Oleh : Rohmatika Dia Rofa (Aktivis Muslimah)
Melek cakrawala nasionalisme berbagai versi. Keberagaman di Indonesia sudah menjadi ciri khas indonesia dengan kesatuan bhineka tunggal ika. Begitu pula kunjungan sekaligus sosialisasi yang dikutip dari berita online KOMPAS.com bahwa Ibu Iriana Joko Widodo (Jokowi) akan menyosialisasikan moderasi sejak dini di madrasah, Kota Balikpapan, Rabu (11/9/2024). Dalam kegiatan sosialisasi ini, Iriana didampingi Wury Ma'ruf Amin dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM). Sosialisasi tentang moderasi sejak dini di madrasah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama pada anak-anak. Program ini difokuskan pada pengembangan sikap toleransi, menghargai perbedaan, dan pemahaman yang mendalam tentang Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Beberapa langkah yang dilakukan dalam sosialisasi moderasi di madrasah: Pengintegrasian Kurikulum dengan menggabungkan konsep moderasi beragama ke dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam, Pancasila, dan Kewarganegaraan. Pengembangan Karakter melalui kegiatan keagamaan, siswa diajak untuk mempraktikkan sikap toleran, menghargai perbedaan pendapat, dan menghormati keragaman. Dialog Lintas Agama berupa dialog atau kunjungan ke tempat ibadah agama lain untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman tentang toleransi beragama.
Dalam kegiatan ini sasarannya adalah pelajar usia remaja hingga keatas dimana ini dihubungkan dengan Pendidikan dan berbagai perbaikan metoda yang akan bersangkut paut dalam kurikulum pembelajaran namun dalam kejadian lapangannya tidak bisa dipungkiri penurunan atau hilangnya nilai-nilai dan norma-norma etika yang dialami oleh remaja,dengan ditandainya yaitu perilaku yang menyimpang dari norma, seperti diantaranya darurat dan semakin marak Tingkat keseriusannya dikalangan remaja akibat dekadensi moral remaja buah hasilnya adalah perzinahan, pencurian, Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, pornografi, kriminal, seks bebas, membangkang orang tua, aborsi, tawuran, pelecehan seksual. Hal ini banyak sekali penyebabnya seperti lingkungan, baik di sekolah atau tempat bermain serta kemajuan teknologi yang dapat diakses secara bebas ke pronografi ikut berandil besar dalam faktor penyebabnya dekadensi moral remaja dan sifat keingintahuan remaja, kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egois, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil dan terlepasnya pengetahuan dari nilai-nilai agama.
Darurat Pendidikan tentang pengelolaan kepribadian seharusnya yang menjadi tonggak utama bukan hanya perihal nilai moderasi beragama. Rahmatan lil ‘alamin benar adalah rahmat seluruh alam yang jika ditafsirkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin adalah Islam yang anti kekerasan, Islam yang penganutnya anti membuat kerusakan, pantang menghina, merendahkan atau memberi label negatif kepada orang lain, menjauhi prejudice (su'udzan), mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus) dan ghibah.
Dalam kitab suci Al-Qur'an, diperintahkan untuk selalu menghormati penganut agama lain. Serta tercantum juga berbagai surat dan ayat yang bisa dijadikan pedoman bagi umat muslim. Surat Al-Kafirun ayat ke-6 yaitu lakum dinukum waliyadin artinya untukmu agamamu dan untukku agamaku ini, menjelaskan pentingnya seorang muslimin tetap berpegang teguh pada agama dan aqidah Islam.
Inilah yang dimaksud bertoleransi beragama Ketika satu pandangan islam diambil sudah seyogyanya tidak setengah setengah agar tidak menyebabkan misleading dalam pemahaman dan menyelaraskan pendidikan, tidak mencampuradukan dan menganggap sama rata sebab ada aturan disetiap ketentuan yang tentu harus ditaati, sudah seharusnya islam diambil secara kaffah (menyeluruh) agar tidak menimbulkan kontoversial, yang berujung hal yang tidak diinginkan seperti paham sekularisme (paham yang memisahkan antara urusan manusia dengan urusan Tuhan dalam semua aspek kehidupan), sebab jika di kaitkan dengan Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa maka asas ini sudah tidak selaras.
Islam adalah rahmatan lil ‘alamin yang jika di laksanakan secara kaffah, maka akan terpenuhi fitrah sebagai manusia dan memuaskan akal, karena salah satunya sejatinya dalam Pendidikan berkaitan erat untuk membuka cakrawala pemahaman sebagai tombak untuk membelah lautan kehidupan yang ada di dunia ini. Dengan segala misteri didalamnya. Generasi dibekali dengan ilmu yang bukan hanya sekedar teori , namun ada aspek ruhiyah dan jasmani,yang akan membawa perubahan berkepribadian akhlakul karimah dan melaksanakan kehidupan sesuai aturan porosnya dengan memegang teguh kepercayaannya.
Penerapan Pendidikan ala islam,
Pertama, karakter sistem pendidikan Khilafah sebagai satu kesatuan dengan seluruh sistem Islam, yakni sebagai petunjuk agar manusia selamat dari perbuatan dosa, di samping bersifat pembawa rahmat. Penerapan sistem pendidikan Khilafah menjadikan satuan pendidikan steril dari nilai materi dan penuh dengan nilai spiritual, moral, dan kemanusiaan. Ini adalah kunci rahasia terwujudnya lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, terhormat, dan bermartabat bagi keberlangsungan proses belajar-mengajar.
Kedua, sifat tujuan utama keberadaan masyarakat Islam yang menerapkan secara praktis sistem pendidikan Khilafah akan menjadikan lingkungan pendidikan terliputi berbagai tujuan mulia, yakni terjaganya kelestarian ras manusia, akal, dan kemuliaan jiwa manusia. Inilah puncak tujuan masyarakat Islam sebagai ketentuan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Khilafah begitu berhati-hati dari kelalaian pelaksanaan syariat; tidak menoleransi pelanggaran syariat sekecil apa pun dengan penegakan sanksi sesuai syariat. Sanksi ini bersifat berefek jera bagi pelakunya dan pencegah orang lain melakukan tindakan kriminal yang sama.
Ketiga, karakter filsafat amal menurut Islam menjadi jiwa pelaksanaan praktis sistem pendidikan Islam sebagaimana sistem Islam keseluruhan, yakni wujud keterikatan pada syariat-Nya dengan dorongan meraih rida-Nya. Buah dari semuanya, aspek ruhiah—kesadaran hubungan dengan Allah Taala—senantiasa hadir di segenap aktivitas dalam satuan pendidikan. Atmosfer ketakwaan pun begitu dominan melingkupi lingkungan pendidikan. Hal ini tampak dari praktik sistem pendidikan Khilafah itu sendiri sebagai wujud kuatnya keterikatan terhadap Islam.
Keempat, karakter berbagai unsur pembentuk sistem pendidikan Khilafah sedari dasarnya (akidah Islam yang sesuai fitrah insaniah dan memuaskan akal) menjadi upaya praktis bagi terwujudnya dua tujuan pokok sistem pendidikan Khilafah. Dua tujuan itu adalah membangun kepribadian Islam (akliah dan nafsiah) anak-anak umat, serta untuk mempersiapkan agar di antara mereka lahir para ulama yang ahli di setiap aspek kehidupan. Kedua tujuan pokok ini begitu selaras dengan fitrah insaniah peserta didik dan pengajar sebagai makhluk mulia dan pemakmur bumi, di samping selaras dengan hakikat keberadaan ilmu sebagai “air dalam kehidupan”. Ia akan berefek positif bagi terwujudnya suasana penuh ketenangan bagi jiwa-jiwa peserta didik maupun lingkungan yang melingkupinya. Kelima, penerapan secara praktis aturan syariat terkait interaksi laki-laki dan perempuan di satuan pendidikan. Misalnya, pemisahan murid laki-laki dan perempuan, serta ketentuan lain yang secara praktis mencegah terjadinya suasana kerendahan perilaku dan penyimpangan hukum syariat. ” … (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah: 50).
Kelima, karakter istimewa sistem pendidikan Khilafah dan Negara Khilafah itu sendiri menjadikan para pemuda (sebagai peserta didik, guru, dosen, penguasa, dan segala peran bagi pelaksanaan) secara praktis terhindar dari kerendahan berpikir, serta kerendahan berperasaan dan bertingkah laku. Dengan sendirinya, semua ini menjauhkan satuan pendidikan dari segala keburukan dosa dan maksiat. Hampir mustahil ditemukan praktik pergaulan bebas, kekerasan seks, perundungan, dan berbagai bentuk aktivitas rendah dan hina lainnya pada satuan pendidikan Khilafah. Di pundak negaralah tanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan publik dan pemuda secara langsung. Rasulullah saw. bersabda, “Khalifah adalah pengurus urusan rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap urusan mereka.” (HR Bukhari).
Karakter istimewa sistem pendidikan Khilafah dalam wujud peradaban Islam yang agung dan luhur telah disaksikan dan dirasakan umat manusia di berbagai penjuru dunia selama berabad-abad berupa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilingkupi budaya bermartabat dan luhur. Karakternya yang istimewa menjadikan peradaban Islam mengungguli peradaban mana pun. Ia akan kembali berpengaruh kuat sebagai pemimpin peradaban dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah solusi cerdas yang harus diadopsi siapa saja yang peduli, terutama pemerintah, jika memang benar-benar tulus bermaksud menyelamatkan dari darurat pendidikan Indonesia dekadensi moral remaja dengan sistem pendidikan sekuler dan sekularisme.
Wallahua’lam bissawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar