Childfree Makin Diminati, Buah Beban Hidup yang Makin Tinggi


Oleh : Amey Nur Azizah (Pegiat Literasi)

Banyak yang telah merasa menemukan pendamping hidup kemudian memutuskan menikah. Namun banyak juga yang pada akhirnya malah memilih untuk mengikuti tren childfree. Apa sih sebenarnya childfree?

Secara harfiah, arti childfree adalah kondisi ketika seseorang atau pasangan memutuskan untuk tidak memiliki keturunan. Sebenarnya, childfree bukanlah konsep baru. Bahkan, konsep ini sudah banyak diterapkan di luar negeri, terutama negara maju. Bahkan, penduduk di negara maju seperti Jepang dan Jerman sudah banyak memilih untuk childfree.

Childfree adalah keputusan setiap orang yang sifatnya personal. Tentu saja, sebelum memutuskan hal tersebut, masing-masing pasangan sudah memikirkannya secara matang dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Pasangan yang memutuskan untuk childfree artinya sudah siap untuk tidak memiliki keturunan.

Peningkatan tren childfree atau memilih hidup tanpa anak makin mencuat, terutama di kalangan perempuan muda. Berdasarkan data BPS terbaru, sekitar 8,2 persen perempuan Indonesia usia 15 hingga 49 tahun memilih tidak memiliki anak.

BPS mencatat fenomena child free meningkat di wilayah urban, dengan Jakarta mencapai angka tertinggi 14,3 persen. Tren ini makin kuat pasca-pandemi Covid-19, dengan perempuan memilih fokus pada karier atau pendidikan karena ekonomi dan kesehatan.

Memang benar childfree terjadi karena berbagai penyebab, mulai dari ide hak reproduksi perempuan hingga biaya hidup tinggi. Ide ini lahir dari feminisme dan sistem kapitalisme. Pola pikir liberal (bebas) yang diaruskan memengaruhi kalangan muda. Di dalam kamus Barat, kata kebebasan datang dengan makna lawan perbudakan, atau -sebagaimana dinyatakan dalam The Dictionary of Philisophy oleh Ross-: "Kondisi seseorang yang tidak dalam keadaan perbudakan dan pelayanan". Kata kebebasan juga datang dalam makna "tidak adanya hambatan eksternal". Perlu dicatat bahwa orang-orang Barat memberikan makna (kebebasan) dengan pengertian tidak adanya batasan, kedaruratan, atau paksaan dalam pilihan atau perbuatan. Kata kebebasan juga digunakan mereka dalam makna kemerdekaan dan kedaulatan. Jadi manusia yang merdeka (libre) adalah yang tidak tunduk kepada batasan- batasan eksternal atau otoritas yang memaksa dari selain dia, atau manusia yang tidak mengikuti tuan. Oleh karenanya berpegang pada ide kebebasan inilah para perempuan ataupun juga pasangan yang telah menikah memilih untuk tidak memiliki anak.

Penyebab lain, kalangan muda memilih untuk tidak memiliki anak juga karena Kekuatiran akan rezeki dan tidak mau repot. Mereka beranggapan bahwa memiliki anak justru menjadi beban dalam kehidupan. Pemahaman ini diperkuat juga oleh realita kehidupan yang sedang mereka jalani. Di mana mencari pekerjaan untuk mendapatkan upah yang layak juga tidaklah mudah. Ditambah lagi biaya hidup yang mereka tanggung, untuk makan sehari-hari dengan menu yang layak membutuhkan banyak biaya, belum lagi kebutuhan akan pendidikan anak-anak kelak, yang jika menginginkan pendidikan yang bagus maka harus siap mengeluarkan uang lebih banyak. Kondisi ekonomi hari ini jika hanya ditopang dari penghasilan suami saja, maka banyak yang merasa tidak cukup. Sehingga perempuan akhirnya juga mengambil peran untuk membantu perekonomian keluarga. Jika perempuan juga harus hamil dan menyusui maka seolah ini menjadi suatu kerepotan. Dan alhasil hadirnya anak justru dianggap sebagai beban. Demikianlah Kesulitan hidup dalam kapitalisme mendorong perempuan/istri memilih childfree, karena memang tidak ada jaminan kesejahteraan dari negara.

Selain itu, sekularisme yakni sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia tidak percaya konsep rezeki. Bahwa setiap yang bernyawa pasti telah dijamin rezekinya oleh Allah Swt. Tuhan Pencipta alam semesta. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Hud ayat 6
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)

Demikian juga dalam surat surah At-Talaq Ayat 3
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Artinya: Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Maka nyata sudah hasil dari masuknya pemahaman barat ke benak-benak kaum muslim menjadikan mereka memilih childfree hanya karena mempertimbangkan manfaat dan kesenangan, tanpa pertimbangan agama sama sekali.

Mirisnya negara hari ini justru memberikan ruang terhadap paham rusak dan merusak ini dengan dalih HAM. Padahal seharusnya dalam Islam negara wajib menjamin kesejahteraan seluruh rakyatnya. Dengan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. kebutuhan pokok yang sifatnya individual yakni sandang, pangan, dan papan diuapayakan negara untuk bisa mengcovernya. Dengan pengcoveran yang maksimal bukan ala kadarnya asal gugur kewajiban. Kemudian, untuk kebutuhan pokok yang sifatkan komunal seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan, maka negara juga mengupayakan pemenuhannya dengan kualitas yang terbaik. Demi mencetak generasi terbaik maka dibutuhkan juga peran negara untuk memfasilitasi. Jika hal ini bisa dilakukan oleh negara tentu yang akan berperan menjadi orang tua tidak akan terbayang-bayang oleh beratnya beban memiliki anak.

Selain itu, dalam sistem Islam negara akan menguatkan akidah sehingga akan menolak ide childfree karena bertentangan dengan akidah Islam. Memiliki anak bukanlah beban melainkan amanah yang menjadi ladang pahala bagi orang tua. Pendidikan Islam juga akan menjaga akidah umat tetap lurus dan menjaga pemikiran sesuai Islam. Dan yang pasti Negara juga memberikan benteng atas masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Wallahualam bissawab. []



Sumber :
1. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-childfree
2. https://www.rri.co.id/nasional/1121678/biaya-hidup-dan-ketidakpastian-memicu-tren-child-free
3. Kritik Terhadap Pemikiran Kapitalis Barat: Ideologi, Peradaban, dan Tsaqafah; Penerjemah, Yahya Abdurrahman; Penyunting, MAI. Jakarta: Pustaka Fikrul Islam, 2021.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar