Siapa yang Bisa Hentikan Perang di Palestina?


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di berbagai kota besar di seluruh dunia pada Sabtu (5/10/2024) untuk menuntut diakhirinya kekerasan di Gaza dan Timur Tengah, seiring mendekatnya peringatan pertama perang Israel vs Hamas pecah, 7 Oktober 2023.

Di Indonesia, Wakil Presiden Indonesia yang menjabat pada periode ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, berpendapat bahwa aksi boikot produk tak mempan hentikan agresi Israel ke Palestina, Kalla menyarankan agar Jokowi menggalang diplomasi kemanusiaan. Kalla juga mengatakan, upaya yang dapat dilakukan sejumlah negara yang mendukung penghentian perang Israel saat ini dengan membuka ruang dialog karena hanya ada tiga orang di dunia yang mampu menghentikan kekejaman Israel di Palestina. 

Mereka adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pemimpin Hamas Yahya Sinwar, serta siapapun yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Yahya Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas setelah Haniyeh dibunuh Israel di Teheran, Iran, pada 31 Juli lalu. Sinwar juga pernah bertahun-tahun dipenjara Israel karena melawan penjajah Israel.

"Hanya ketiga orang tersebut yang memiliki kekuatan untuk mendamaikan. Tidak ada negara lain yang bisa berperan tanpa mereka," ungkap Kalla setelah menerima penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta pada Kamis (3/10/2024).

Selain menyoroti peran krusial ketiga tokoh tersebut, Kalla juga menekankan pentingnya penguasaan teknologi dalam menyelesaikan konflik antar negara. Dia menyatakan bahwa perang di berbagai belahan dunia saat ini sangat bergantung pada kemampuan teknologi. Negara-negara Islam, terutama di kawasan Timur Tengah, tidak hanya bisa mengandalkan kekayaan sumber daya, tetapi juga harus berinvestasi dalam teknologi.

"Perang saat ini adalah perang yang berbasis teknologi yang belum kita kuasai. Oleh karena itu, tantangan ke depan bukan hanya berasal dari pihak yang ingin menguasai, tetapi juga tantangan yang berkaitan dengan teknologi. Tanpa upaya untuk menguasai teknologi, negara-negara Islam akan berada dalam posisi terjajah. Oleh karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi bagian dari upaya kita di masa depan. Siapa yang bisa membayangkan bahwa pager kecil dapat bertransformasi menjadi bom yang sangat berbahaya? Hanya teknologi yang dapat mengatasi hal tersebut," tambah Kalla.

Kalla lebih lanjut menegaskan bahwa berbagai konflik di dunia memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Ia menyatakan bahwa sebuah negara tidak akan diabaikan jika memiliki kekuatan dalam ekonomi, pertahanan, keberanian, dan pendidikan yang baik.

"Semua masalah ini saling berhubungan, berkaitan dengan kekuatan ekonomi, pendidikan yang solid, dan penguasaan teknologi. Itulah yang dapat menjadi solusi bagi tantangan kita di masa depan dan menjadi modal bagi negara mana pun untuk hidup dalam perdamaian serta melawan ketidakadilan global," ujarnya. (merdeka online, 3/10/2024).

Sangat disayangkan, solusi yang selama ini disodorkan oleh pakar politik demokrasi tidak menyentuh akar permasalahan. Hanya meraba dan menduga, dan memang hanya itu yang bisa dilakukan. Ibarat tim sorak atau suporter bola, mereka hanya berkoar-koar di luar lapangan berharap pemain bisa melakukan yang terbaik untuknya tanpa tahu strategi jitu apalagi turun tangan ikut terjun ke lapangan.

Memang ada bagusnya pernyataan tersebut dibanding dengan solusi yang disuarakan para pemimpin dunia yang hanya bisa melontarkan narasi kecaman sekedar meredakan emosi warga yang berunjuk rasa menunjukkan solidaritasnya terhadap Palestina. Atau hanya memelas kepada PBB untuk mengabulkan permohonan solusi dua negara. 

Hanya saja, tidak cukup dengan hanya bermodal tiga orang, seratus orang, seribu orang, atau bahkan lebih banyak dari itu tanpa adanya keterikatan orang tersebut terhadap ideologi yang benar-benar menghapuskan penjajahan di atas dunia. Bukan hanya bacaan yang lantang digaungkan saat upacara bendera. Apalagi yang pertama diketahui sebagai biang kerok, sedang yang ketiga adalah dalangnya. Mereka tidak akan berhenti sebelum dapat menguasai seluruh Palestina dengan melenyapkan seluruh rakyatnya atau dibuat tunduk padanya. 

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT.:
ÙˆَÙ„َÙ†ْ تَرْضٰÙ‰ عَÙ†ْÙƒَ الْÙŠَÙ‡ُÙˆْدُ ÙˆَÙ„َا النَّصٰرٰÙ‰ Ø­َتّٰÙ‰ تَتَّبِعَ Ù…ِÙ„َّتَÙ‡ُÙ…ْ ۗ Ù‚ُÙ„ْ اِÙ†َّ Ù‡ُدَÙ‰ اللّٰÙ‡ِ Ù‡ُÙˆَ الْÙ‡ُدٰÙ‰ ۗ ÙˆَÙ„َئِÙ†ِ اتَّبَعْتَ اَÙ‡ْÙˆَآØ¡َÙ‡ُÙ…ْ بَعْدَ الَّØ°ِÙŠْ جَآØ¡َÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْعِÙ„ْÙ…ِ ۙ Ù…َا Ù„َـكَ Ù…ِÙ†َ اللّٰÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ ÙˆَّÙ„ِÙŠٍّ ÙˆَّÙ„َا Ù†َصِÙŠْرٍ
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah." (QS. Al-Baqarah: 120).

Ideologi itu hanyalah Islam. Sebab Islam tidak mengenal penjajahan. Sejak berdirinya, sistem Islam hanya mengenal pembebasan (futuhat) dimana negara Islam membebaskan negara dan rakyatnya yang masih menghamba kepada selain Allah SWT. Islam tidak membedakan bagi siapa saja yang telah menjadi bagian dari negara Islam, muslim maupun non muslim. Semua memiliki hak yang sama. Hak mendapat perlindungan dari negara Islam.

Demikian pula penguasaan teknologi hanya mampu diraih oleh generasi-generasi terpilih yang dididik melalui sistem pendidikan Islam, sebab sistem pendidikan Islam mencetak generasi pemimpin, bukan pengekor atau sekedar buruh pemuas keserakahan oligarki. ilmu pengetahuan dan sains dalam sistem Islam digunakan semata-mata hanya untuk meraih ridha Allah SWT.

Dengan berpegang teguh pada ideologi Islam, aku, kamu, bahkan kita semua bisa membebaskan Palestina dari zionis Israel. Hanya dengan persatuan umat Islam di seluruh dunia untuk sama-sama mengemban ideologi Islam dan mengangkat satu pemimpin tunggal yang akan memerintahkan tentaranya untuk mengusir zionis Israel dan sekutunya dari bumi Palestina. Mari kita bersama-sama bersatu padu untuk melaksanakannya, saat ini tanpa tapi tanpa nanti.

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar