Oleh : Ulianafia (Pemerhati Politik)
Penjajahan yang dilakukan oleh entitas zionis Yahudi kepada warga Palestina sudah terjadi sejak tahun 1948 hingga hari ini. Yang artinya sudah 78 tahun warga Palestina hidup berdampingan dengan para penjajah. Yang terparah ialah satu tahun terakhir ini. Dimana jumlah korban yang terbunuh, terluka dan hilang nyaris 150 ribu penduduk. Sebanyak 69% korbannya adalah wanita dan anak-anak.
Kekejian ini belum nampak akan ada ujungnya dan bahkan terlihat semakin agresif. Seperti Serangan udara Israel pada Sabtu malam, telah membantai 73 warga Palestina di daerah permukiman di Beit Lahia, Gaza utara. Pemerintah negara-negara Arab tidak berkomentar atas serangan brutal tersebut. (Sindonews.com, 20/10/2024)
Inilah gambaran penguasa-penguasa negeri muslim yang tidak bergerak secara nyata untuk seruan melawan penjajahan ataupun seruan untuk menolong saudara sesama Muslim, sebagaimana Islam memerintahkan. Padahal, Global Firepower mencatat kekuatan militer Israel menduduki peringkat ke-18. Kekuatan negara Yahudi ini rupanya masih di bawah beberapa negara mayoritas Muslim.
Sejumlah negara tercatat memiliki persenjataan maupun personel militer lebih banyak dibandingkan dengan Israel. Seperti, Pakistan,Turki, Indonesian, Mesir, Iran dengan total personil militer 2.494.000. Ini baru kelima negeri Islam belum lagi jika disatukan dengan negeri-negeri Islam yang lain, tentu jauh lebih besar lagi. Sedangkan Israel hanya 173.000 personil aktif dan 575.000 tentara cadangan.
Akar Masalah
Nasionalisme yang telah ditelan mentah-mentah oleh umat ini nyatanya ia adalah sebuah paham yang beracun yang melemahkan tubuh umat muslim. Akhirnya mereka merasa tidak berdaya atau bahkan merasa tidak harus ikut campur dengan urusan negara lain, karena takut terlibat peperangan dan kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya. Inilah dalil yang menancap dalam benak-benak umat ini. Begitu pula asas sekularisme telah menjadikan mereka benar-benar meninggalkan cara berpikir Islam dan pemikiran-pemikiran Islam itu sendiri, seperti umat muslim adalah bersaudara, penguasa adalah perisai, dan yang puncaknya bahwa negara dan agama adalah saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan.
Maka dari itu langkah yang harus diambil bagi kaum muslim tidak cukup hanya mengirim do'a, mengirim logistik, atau bahkan mengirim kain kafan. Sebab, hal ini adalah ranah yang bisa dilakukan oleh kelompok atau individu atau bahkan oleh agama manapun dengan asas kemanusiaan misalnya. Sedangkan faktanya Yahudi Israel adalah skala negara.
Namun bagi penguasa muslim tentu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengirim tentara, bukan terus beretorika di panggung sandiwara. Sebagaimana Amerika Serikat yang mengirim tentara beserta persenjataan lengkapnya dengan kecanggihannya. Inilah sebenarnya ranah dari para penguasa-penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara dan persenjataannya.
Solusi Hakiki
Umat Islam harus memiliki kesadaran penuh kembali akan ketauhidan agamanya dan kewajiban persatuan umat dalam satu kepemimpinan di seluruh dunia. Dengan ini umat Islam akan memiliki kekuatan super power karena selain jumlah sumber daya manusianya yang besar, sistem pemerintahan Islam yang sempurna, juga memiliki tali Allah SWT. Berbeda dengan kaum Yahudi yang tali mereka dengan Allah telah terputus sejak pembangkangan mereka kepada nabi-nabi mereka dan tidak tersisa lagi untuk mereka kecuali tali manusia, seperti Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Dengan kesadaran ini maka mental umat Islam akan terbangun setelah hampir seabad lamanya mental umat Islam terbelenggu, terlemahkan, bahkan terbunuh dengan racun-racun nasionalisme, sekularisme, HAM, demokrasi, dan sejenisnya, yang terus dicekokkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tubuh umat muslim.
Umat Islam harus memulai melihat kembali lembaran-lembaran keemasan Islam yang berjaya lebih dari 14 abad lamanya dan mampu menguasai dua pertiga dunia. Kekuatan militer yang tidak tertandingi, mental kasatria para pasukan militer yang ditakuti, perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat yang menjadi rujukan dari negeri-negeri lain pada masa itu, dan sebagai mercusuar bagi negara-negara sekitarnya.
Hal ini bisa dilihat sebagaimana pada masa Rasulullah Saw, pada saat perang badar. Jumlah pasukan kaum muslim hanya 313 orang dengan peralatan perang yang seadanya, sedangkan jumlah pasukan kafir adalah 1.300 orang. Sebuah perang yang tidak sebanding, namun kemenangan berada di pihak kaum muslim. Kemudian pada masa Khalifah Mu'tashimbillah yang menyelamatkan seorang muslimah di Amurriyah yang diganggu oleh beberapa orang Yahudi, dengan mengirimkan tentaranya yang berjumlah besar hingga kota tersebut ditakhlukkan. Lain lagi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tidak ditemukan satupun orang miskin. Yang hal itu diketahui pada saat pembagian zakat, namun ternyata tidak ada satupun orang yang memenuhi kriteria penerima zakat.
Inilah kemuliaan hidup dalam naungan sistem Islam yang harusnya dirindukan, diperjuangkan dan diyakini atas dasar iman oleh setiap muslim. Sebagaimana firman Allah SWT, "Kalian adalah sebaik-baik umat yang ditampilkan di tengah-tengah manusia; menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah…” (Ali-Imran[3]: 110)
Wallahu'alam.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar