Oleh : Gyan Rindu (Pegiat Literasi)
Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan status tanggap darurat bencana dalam sepekan ke depan pascabencana hidrometeorologi yang melanda daerah itu. Selain menetapkan status tanggap darurat, pemda juga sudah mendirikan posko tanggap darurat dan penanggulangan bencana di Pendopo Kabupaten Sukabumi. (tirto.id, 2024-12-05)
Bencana terjadi di mana-mana. Semua terjadi dampak dari hujan yang terus menerus. Di beberapa daerah terjadi banjir akibat sungai-sungai yang meluap karena valume air yang terus bertambah. Selain banjir, gunung meletus juga terjadi di beberapa daerah pada tahun ini. Seiring banyaknya bencana yang terjadi, harusnya kita berpikir apa yang sedang terjadi? Apakah alam dan bumi ini sudah tua? Atau kah manusia yang terlalu serakah?
Seperti yang kita lihat pada saat ini, hujan terus mengguyur, tetapi tidak ada yang menampung. Panas begitu terik, seakan-akan pohon-pohon sudah tidak menaungi. Apakah ini dampak dari eksploitasi alam yang luar biasa? Pohon-pohon yang hilang entah kemana, air yang sudah tercemar akibat tambang-tambang yang tidak memikirkan limbahnya, hanya untuk mendapat segelintir keuntungan tanpa memikirkan dampaknya. Ketika bencana terjadi, mereka menyalahkan alam, hujan, dan bumi ini.
Indonesia mengalami Deforestasi sekitar 1,18 juta hektar hutan yang rusak pada tahun 2023. Rusaknya alam adalah bencana bagi makhluk hidup. Tidak hanya manusia namun juga hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Bencana itu terjadi bukan hanya semata-mata karena bumi, alam yang sudah tua. Melainkan karena keserakahan manusia yang tiada habisnya.
Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41, memperingatkan manusia:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum : 41).
Tidak hanya alam dan bumi yang rusak akibat ulah-ulah manusia. Namun, manusia itu sendiri juga rusak karena hasrat, dan hawa nafsu mereka sendiri. Sejatinya bencana yang terjadi tidak hanya karena kerusakan alam semata. Semua itu merupakan ijin dari Allah Yang Maha Perkasa. Semakin merebaknya maksiat dan riba, manusia sendiri yang menghalalkan adzab Allah datang kepada mereka. Itulah mengapa manusia harus diatur oleh aturan dari Allah. Bukan aturan dari manusia, yang dibuat hanya untuk memenuhi hasrat dan nafsu mereka sendiri.
Allah membuat hukum agar manusia lebih teratur dan kerusakan-kerusakan tidak terjadi. itulah yang harusnya kita pahami. Bahwasannya hukum yang diciptakan oleh Allah adalah hukum yang terbaik. Bukan hanya menjaga kita, tetapi juga menjaga dunia dan seisinya. Namun, cenderung dari kita mengambil hukum-hukum buatan manusia karena hasrat dan nafsu kita. Menganggap hukum tersebut memberikan kenikmatan. Padahal kita tidak sadar hukum-hukum buatan manusia itu yang menghancurkan kita perlahan-lahan diberbagai bidang. Kemaksiatan dimana-mana, hancurnya ekonomi yang mengakibatkan kenaikan kriminalitas, pelecehan yang marak karena bebasnya tontonan-tontonan negatif, hancurnya alam yang kemudian berdampak pada iklim, sehingga bencana di mana-mana.
Manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Manusia memiliki hawa nafsu dan sifat serakah. Ketika mereka membuat hukum, tentu hukum-hukum tersebut dibuat hanya untuk memenuhi hafa nafsu dan keserakahannya. Hukum yang mereka buat justru merusak segalanya dan menjauhkan kita dari Sang Pencipta. Dampaknya manusia jauh dari fitrahnya. Banyak terjadi penyimpangan dan kerusakan. Sehingga manusia justru semakin terpuruk, sengsara dan menderita. Sudah saatnya kita kembali kepada hukum-hukum Allah yang seharusnya. Mengambalikan semuanya pada tempatnya. Agar maksiat tidak semakin merebak, agar manusia tidak makin rusak, agar alam bisa digunakan dengan cara yang bijak, agar penyimpangan-penyimpangan bisa dihentikan, dan agar rakyat tidak sengsara dan menderita karena ketidakadilan dari penguasa.
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
Artinya: “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)“. (QS. Asy Syuura: 30)
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar