Oleh : Silfiyani Rosida, S.IP (Pengamat Kebijakan Politik dan Penulis)
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Paser menggelar Sosialisasi Pemberdayaan Peran Kepala Keluarga (PEKKA) Melalui Program Klik “PATUH” dan Koordinasi Penilaian Penghargaan Parahita Ekapraya (PPE) Tahun 2024.
Pemberdayaan Peran Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan kepala keluarga. PEKKA melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, penjaga keberlangsungan kehidupan keluarga dan pengambil keputusan dalam kkeluarganya. Dan dalam sambutannya Pjs.Bupati Paser mengapresiasi dengan adanya Program Pemberdayaan Peran Kepala Keluarga ini yang diberi nama Klik PATUH dan ini merupakan yang pertama di Kalimantan Timur.
“Melalui PEKKA sudah tercatat sejumlah 550 orang yang telah bergabung dan melalui program Klik PATUH ini diharapkan dapat menjembatani dan dapat menjadi layanan konsultasi bagi masyarakat khususnya dari golongan keluarga yang kurang mampu dari berbagai des”, ungkap Pjs.Bupati. (humas.paserkab.go.id)
Upaya pengentasan kemiskinan dengan program PEKKA adalah solusi yang ditawarkan sistem sekarang. Dengan menjadikan perempuan sebagai kepala rumah tangga yaitu perempuan pencari nafkah sekaligus pengelola rumah tangga, sebagai upaya untuk menyejahterakan keluarga. Padahal faktanya tugas perempuan semkain berat, karena menjadi beban ekonomi. Label pahlawan keluarga dan kemiskinan dibebankan kepada perempuan.
Upaya memberdayakan perempuan dengan berbagai program untuk kesejahteraan hanyalah mantra yang membius perempuan agar mau diberdayakan/dieksploitasi. Ujung-ujungnya sangat menguntungkan pihak kapitalis yang memandang semua bisa diukur sebagai penghasil materi termasuk perempuan . Program ini pun semakin menambah korban kehancuran keluarga dari mulai KDRT, perceraian, generasi lemah dll.
Hidup sejahtera dengan terpenuhinya seluruh kebutuhan merupakan dambaan setiap orang. Begitu pun perempuan, kesejahteraan adalah hal yang mereka rindukan. Namun, pada hari ini, kesejahteraan seolah berada di puncak nun jauh di sana. Setiap orang harus berjuang sendiri, banting tulang agar dapat meraihnya. Tidak terkecuali kaum hawa, mereka pun harus berjibaku dan “berdaya” secara ekonomi agar sampai pada level perempuan sejahtera.
Status perempuan dalam Islam, ibu rumah tangga bukan kepala keluarga yang ada pada suami. Syariat Islam akan mengatur laki-laki dan perempuan dengan tanggung jawabnya masing-masing yang saling melengkapi. Perempuan dalam naungan Islam tidak membutuhkan kemandirian finansial, tetapi nafkahnya terjamin oleh orang tua atau suaminya secara layak. Jika keluarganya tidak mampu akan dijamin oleh kerabatnya, dan jika kerabatnya juga tidak mampu maka tanggung jawab terakhir ada pada negara.
Perempuan dibolehkan bekerja, tetapi merupakan pilihan baginya, bukan karena paksaan ekonomi. Perempuan yang memilih untuk bekerja memang memiliki kemampuan lebih untuk disumbangkan kepada masyarakat untuk kemajuan peradaban Islam, bukan karena terpaksa apalagi karena tidak punya pilihan karena harus bertugas menjadi pencari nafkah. Disini jelas terlihat bahwa Islam memuliakan perempuan.
Wallahualam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar