Oleh: Habsah
Generasi kita hari ini telah mengalami kemunduran yang luar biasa. Mereka telah teracuni oleh pemikiran sekuler, seperti ide sekularisme, HAM, liberalisme, pluralisme, juga feminisme yang diaruskan para pengusung ideologi sekularisme kapitalisme. Semua paham itu tumbuh dengan sangat subur dalam sistem yang diterapkan di Indonesia saat ini, yaitu sistem demokrasi kapitalis. Akibatnya remaja hari terjerumus kedalam kubangan kemaksiatan. Sebagaimana Seorang remaja berusia 14 tahun membunuh ayah dan nenek serta menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di Jalan Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan, pada hari sabtu 30 November pukul 01.00 WIB, dilansir suara.com. belum pasti apa motif remaja 14 tahun tersebut hingga tega membunuh anggota keluarganya dan meenikam ibunya.
Pelaku berinisial MAS tersebut langsung diamankan petugas keamanan perumahan saat berusaha melarikan diri, sementara sang ibu yang mengalami luka tusuk dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Kasus anak membunuh orang tua tidak hanya terjadi satu dua kali, namun merupakan fenomena yang itu berarti merupakan problem karena persoalan sistemis.
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab, yang semua saling berkelindan. Dan semua itu terkait dengan sistem hari ini yang merusak fitrah manusia, termasuk mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan. Kondisi ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan yang memiliki visi membina kepribadian dan menjaga Kesehatan mental generasi.
Hal ini menunjukkan lemahnya pengelolaan emosi dan daya tahan saat menghadapi masalah dalam kehidupan berumah tangga. Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang antar anggota keluarga. Namun justru menjadi yang paling ditakuti dengan berbagai kekerasan yang didapatkan dari anggota keluarga sendiri bahkan sampai mengancam nyawa.
Ini adalah potret buram kehidupan sekuler kapitalistik yang jauh dari keimanan. Kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah melahirkan individu yang serba bebas dalam melakukan apapun. Hukum yang diadopsi bersumber dari manusia bukan dari Allah SWT sebagai satu-satunya Maha Pengatur. Maka wajar nilai-nilai ruhiyah tidak hadir ketika memecahkan permasalahan hidup, sebagai gantinya akal dan hawa nafsulah yang menjadi sandarannya.
Memang dalam negara demokrasi sekuler serta liberal kebanyakan generasi muda saat ini akan mudah sekali terjerumus menjadi generasi yang alay, amoral, pembebek dan lemah. Tidak heran jika tidak adanya kontrol dari masyarakat bahkan pemerintah dengan keadaan seperti sekarang ini. Kalaupun ada pemberantasan, hal tersebut bukanlah akar dari solusi permasalahan yang menimpa moral generasi muda dalam melakukan perbuatan tercela seperti pembunuhan. Berkaitan dengan rasa aman, kita sebagai individu tidak bisa mengupayakan sendiri tanpa aturan yang mampu menjamin keamanan itu sendiri, apalagi dalam sistem Kapitalis-sekuler saat ini, dimana keamanan dan keadilan diukur dengan materi.
Islam menjadikan pemimpin sebagai raa’in, yang bertanggung jawab atas rakyatnya termasuk membangun generasi. Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan Islam. Kepemimpinan ini mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang berasas akidah Islam dan menghasilkan generasi yang beriman dan bertakwa, menguasai iptek, berjiwa pemimpin. Sejarah panjang penerapan Islam telah membuktikan lahirnya banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama dan optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar