan keluar. Maka sudah seharusnya kita bersegera kepada seruan Allah dan RasulNya, menjadikan Islam sebagai akidah, qaidah dan qiyadah bagi kehidupan kita. Sehingga mengubah keadaan kaum muslim yang sebelumnya diliputi dengan ketakutan dan kegelapan menuju cahaya kehidupan Islam yang terang benderang. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar